For Good: Okta

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng




Chapter Okta Part 2

"Hubungan yang baik itu harus saling mengerti satu sama lain dan saling memahami kesibukan masing-masing, tapi jangan lupa untuk saling bertukar kabar jika akan menekuni kesibukan itu dalam jangka waktu yang sedikit lama. Karena pasangan yang memiliki kepercayaan pada pasangannya akan mengerti dan memahami kesibukan itu."

    Hubungan gue dan Okta berjalan lancar seperti hubungan pasangan lain pada umumnya, kita memiliki prinsip yaitu saling percaya. Gue percaya kalo dia bakal setia nungguin gue dengan segala kesibukan gue dan gak mudah cemburuan, begitupun gue sebaliknya. 

Gue bukan orang yang suka berbagi kasih alias selingkuh, karena berbagi kasih itu terlihat murah dan gampangan. Kenapa kita gak coba ngebuat hubungan kita tampak mahal? Seperti saling setia? Karena setia itu sulit dan mahal harganya, disisi lain gue juga pengen ngejalin hubungan yang serius karena gue bukan bocah yang berumur 14 tahun dan baru ngerasain namanya cinta monyet.

    Sepanjang hubungan ini berlangsung gak ada masalah yang melanda walaupun gue dalam kesibukan yang padat banget karena ingin fokus dan segera menyelesaikan skripsi gue kala itu tentang Syaraf dan beberapa pekerjaan gue lainnya. Di sela-sela kesibukan itu, gue selalu menyempatkan untuk mengirimi Okta kabar sesibuk apapun itu, biasanya kita saling bertukar foto di pagi hari. Muka bantal yang masih berusaha untuk melek tapi susah banget hahaha bayangin sendiri aja gimana kocaknya pagi kita berdua, bukannya bertukar foto selfie terbaik dengan senyum manis dan eyesmile, melainkan foto dengan berlatarkan  tempat tidur dan tatanan rambut besar seperti singa, tak lupa sedikit rembesan di sudut bibir hahaha serius ini gue ngomongnya.

    Kita juga punya panggilan sayang yang anti mainstream banget, kalo Okta panggil gue dengan sebutan Baby Jim karena waktu itu dengan pedenya gue bilang kalo gue itu mirip dengan Jim Sturgess dan Okta membenarkan pernyataan gue dengan sabar sambil ngelus dada hahaha sedangkan gue manggil Okta dengan sebutan Mas Bambang haahaha parah.

"Baby Jim ku.." panggil Okta dengan suara lucunya.

"Iya Mas Bambang ku.." jawab gue gak kalah lucu, bukan lucu sih tapi jatuhnya malah geli hahaha.

    Hubungan kita emang penuh canda tawa, tapi dibalik itu semua ada keinginan yang serius untuk bahagia. Asik dah bahasa gue !

    Okta selalu ngedukung gue disaat-saat sulit gue waktu ngebuat skripsi, gue pernah bilang ke Okta "Skripsi aku tentang syaraf, berat banget dan kayaknya syaraf aku juga mau putus. Tapi yang ngebuat aku semangat lagi untuk ngerjainnya adalah karena aku ingin ngebuat kamu bangga dengan semua pencapaian aku, selain aku ingin ngebuat orangtua ku dan semua teman-teman aku bangga."

    Okta jarang banget minta buat gue perhatiin, dia orangnya dewasa banget menghadapi sifat gue yang terlalu masa bodoh ini. Gue yang suka ngilang, jarang meluangkan waktu untuk dia dan lebih suka mengisi waktu luang gue yang sempit ini dengan tidur dan melupakan sejenak segala kesibukan gue. Dia dengan setia nunggu kabar dari gue, I'm sooo lucky to have you.

Okta selalu memberikan gue semangat untuk ngerjain skripsi gue, disaat gue mulai lelah dengan tugas akhir ini dan Okta selalu bilang "Jangan lupa istirahat ya, jangan terlalu di porsir dan dipaksakan. Aku yakin kamu pasti bisa Baby Jim." Hanya kata-kata sederhana tapi itu ngebuat rasa stres dan lelah gue sedikit berkurang.

Nyokap dan Bokap gue selalu nanyain kabar Okta kalo lagi nelfon atau ngechat gue, "Okta anaknya baik dan sopan." Itu yang disukai oleh Nyokap dan Bokap gue dari Okta.

Pada satu ketika, gue ngajakin dia buat ketemuan di Jakarta. Okta yang berdomisili di Pekanbaru sedangkan gue di Jogja, pahitnya kalo ngejalin hubungan LDR kayak gini yaaah gitu, resikonya jarang banget buat ketemu dan sekalinya ketemuan itu singkat banget waktunya karena kita sama-sama sibuk dengan kesibukan masing-masing terlebih dengan tugas akhir ini.

Di perjalanan menuju tempat dimana kita janjian untuk ketemuan, gue sempatin buat beli bunga untuk Okta, sebelumnya kita janjian di tempat makan dan berencana akan wisata kuliner sambil menikmati waktu kebersamaan yang singkat ini. Jalan kesana kemari dengan menggunakan taksi karena gue gak bawa mobil waktu itu, jadi mesra-mesraan berduaan dengan orang ketiganya yaitu supir taksi hahaha.

Waktu itu gue memakai kemeja berlengan panjang dan itu menarik perhatiannya Okta, dia tersenyum dan melipat rapi lengan kemeja gue sampai siku. Ini adalah kebiasaan rutin Adek gue kalo misalnya gue pakai kemeja berlengan panjang, "Kalo kamu lagi sama aku, biar aku aja yang ngelipatin lengan baju kamu ya." Kata Okta.

"Sekarang kamu ngelipatin lengan baju aku, mungkin nanti kamu akan ngebuat simpul dasi aku saat aku udah kerja nanti." Jawab gue dan Okta membalasnya dengan senyum indahnya seperti biasa.

    Semua tempat kuliner kita datangi, pokoknya hari itu gue berusaha untuk ngebuat Okta bahagia bagaimanapun caranya, walau Cuma satu hari. Kita ketemuannya pagi minggu dan berpisah pada malamnya karena gue harus balik ke Jogja untuk kuliah dan menyelesaikan skripsi gue. Didalam taksi sebelum kita berpisah terjadi satu drama yang disebabkan oleh lagu yang terputar dari radio taksi ini.

Ran – Jauh dimata dekat di hati.

    Lagu yang sukses ngebuat air mata itu keluar dari mata indahnya Okta, gue juga ngerasa sedih mendengar lagu itu disaat yang menurut gue kurang tepat. Okta nangis tanpa mengeluarkan suara dan menggenggam erat tangan gue.

    "Kamu jangan nangis, nanti aku ikutan sedih. Ini demi sekolah aku dan masa depan kita. Kamu harus dukung aku terus ya.." ucap gue berusaha menenangkan Okta, gue keluarin sapu tangan dari saku  dan mengusap air matanya.

    Okta sedih karena kita bakalan berpisah dan gak tau kapan punya waktu luang lagi untuk ketemuan. Saat tangis Okta mulai reda dan keisengan gue muncul untuk godain Okta. Waktu itu gue tiba-tiba nyanyi lagu yang sama tapi dengan lirik yang beda.

    Aku di Jogja dan kau di Pekanbaru

Hanya berjumpa via Whatsapp Line Instagram ask.fm

Namun ku s'lalu menunggu saat kita akan berjumpa

Lirik konyol yang nabrak irama aslinya ini sukses ngebuat senyum dan tawa Okta kembali. Sesampainya kita di bandara dan pesawat gue akan berangkat sebentar lagi sedangkan Okta masih menikmati hari liburnya di Jakarta, perpisahan kita diwarnai dengan sedikit bumbu-bumbu drama.

"Aku pamit dulu ya, selalu doain aku dan kasih aku semangat biar aku cepat lulus dan kita bisa sama sama lagi." Ucap gue sebelum berpamitan dengan Okta.

Disitu Okta nangis dan meluk gue erat banget, gue orangnya gak suka nangis dan gak mudah untuk mengeluarkan air mata. Tapi disaat kayak gini perasaan gue ikutan sedih dan ego gue menguasai diri gue, kalo gue ikutan sedih pasti Okta makin berat buat ngelepas gue pergi.

Gue balik memeluk Okta dan berusaha menenangkannya dengan segala bujuk rayu. Ini udah kayak adegan Rangga dan Cinta di film AADC tanpa kissing scene ya, tanpa kissing scene ya hehehe.

Sebelum pesawat gue take off, gue sempatin untuk ngechat Okta menanyai keadaannya sekarang. Gue takut dia masih nangis dan tanpa gue disampingnya, Okta membalas chat gue dengan kata-kata yang ngebuat gue percaya kalo dia adalah wanita terakhir gue.

"Aku baik-baik aja, kamu hati-hati dan jangan sedih lagi, nanti kita ketemu lagi ya?"

"Disini aku nangis bukan karena gak percaya sama kamu, tapi aku nangis karena aku akan berpisah lagi dengan orang yang aku sayang dan gak tau kapan bisa ketemuan lagi kayak gini sama kamu." Tulis Okta.

"Ini bukan perpisahan untuk waktu yang lama, Cuma sebentar. Aku lagi memperjuangkan masa depanku agar aku pantas untuk kamu." Bales Gue.

"mencintai dengan rasa sabar dan setulus hati, meski kita terhalang oleh jarak dan waktu, rasa ini tak akan pernah pudar untuk kamu yang dengan tulus menanti ku."

***

Setelah skripsi gue selesai dan besok adalah hari dimana sidang skripsi gue diadakan, gue kabari Okta dan dia memberikan gue semangat juga doa agar semua berjalan lancar. Okta gak sempat hadir waktu itu di karenakan dia lagi kerja di Pekanbaru dan gak bisa nyusulin gue di Jogja. Saat saat yang dinantikan pun tiba, hari dimana sidang skripsi gue berlangsung. Dengan penuh keyakinan dan percaya diri gue memasuki ruang sidang itu, pada hari itu juga gue lulus. Gue Anton Tanjung lulus dari Fakultas Kedokteran.

Gue senang dan bersyukur tentunya, usaha gue selama ini dan kerja keras gue dimulai dari ikut seleksi penerimaan mahasiwa baru dengan segala dilema yang gue rasakan dan inilah akhirnya. Pencapaian pertama gue selesai dan perjalanan baru akan dimulai setelah kelulusan gue hari itu.

    Kebahagiaan dan rasa haru gue gak terbendung lagi, ditemani dengan semua teman-teman gue dan sekian banyak bucket bunga yang gue terima belum cukup rasanya karena gak ada dia disini, Okta. Gadis yang memberikan gue semangat dan selalu menemani gue dikala sulit saat mengerjakan tugas akhir ini. Walau begitu Danu sahabat gue datang dengan membawakan kado titipan dari Okta, gue senang dengan kado pemberiannya tapi akan lebih senang lagi kalo dia ada disini dan gue bisa berbagi kebahagiaan dengannya.

    Esoknya gue balik ke Pekanbaru dikarenakan dua hari lagi gue akan berangkat ke London untuk liburan. Setibanya di Pekanbaru gue ngajakin Okta ketemuan dan melepas rindu kita berdua.

    Restoran Jepang yang kita kunjungi hari itu adalah saksi kebahagiaan kita kala itu, kita menghabiskan waktu sambil ngobrol dan mengambil beberapa foto bersama. Banyak hal romantis yang gue lakuin untuk Okta saat itu, seperti ngebawain sebucket bunga kesukaannya dan kado yang gue siapin sebelumnya. Ini adalah pertemuan pertama kita setelah gue menyelesaikan skripsi dan kuliah gue sekaligus pertemuan terakhir kita sebelum gue kembali pergi ninggalin dia ke London.

    Di hari keberangkatan gue itu Okta datang buat nganterin gue ke bandara untuk terakhir kalinya dan di temani oleh Uni. Di dalam mobil terasa canggung, gue duduk di jok belakang sedangkan Okta duduk disebelah Uni yang lagi nyetirin mobil. Okta kembali nangis tanpa mengeluarkan suara dan berusaha menutupinya dari gue yang duduk dibelakang.

    Sesampainya gue di bandara dan akan berpamitan buat berangkat, Okta kembali nangis karena gue. Keadaan kembali ngebuat jarak diantara kita bahkan waktu sekalipun.

    "Kamu hati-hati ya disana, kita bakal lebih sulit lagi buat berkomunikasi karena ini jarak yang cukup jauh dan kita bakal beda waktu. Disini pagi dan disana malam, saat aku beraktivitas dan disana adalah saat kamu untuk istirahat." Kata Okta disela sela tangisnya.

    "Gimanapun aku akan berusaha untuk ngehubungin kamu tiap saat dan ngasih kamu kabar. Ini bukan perpisahan pertama kita kan? Kamu pasti bisa dan aku akan berusaha untuk terus chat kamu." Jawab gue sambil menenangkan Okta dari tangisnya.

"Kamu adalah alasan kenapa aku terus berjuang selama ini dan sejauh ini, aku disini berjuang untuk  kamu yang ada disana, demi masa depan kita nanti.."

***

    Setibanya gue di London dengan segera mungkin gue mengabari Okta, apapun yang gue lakuin di London selalu gue beritahu dia, jarak yang jauh ini gak berarti apapun karena kita saling bertukar kabar serutin mungkin.

    Hari valentine akan tiba beberapa hari lagi dan bertepatan dengan hari Anniversary gue sama Okta, muncul ide gila gue untuk ngebuat kejutan dari London untuk Okta di Indonesia. Jadi gue pergi ke Museum sambil ngebawa kertas yang bertuliskan "Happy Anniversary Atek dan Okta" gue mintain tolong beberapa bule yang ada disana untuk berfoto dengan kertas yang gue bawa itu. Dengan muka tembok gue lakuin itu semua hahaha parah gokilnya.

    Sebelumnya kita pernah ikut satu acara gitu dan menang, dapat hadiah coklat toblerone 2kg gede banget hahaha. Dengan stelan jas rapi sambil ngebawa balon yang berinisialkan nama Okta gue pun berfoto di depan Big Ben dan mengiriminya ke Okta beserta pesan yang ingin gue sampaikan ke Okta saat itu,  "Ini untuk kamu, maaf gak bisa kasih apa apa. Aku bakal senang kalo kamu ada disini, tapi aku selalu berdoa agar suatu saat nanti kita di pertemukan dan gak akan terpisahkan."

    Sepanjang perjalanan cinta kita berdua, belum ada masalah yang bisa memecahkan kedamaian hubungan gue dan Okta. Kita jarang banget buat berantem, Okta yang dewasa dan selalu mengerti mood swing gue yang gak tau situasi dan kondisi ini. Okta adalah calon Istri sekaligus calon Ibu yang baik menurut gue, tapi gue belum pantas dan bukanlah yang terbaik untuk Okta.

***

"Kadang kala perbedaan memang bisa menjadi pengharmonis suatu hubungan, karena perbedaan bisa saling melengkapi. Tapi bagaimana jika perbedaan itu membuat kita merasa terbebani? Menginginkan suatu kesamaan diatas perbedaan yang besar."

    Pada satu ketika gue mulai berfikir kalo gue itu merasa hubungan gue dan Okta terlalu flat tanpa hambatan apapun, gak ada perbedaan pendapat yang ngebuat kita memperjuangkan pendapat kita masing-masing. Okta yang menerima apapun pendapat gue dengan sifat dewasanya itu membuat gue merasa jenuh, gue yang notabennya adalah orang yang menyukai suatu tantangan dan petualangan ini bertolak belakang dengan Okta yang teramat damai dengan kehidupannya sehari-hari.

Dari situlah mulai perseteruan antara gue dan Okta, sepulangnya gue dari London hubungan gue dan Okta mulai merenggang. Gue yang jarang memberikan dia kabar dan jarang menghubunginya seperti dulu lagi. Gue akui keegoisan gue saat itu, gue keterlaluan dalam memperlakukan Okta yang teramat baik sama gue selama ini. gue mengambil keputusan secara sepihak tanpa membicarakannya terlebih dahulu apa yang gue inginkan dan apa yang gak gue inginkan dalam hubungan ini.

Sekali lagi, Okta bersabar dan teramat lapang dada menghadapi gue yang udah keterlaluan ini. Okta datang dengan kado yang berisikan lukisan wajah kita berdua dan mengajak untuk berdamai, kembali berbaikan dan gak berantem lagi.

Namun situasi itu gak bertahan lama, seminggu setelah Okta mengajak berdamai gue pun mengambil keputusan besar bagi hubungan kita kala itu. Gue meminta putus dari Okta dengan alasan ketidak cocokan kita, perbedaan yang ada diantara kita bukanlah suatu kebaikan untuk kedepannya. Gue menginginkan seseorang yang bisa mengajak gue berpetualang dan memberikan gue tantangan dalam hidup ini, sedangkan Okta dengan sifat baik dan dewasanya itu membuat keinginan gue itu gak terwujudkan. Okta hanya akan membuang waktunya jika terus bersama dengan gue yang gak memiliki kepastian ini.

Okta yang menginginkan keseriusan dalam hubungan ini dan gue yang masih asik bermain dengan sifat labil yang gue miliki menjadi perbedaan serius antara kita, disini gue berfikir kalo perbedaan itu gak selamanya menjadi pelengkap dalam suatu hubungan melainkan problem yang besar karena ini menyangkut masa depan bersama jika ingin mengambil langkah yang lebih seirus.

Dengan keputusan gue itu Okta pun menerimanya dengan kebesaran hatinya, jika kita berjodoh maka kita akan di pertemukan kembali. Namun jika tidak, mungkin gak selamanya mencintai itu harus lah saling memiliki.

    Dengan berakhirnya hubungan kita gak membuat jarak antara gue dan Okta makin menjauh, kita tetap berkomunikasi layaknya teman bahkan Okta adalah mantan gue yang sekarang menjadi sahabat gue karena kita berpisah baik-baik tanpa permasalahan besar seperti adanya orang ketiga ataupun lainnya. Kita berpisah karena perbedaan prinsip dan arah tujuan kita.

    Reaksi keluarga gue saat tau kalo gue dan Okta putus itu kecewa banget, karena menurut mereka Okta adalah perempuan terbaik dan akan menjadi pendamping yang baik bagi gue nantinya. Bahkan sahabat-sahabat gue juga merasa kecewa dengan keputusan gue untuk berpisah dari Okta, mereka hanya dapat menilai tanpa tau bagaimana rasanya menjalani hubungan yang gak mereka inginkan.

    Okta adalah perempuan yang terlalu sempurna bagi gue yang masih belum pantas mendapatkan kesempurnaan itu, gue yang masih memiliki banyak kekurangan akan membebani Okta nantinya. Gue hanya akan menghambat keinginan Okta yang menginginkan hubungan yang serius. Gue melepaskan Okta demi keinginan dan kebaikan kita berdua. Karena gue berfikir Okta gak akan merasakan kebahagiaan yang dia ingin inginkan jika bersama gue. Gue bukanlah sumber kebahagiaan Okta yang sesungguhnya dan Okta pun bukanlah keinginan gue yang sesungguhnya. Mungkin akan lebih baik kita berteman dan saling mendukung satu sama lain untuk mencapai keinginan kita masing-masing.

"Terkadang seseorang menghampiri hidupmu, bukan untuk mencintaimu selamanya seperti yang dia janjikan, tapi untuk menyadarkanmu bahwa kamu pantas dicintai oleh seseorang yang lebih baik darinya."

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro