4 - MEPHOMORSE

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Mephomorse ;

-Metamorphosis : Perubahan

-Morse : Kode

Mephomorse ; kode dari sebuah perubahan, entah menjadi lebih baik, atau sebaliknya.

***

Sejak deklarasi cinta dikumandangkan antara kedua belah pihak, mereka makin rekat layaknya prangko dengan suratnya.

Kloningan dewi Aphrodite yang rupawan pun semakin terlihat ceria.

Ceria yang sesungguhnya.

Sasha telah menemukan rumahnya saat ini.

Rumah dalam definisi yang lain.

Tempatnya pulang, kembali menceritakan kisah tentang hari-harinya, tempatnya mengeluh, marah, sedih, menangis karena masih merasa dirinya mengecewakan.

Tapi justru Nathan menanggapinya dengan sabar.

Terlampau sabar untuk menghadapi gadis dengan temperamen berubah-ubah, adaptasi baru sebab dunianya kini berbeda. Jauh lebih berwarna saat mengenal Nathan saat itu.

Sementara Nathan sendiri terlalu mencintai si jelmaan dewi Aphrodite dalam-dalam hingga merasa apapun yang dilakukan oleh nya adalah bentuk kasih sayang.

Bucin­—kalau kata orang.

Tapi memang begitu nyatanya.

Sasha yang semakin tak bisa hidup tanpa Nathan.

Dan Nathan yang tak bisa melepaskan sosok indah dalam hidupnya begitu saja.

Mereka ada, nyata, tanpa orang lain tahu kisah dibalik rumit hidup keduanya.

Kisah yang terlalu kelam untuk diumbar, namun juga manis seperti cokelat disaat yang bersamaan.

Manis mengingat betapa susahnya mereka melewati hari-hari sulit.

Bagaimana Nathan masih sering menemukan sosok yang kini dipujanya, tak membalas senyumnya hanya karena kembali kecewa terhadap dirinya sendiri. Meringkuk di pojok ruangan dengan isak tangis terdengar keluar.

Maka sejak saat itu, Nathan selalu mengantongi kunci cadangan rumah Sasha. Sewaktu-waktu jika depresinya kembali muncul, Nathan sudah siap datang tanpa harus menunggu Sasha membuka pintu untuknya, atau membuat dirinya kesusahan karena harus masuk lewat jendela rumahnya.

Senyumnya dapat kembali hanya jika dibawakan sekotak susu vanilla dengan martabak manis. Kemudian mengajak si gadis berkeliling kota dengan vespa putih sambil menikmati gedung-gedung pencakar langit.

Hanya sesederhana itu mengembalikan senyum untuk nirvana milik Nathan.

Sementara Sasha sendiri masih berupaya menghilangkan depresinya, namun melihat luka-luka sisa dosa lampau di tubuhnya membuat ia terpaksa kembali jatuh ke jurang depresi. Merasa terlalu payah untuk melawan, merasa terlalu bodoh saat buntu hanya karena uang.

Nyatanya, tak semua laki-laki itu jahat, kan?

Pendiriannya yang seteguh itu, kepercayaannya bahwa dominan tersebut sangat menyayanginya hanya bertahan hingga hari ini. Sebulan selepas mereka mengikrarkan cinta tidak resmi.

Matahari pagi bersinar dengan hangatnya, menyentuh pori-pori kulit gadis itu.

Sasha bangkit dari ranjangnya untuk menyadarkan diri sebentar. Kemudian dengan asal meraih handuk di gagang pintu kamar. Hendak mandi sebelum teringat sesuatu.

Hari ini, hari peresmian cintanya dan Nathan yang ke satu bulan. Maka dari itu, sebelum melanjutkan langkah, Sasha kembali ke kamar, berdiri di depan lemari dan menyiapkan baju-baju bagus untuk dikenakan.

Ia baru ingat kalau Nathan mengajaknya pergi hari ini. Bertamasya ke taman bermain, mengulang nostalgia masa kecil bagi Sasha yang sempat terhenti di tengah karena keadaan hidupnya yang berantakan.

Setelah siap, ia benar-benar menuju kamar mandi. Membasuh dirinya dengan guyuran shower dingin. Barulah bersiap dengan mengenakan baju yang sudah dirapikan sejak tadi.

Menunggu sambil duduk manis, menikmati segelas kecil americano pekat di depan layar televisi. Sesekali mulutnya mengunyak kue keju dari dalam toples, diberi oleh Nathan saat mereka berkunjung ke toko kue.

Tiba-tiba, sebuah notifikasi pesan masuk ke layar ponselnya. Sasha sendiri sudah berdiri dan merapikan bajunya asal, tapi saat melihat isi pesan yang masuk, hatinya mencelos begitu saja.

'Maaf aku tak bisa pergi bersamamu hari ini, ada urusan mendadak. Bisa kita tunda besok, sayang?'

Sesekali Sasha meremat ujung sweater putihnya, mati-matian menahan kesal yang mulai meletup.

Lalu mengetik beberapa kata. 'Kalau gitu, bukan masalah. Besok bisa, kok.'

Tapi hati manusia? Siapa yang tahu?

Siapa yang tahu bahwa disini ada yang berusaha menahan kekecewaannya.

Urusan seperti apa sih, yang membuat Nathan membatalkan acara mereka di hari penting seperti ini.

Sebenarnya Sasha cukup tahu diri untuk tak mengusik ranah pribadi laki-laki yang bahkan baru genap satu bulan menjadi semestanya, tapi tetap saja ia terlalu penasaran.

Maka untuk menghilangkan rasa penasaran tersebut, karena sudah terlanjur juga mengenakan pakaian kelewat rapi, Sasha memutuskan untuk sekedar berjalan-jalan di wilayah dekat rumahnya. Mengunjungi toko-toko permen atau kue, kedai es krim di pinggir jalan, atau sekedar melihat hiruk pikuk jalanan.

Sasha itu terlampau imajinatif, dalam rentang sejauh apapun, jika matanya menangkap hal unik, ia bisa ceria saat itu juga hanya dengan membayangkan sesuatu dari hal unik itu.

Contohnya, saat melihat badut ulang tahun di rumah salah seorang anak kecil sedang beratraksi dengan lihainya, ia membayangkan bahwa dirinya ada disana, diantara kumpulan anak-anak kecil sambil ikut menyanyikan lagu selamat ulang tahun.

Sasha kembali berkeliling kota dengan kakinya sendiri, membeli sebuah permen kapas merah muda yang sangat besar untuk dimakannya sendiri. Sebenarnya terkadang, sejak bertemu dengan Nathan, Sasha yang sendirian justru bisa juga menemukan bahagianya.

Melakukan hal-hal yang belum pernah dilakukannya padahal ingin.

Mencapai target tertentu yang belum pernah dirancangnya.

Pada akhirnya, ia berubah menjadi sosok kupu-kupu yang lebih cantik. Perubahan yang tampak dari balik kode-kode sifat dan sikap yang juga turut berubah.

Hingga manik matanya terpaku ke sebuah kafe kopi terkenal di pinggir jalan. Menangkap sosok yang amat dicintainya tengah tertawa mesra dengan perempuan muda entah siapa.

Seingat Sasha, Nathan tidak punya saudara perempuan, Ibunya pun sudah tidak ada.

Tapi siapa gadis muda itu? Tertawa lepas bersama cintanya tanpa sepengetahuannya.

Oh, ataukah ini yang dibilang urusan mendadak?

Sejurus kemudian Sasha mendekat ke kafe tersebut, mengendap-endap sembari mencuri dengar apa-apa saja yang mereka bicarakan karena kebetulan posisi mereka ada di dekat kaca.

Sebelum sebuah kalimat meluncur dari bibir gadis di hadapan Nathan.

"Aku masih menyayangimu, bagaimana jika aku memintamu untuk kembali?"

Sejak itulah, Sasha tahu perubahannya adalah salah.

***

Sayang kalo ga di pub:(

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro