Chapter 32

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Natra memandangi kalender meja di atas nakas. Ia menunduk, menunjuk-nunjuk deretan angka di permukaannya.

"Ngapain?" tanya Drea yang menemukan pemandangan tersebut ketika memasuki kamar.

"Kayaknya hari ini aku ulangtahun."

Kok, kayaknya?

Aneh deh.

Drea sendiri berusaha mengingat-ingat. Ulangtahun Natra di bulan Mei, meskipun ia tidak ingat persis tanggalnya. Tapi jika Natra sendiri pun tidak begitu yakin soal tanggal lahirnya sendiri, ia rasa bukan hal besar jika ia pun tidak mengingatnya dengan pasti.

Ah, ia lupa kalau ia memang isteri yang payah.

Natra beranjak dari duduk setelah puas memandangi kalender meja itu, berpaling menatap Drea. "Kamu nggak mau ngucapin selamat ulangtahun, gitu?"

"Make sure dulu ulangtahunnya beneran hari ini?"

"Besok sih, tepatnya. Soalnya mama nggak ngucapin tengah malam. Kebiasaannya begitu. Berarti ulangtahunku besok."

Drea berusaha mencerna informasi itu tanpa mencoba menyanggah. Ia akan mencoba mengingat-ingat kembali.

"Hari ini tanggal 7 Mei." Natra menyebutkan tanggal. "Berarti besok. Tanggal 8 Mei."

Drea akhirnya mengiyakan. "Iya ulangtahun lo tanggal 8 Mei."

"Jadi aku bakal dapat kado kan?" Natra berujar, yakin. "Kalo gitu, aku mau kado, tapi kado yang nggak biasa."

"Kado yang nggak biasa?" Drea menggeleng. "Lagian ngapain gue harus ngasih kado?"

"Orang yang lagi ulangtahun wajib dapat kado."

"Lo mau hadiah ulangtahun? Umur lo lima tahun?"

"Nenek-nenek aja masih ngerayain ulangtahun."

Drea tidak menyangka Natra akan bersikeras seperti itu. Baginya, hari ulangtahun bukan hal yang terlalu spesial sampai harus mengurusnya, apalagi sampai memikirkan akan memberi kado. Ia saja tidak pernah menganggap penting hal semacam itu. Setidaknya, sejak beberapa tahun terakhir ini.

Meskipun Drea masih memikirkan  request aneh itu, ia akan mencoba mencari kado yang diinginkan Natra, yang bisa membuatnya bahagia di hari ulangtahunnya besok.

"Ya udah. Nanti gue cari kadonya."

Natra tersenyum. "Kamu nggak mau tanya aku maunya kado apa?"

Drea menggeleng. Tapi kemudian mengangguk. "Ya udah bilang aja. Biar gue gampang nyarinya."

"Kado yang nggak perlu dibeli."

***

"Kado yang nggak perlu dibeli."

Drea menggumam. Ia tengah berada di depan sebuah gerai jam tangan impor, memikirkan apakah jam tangan akan menjadi kado yang Natra sukai.

Natra memang mengatakan jika ia menginginkan kado yang tidak biasa dan clue selanjutnya adalah kado yang tidak perlu dibeli.

Ia tidak mau menerka-nerka, jadi sekalipun petunjuknya sudah jelas, Drea akan tetap membelikan kado sebuah jam tangan. Natra suka jam tangan, jadi tidak ada masalah.

Setelah selesai berbelanja, Drea tidak berlama-lama di mall. Ia memilih bergegas pulang karena waktu sudah hampir menuju malam. Pagi tadi, Natra memberitahu jika mereka akan makan malam bersama di rumah orangtua Natra untuk merayakan ulangtahunnya.

Akan sangat memalukan jika ia terlambat pulang dengan alasan membeli kado untuk Natra.

Sejak keluar dari gerai jam tangan, ponselnya terus berdering, namun Drea tidak menghiraukan. Ia terlalu terburu-buru untuk sekadar menjawab telepon. Ia akan melihat ponselnya setelah sampai di area parkir.

Drea menduga jika Natra yang meneleponnya. Dan dugaannya benar.

"Udah mau jalan, bentar lagi." Drea lalu menutup percakapan mereka.

***

Perayaan ulangtahun Natra malam itu berjalan dalam suasana penuh kehangatan. Makan malam dengan menu masakan yang dimasak sendiri oleh mama Natra. Natra ingin makan steak dan salad, katanya. Makanya di atas meja terhidang makanan tersebut.

Terlebih spesial lagi, di atas meja juga tersedia cake ulangtahun berwarna dominan cokelat dan tumpeng berukuran cukup besar lengkap dengan aneka pelengkap.

"Mama sama papa mau ngasih ini buat kamu." Mama Natra menyerahkan sebuah kotak berwarna hitam setelah Natra meniup lilin ulangtahun.

Natra menerima kotak hitam besar tersebut dan membukanya. Sebuah jaket denim dari sebuah brand ternama. Dan 2 buah kotak berisi jam tangan dan belt.

"Mama bingung mau ngasih kamu kado apa. Ini juga cuma nanya-nanya di mall. Kamu suka?"

Natra tersenyum. "Pasti mahal nih. Branded semua. Makasih ya, Ma. Pa."

"Dipake ya? Jangan disimpen aja." Mama lalu melemparkan pandangan kepada Drea yang dibalas Drea dengan senyum.

Natra lalu ikut melihat Drea yang duduk di sampingnya. "Kado dari kamu mana?"

Baik papa dan mama Natra kompak menyebut nama Natra.

"Nat. Masa nagih-nagih kado sama Drea?"

"Drea janji mau ngasih. Iya kan?"

"Iya. Ada di rumah." Drea menjawab sambil menahan gemas, sampai-sampai ia ingin menjewer telinga Natra karena sikapnya yang seperti anak kecil.

"Oh. Oke. Oke." Natra lalu menyambung. "Dibeli?"

Drea mengerutkan kening. "Iyalah. Mana ada kado yang nggak dibeli?"

"Ada dong. Kamu aja yang nggak tau."

Drea mengabaikan kalimat Natra barusan.

Jujur. Mengapa Natra begitu terobsesi dengan "kado yang nggak harus dibeli" itu? Ia kan lagi malas berteka-teki.

"Lo, hmm, kamu nggak pernah bilang. Lagian aku kasih apapun, kamu nggak boleh komplain ya?"

Natra tersenyum-senyum. "Iya deh. Apapun itu pasti aku terima. Asalkan itu dari kamu."

Drea mengabaikan tatapan Natra dan mengambil pisau untuk memotong kue. "Nih buruan potong kuenya."

Natra menerima pisau tersebut dan mulai memotong kue. Drea menyerahkan sebuah piring kecil, menyusul dua piring kecil lainnya untuk diisi potongan kue.

Potongan pertama diserahkan kepada Drea yang dibalas Drea dengan gelengan.

"Buat mereka dulu."

"Nggak. Potongan pertama buat kamu."

Drea tidak lagi menyanggah. Diterimanya piring berisi cake cokelat dengan potongan stroberi tersebut dari tangan Natra. Natra memandangnya beberapa detik sebelum memajukan wajah dan mengecup pipi kanannya. Drea terdiam sesaat dan memberikan senyum tipis saat papa dan mama Natra bertepuk tangan.

***
Chap 33

"Nggak terasa udah jam 10 malam."

Guys, ini aku ngetik di hape dan takut gak kesave jadi langsung dipublish. Chapter 33 bakal panjangan dikit

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro