01 | how it begins

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng






hari itu berjalan seperti biasanya. tidak ada tanda yang membahayakan ataupun firasat buruk, seakan-akan semuanya baik-baik saja.

hari itu keluarga kim awali dengan sarapan bersama. empat mangkuk nasi putih di atas meja, tidak lupa sup rumput laut dan beberapa hidangan menggugah selera lainnya, sebagai bentuk perayaan ulang tahun anak pertama mereka — kim seungmin.

anggota keluarga itu menyantap sarapan sembari membahas hal-hal yang akan mereka lakukan hari ini, berikut rencana untuk merayakan ulang tahun si sulung kembali dengan meniup lilin kue ulang tahun dan menonton ulang film 'train to busan' yang ingin sekali seungmin lihat sejak beberapa hari yang lalu.

"nanti malam aku akan pulang les sekitar pukul tujuh," seungmin memulai pembicaraan setelah menaruh lauk pauknya di piring kecil.

"kalau begitu, ayah akan pergi membeli kue tart dan kaset filmnya sepulang kerja," angguk sang ayah. laki-laki paruh baya itu sungguh bangga melihat anak yang pertama begitu antusias dalam memperjuangkan keberhasilan akademiknya. "belajarlah dengan rajin, seungmin-ah... meskipun begitu, ayah harap kau tidak terlalu memaksakan diri. yang terpenting, anak-anak ayah tumbuh dengan sehat dan berbahagia."

seungmin terdiam sesaat, lalu menampilkan senyum jahilnya. "ayah, kalau begitu, haruskah aku membolos saja—"

"—yak kim seungmin!"

segera, sang ibu menepuk pundak seungmin dengan tatapan jengkel.

"jangan pernah berpikir untuk membolos!" lanjutnya cepat. "ingatlah ayahmu yang bersusah payah untuk membayar pendidikan kalian. bukankah kau bercita-
cita kuliah di universitas yonsei tahun depan?"

"hehehe, aku hanya bercanda, bu," kekeh seungmin geli sebelum melanjutkan makannya.

tiba-tiba, sebuah pintu terbuka lebar, memperlihatkan seorang remaja laki-laki dengan seragam seperti milik seungmin yang tengah merapihkan dasi.

—kriekkkk!

"astaga, kim jeongin!" sang ibu segera mengalihkan kepalanya untuk memastikan bahwa si bungsu telah terbangun dari tidurnya. "sudah jam berapa ini? cepat duduk dan habiskan sarapanmu!"

"iya, iyaaa," rengek jeongin kesal sambil menarik kursi, masih sibuk memperlihatkan sifat manjanya sebelum teringat akan sesuatu. "wah, sup rumput laut! selamat ulang tahun, hyung!"

"terima kasih adikku yang menggemaskan," seungmin mengusap kepala jeongin lembut. sungguh, meskipun kepribadian mereka berbanding terbalik, ia sangat menyayangi laki-laki yang hanya terpaut jarak setahun darinya itu.

dan, ya, begitulah hari keluarga kim berawal. seperti hari-hari biasanya, tidak satupun dari mereka yang menyadari bahwa dalam hitungan jam, sebuah mimpi buruk yang dapat mengubah hidup mereka akan segera datang menerpa.

itu semua karena kim seungmin...

adalah sebuah misteri yang belum dapat, dan mungkin tidak akan pernah mereka mampu pecahkan.




P S Y C H O



"sudah detengah delapan," sang ibu berjalan mengitari ruang tamu, menggigit kukunya cemas sambil sesekali berusaha menelepon anaknya. "lesnya telah berakhir tiga puluh menit yang lalu dan ia belum pulang juga."

saat ini, ketiga anggota keluarga kim tengah bersiap merayakan ulang tahun seungmin dengan kue tart
yang terbuat dari es krim berbagai rasa dan dvd player untuk memutar film.

bahkan, si bungsu jeongin, telah membungkus rapih hadiah berupa komik conan yang ia beli dengan uang hasil tabungannya sendiri.

"jangan terlalu mengkhawatirkannya. mungkin anak
itu masih terjebak di jalan," yang lelaki kini mengusap punggung yang perempuan untuk menenangkan.

"tidak... tidak biasanya anakkku begini," lanjutnya lagi. "sesibuk apapun, seungmin selalu mengabariku bila ia pulang larut."

melihat gelagat sang ibu yang semakin cemas, jeongin dengan sigap menaruh telepon genggam yang sedari awal laki-laki itu gunakan untuk bermain game online dan berdiri untuk mengambil jaketnya. "kalau begitu, haruskah aku menyusul hyung—"

—kakao!

selang beberapa detik setelah notifikasi berbunyi, ibu kim menyalakan telepon genggamnya dan mendapat dua pesan singkat dari sang anak. meskipun begitu, bukannya lega, yang ia dapatkan justru sebuah firasat buruk yang diyakini tak akan berakhir baik.

mungkin pada akhirnya, sekalipun dunia modern lebih mementingkan logika dibanding hati, insting seorang ibu benar-benar nyata adanya.




P S Y C H O




kim seungmin menatap deras sungai han dibawahnya dengan seksama. kemana arus kencangnya mengalir, dinginnya temperatur air saat bersentuhan langsung dengan kulit — pertanyaan-pertanyaan tersebut terus menghantui pikirannya, memaksa untuk dijawab entah bagaimana caranya.

mungkin malam ini,

ia akan segera menemukannya.

melepas sepasang sepatu pemberian sang ibu sebagai hadiah karena mendapatkan ranking satu, seungmin menaruhnya dengan rapih di depan pagar pembatas yang memisahkannya dari terjangan air. kemudian, remaja berusia sembilan belas tahun itu mengambil telepon genggamnya dari saku jaket dan mengetikkan beberapa kata.



untuk: ibu
ibu, jangan menungguku. makan malamlah terlebih dulu dengan jeongin dan ayah. masih ada hal yang harus aku lakukan.

terkirim 19.35 ✔️

untuk: ibu
aku menyayangi kalian.

terkirim 19.36 ✔️



setelah memastikan bahwa kedua pesan tersebut telah terkirim, seungmin menaruh telepon genggamnya di samping jajaran sepatu dan mengambil napas dalam-dalam — menatap tajam sungai yang berjarak sepuluh meter dari dirinya, entah untuk alasan apa.

dan selanjutnya, yang terjadi adalah—

—byur!

seakan waktu berhenti, tubuh seungmin menghilang di antara amarah air yang menggebu, bersamaan dengan hujan lebat yang turun membasahi kota seoul.




P S Y C H O




drrrt, drrrt, drrrt—

"—halo?"

"selamat malam, dengan orang tua kim seungmin?"

"betul, saya ibunya. maaf, tetapi dengan siapa saat ini saya berbicara?"

"ah, sebelumnya perkenalkan. kami selaku kepolisian kota seoul ingin mengabarkan bahwa anak anda, kim seungmin, telah melakukan percobaan bunuh diri dengan melompat bebas dari ketinggian sepuluh meter menuju sungai han. saat ini, ia sedang dilarikan ke rumah sakit universitas nasional seoul dengan keadaan yang—"

—klik.

detik itu juga, pekik tangisan memenuhi setiap sudut apartemen nomor 302. sebuah telepon genggam yang terlempar ke sembarang arah dan penyesalan yang datang terlambat... menjadi satu-satunya saksi dari peristiwa malang ini.

karena pada akhirnya, kim seungmin tidak baik-baik saja.

ia hanya berpura-pura agar dunia memercayainya.















author's note:
chapter pertama masih pembukaan... kira-kira
gimana, guys? ada yang mau berspekulasi tentang
alasan seungmin loncat, atau apakah dia benar-
benar loncat atas dasar keinginannya sendiri? 👀

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro