Bab 24

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tidak ada yang menyangka bahwa Rehan dapat bertahan lama untuk bekerja di hotel milik Vera. Hotel itu sudah terkenal akan banyak masalahnya, hingga akhirnya beberapa karyawannya memutuskan untuk keluar. Entah apa yang terjadi, wanita itu pun tidak mengetahuinya karena Vera hanya sesekali datang ke sana untuk mengecek dan awalnya dia biasa saja akan hal tersebut. Namun, semakin hari semakin banyak hal yang janggal akan hotelnya

Hal itulah yang membuat wanita itu memutuskan untuk mengirim pacarnya untuk bekerja di sana. Mencari tau penyebab para karyawannya memutuskan untuk pergi tanpa alasan yang jelas.

***

Rehan terlihat tengah sibuk di meja resepsionis, pria itu tengah mendata beberapa kamar yang kosong. Namun, tiba-tiba saja dahinya mengkerut karena mendapat hal yang aneh dilayar komputernya.

Beberapa kamar telah digunakan tanpa adanya pemesanan kamar terlebih dahulu.

Padahal jelas kamar itu tidak ada yang mengisi. Namun kenapa, kamar tersebut telah terisi tanpa nama. Kuncinya pun tidak ada ditempatnya.

"Permisi," sapa seorang tamu yang berhasil membuat fokus Rehan memudar. Pria itu dengan cekatan membantu tamu tersebut untuk pemesanan kamar. Kemudian, dia kembali pada layar komputernya.

Mengulik beberapa data yang aneh dan memotretnya sebagai bukti. Takut-takut jikalau nanti data itu akan hilang.

***

Sebuah mobil putih baru saja sampai di halaman rumah Vera. Iya, Rehan dan Vera baru sampai di rumah wanita itu. Seperti biasa, Rehan akan mengantar dan menjemput pacarnya dengan senang hati.

"Makasih ya," ucap Vera pada Rehan. Namun, sebelum sempat turun, pria menarik tangannya.

"Aku boleh ngomong sesuatu nggak, Mbak?" tanya Rehan dengan nada pelan.

Vera mengangguk, "Boleh, mau ngomong apa?"

"Tadi ... di hotel ada sesuatu yang aneh."

"Maksudnya?" Dahi Vera mengkerut saat mendengar ucapan pacarnya.

"Ada beberapa kamar yang terisi. Tapi, enggak ada data tamunya."

Vera terdiam sesaat setelah mendengar penjelasan pacarnya itu. "Maksud kamu, ada yang gunain kamar secara ilegal?"

Rehan mengangguk pasti sebagai jawaban.

"Hmm, biar saya coba cari tau ya. BTW, ada yang tau masalah ini nggak?"

"Enggak tau sih, Mbak. Tapi, pas saya cek cuman saya kok yang di meja resepsionis waktu itu."

Vera mengangguk paham dan mengulas senyumnya, "Ya sudah, enggak usah dipikirin. Biar saya yang urus ya."

***

Sesampai di dalam rumah, Vera segera menghubungi Rani untuk menceritakan apa yang Rehan katakan padanya.

Sebelumnya, wanita itu dan sahabatnya sempat berbincang masalah hotel yang terus-terusan kehilangan karyawannya. Padahal hotelnya selalu ramai dan membutuhan banyak karyawan.

"Halo, Ran."

"Hmm, iya kenapa?"

"Aku mau ngomong sesuatu tentang hotel."

"Hotel? ... Hmm, bentar deh ya. Aku keluar ruangan dulu."

"Kamu di rumah sakit?"

"Iya."

"Sama Sam?" tanya Vera lagi. Namun, Rani hanya berdeham sebagai jawaban. "Ciee.".

"Apaan sih. Mau cerita apa?"

"Hmm, kayanya emang ada yang aneh dengan hotelku."

"Maksudnya?"

"Iya, Rehan bilang kalau beberapa kamar hotel digunakan tanpa pemesanan kamar."

"Maksudmu, ada yang pakai kamar tapi enggak kedata?"

"Iya bener."

"Kalau gitu, coba deh kamu suruh cek CCTV di sana."

"Maunya gitu, tapi kalau langsung menyuruh mereka bukankah aneh?"

"Jadi, apa yang mau kamu lakukan sekarang?"

"Aku mau nunggu perkembangannya dulu dari Rehan, dia pasti akan memberitahuku jika ada perkembangan lain."

Iya, Rehan selalu bercerita apa pun pada Vera tanpa wanita itu bertanya. Hal itu tentu membuatnya tak perlu susah-susah untuk mencari tau.

"Ya sudah kalau gitu, pokoknya kalau kamu butuh bantuan hubungi aku ya."

"Hei, kenapa cepat-cepat mau nutup telepon? Tidak ingin diganggu saat bersama pacar?"

"Pacar? Siapa?"

"Sam"

"Tidak, kami tidak pacaran."

"Bukan tidak, tapi belum."

"Ya, ya. Terserahmu. Akan ku matikan telepon ini."

"Iya, bye."

Vera sedikit tertawa setelah menutup panggilan itu, wanita itu cukup bahagia karena Rani sudah menemukan pria yang dia butuhkan. Memang, Sam bukan orang yang baik. Namun, setelah melihat bagaimana sahabatnya itu bertingkah aneh saat bersama Sam. Vera pun tau jika, Rani memiliki perasaan pada mantan pacarnya itu.

Tidak ada kekerasan lagi dalam kehidupan Sam, Vera tau itu karena sahabatnya selalu bercerita bagaimana pria itu sehari-hari.

Hampir setiap hari pria itu menjenguk Daffa, mengajaknya bermain, hingga menemaninya untuk menjalani terapi.

Rani pelan-pelan merasa bahwa Sam mampu menggantikan sosok Ayah yang selama ini hilang dari sisi kedua anaknya.

***

Hari berganti, Rehan terus-menerus bercerita mengenai keadaan hotel. Mulai dari hal-hal sepele hingga hal yang cukup menarik. Seperti kali ini, pria itu terlihat antusias saat bercerita kejadian aneh di hotel saat dia tengah bekerja.

"Saya lihat, housekeeping di hotel selalu menghilang pukul dua siang, Mbak. Padahal kan, saat itu sedang ramai-ramainya."

"Semua?"

"Tidak, hanya beberapa. Tapi ... ." Rehan menggantung kalimatnya dan membuat Vera pensaran.

"Tapi, kenapa?"

"Mereka selalu hilang bergantian."

"Hah, maksudnya?"

"Iya, seperti contohnya hari ini Lia yang menghilang. Besoknya bisa saja Bora yang menghilang."

"Kok bisa?"

"Saya juga nggak paham, Mbak. Kadang partner kerja saja juga hilang dijam segitu. Kadang Mbak Eris, atau juga Mbak wiwit."

"Semua perempuan?"

"Eh, iya juga ya. Kok perempuan semua sih?" tanya Rehan dengan sedikit heran.

"Ya, mungkin mereka ada urusan," ucap Vera dengan sedikit berusaha membuat Rehan teralihkan.

Rehan menggeleng dengan cepat, "Enggak, Mbak. Nggak mungkin. Masa sampai setiap hari sih."

Vera terdiam sembari menatap Rehan yang tengah memasang wajah seriusnya. Pria itu tengah menyetir untuk mengantar Vera ke rumah.

Sesampainya di rumah, Vera segera turun dari mobil dan pamit pada Rehan.

"Aku masuk dulu ya, kamu hati-hati bawa mobilnya. Bye," ucap Vera sembari melambaikan tangannya diakhir ucapan.

"Iya, Mbak, bye."

***

Seperti biasanya, Rehan telah sampai di hotel tempat dia bekerja pukul 7 pagi setelah mengantar Vera ke kantornya. Pria itu memutuskan untuk pergi ke kantin karena ingin sarapan. Sebelumya pria itu melupakan sarapannya karena telat bangun.

Kantin karyawan cukup sepi, hanya ada beberapa orang yang tengah sarapan. Rehan tidak ambil pusing, karena dia juga menyadari bahwa masih ada satu jam sebelum jam masuk kerja.

Pria itu segera memesan makanan dan segera mencari tempat duduk. Meja di samping dinding menjadi pilihan pria itu untuk duduk.

Di tengah kegiatan makannya, pria itu sedikit heran karena melihat atasannya tengah merangkul salah satu karyawan dengan mesra.

'Mereka pacaran? Atau gimana, sweet banget. Pagi-pagi gini malah rangkulan' ujar Rehan di dalam hati.

Keesokan harinya, pemandangan itu kembali Rehan lihat saat sarapan, atasannya merangkul seorang karyawan. Namun, karyawannya berbeda dari hari kemarin. Hal itu tentu membuat pria itu terkejut.

'Mungkin kemarin aku salah liat kali ya,' ucap Rehan di dalam hati.

Pria itu berusaha berpikir positif dan meyakini bahwa kemarin dia salah melihat wanita yang tengah dirangkul oleh atasannya. Tetapi, hal itu kembali terulang lagi dan lagi. Sampai-sampai pria itu memutuskan untuk terus sarapan di kantin hotel padahal sebelumnya dia selalu makan di rumah terlebih dahulu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro