02 | what if?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng




melewati lorong gelap yang membawa sang kakak menuju ruang operasi terasa lebih jauh dibandingkan yang seharusnya.

bagaimana tidak?

saat ini jeongin dan kedua orangtuanya tengah berlari sambil mendorong tempat tidur, dimana yang sulung tengah terkulai lemas dengan berbagai alat bantuan medis yang terpasang di tubuh. hancur — menjadi satu-satunya kata yang mampu merepresentasikan segala tangis dan jeritan yang memenuhi setiap sudut rumah sakit malam ini.

"seungmin-ah!" pekik ibunya sambil mengeratkan genggaman tangan pada milik sang anak. "ibu mohon, jangan tinggalkan ibu!"

jeongin ingin sekali memeluk ibunya; mengatakan bahwa kakaknya akan segera sembuh dan semuanya akan baik-baik saja. namun, bagaimana mungkin ia menguatkan orang lain, bila menguatkan diri sendiri saja... ia tidak sanggup?

tempat tidur itu terus terdorong maju, berpacu dengan waktu, hingga pada akhirnya, seorang suster memberi tanda untuk menunggu di luar sementara para tenaga medis berjuang di dalam layaknya medan perang.

"kami akan segera memberitahu anda perkembangan saudara kim seungmin."

"dimohon untuk tetap bersabar."

jawaban yang klasik.

beralih pada ibunya yang kini terisak dalam dekapan sang ayah, jeongin berpikir — apa yang sebenarnya menyebabkan seungmin mengambil keputusan yang begitu besar? bahkan, kakak beradik itu bersekolah di institusi yang sama. bagaimana mungkin jeongin sama sekali tidak mengetahui permasalahan yang tengah menimpa kakaknya?

kim seungmin baik-baik saja. setidaknya, itu yang ia ketahui selama ini. apa yang remaja sembilan belas tahun itu diam-diam sembunyikan?




P S Y C H O




"dengan keluarga kim seungmin?"

mencari asal suara, pandangan jeongin terpatri pada dua orang pria dengan pakaian serba hitam. yang di depan bertubuh tegap, sedangkan yang di belakang berwajah sedikit kebarat-baratan.

"perkenalkan, kami dari kepolisian kota seoul," lanjut pria yang pertama sembari memperlihatkan badge miliknya. "saya kim woojin, dan ini adalah kolega saya, christopher bang. kami mendapat laporan dari seorang satpam yang berpatroli di sekitar sungai han terkait percobaan bunuh diri yang dilakukan oleh saudara kim seungmin."

percobaan bunuh diri.

kata-kata itu lagi.

"bila bapak dan ibu berkenan, apakah kami dapat menanyakan beberapa hal terkait anak anda?"

"anakku tidak melakukan percobaan bunuh diri," sang ibu segera menggelengkan kepala. "ia tidak mungkin melakukan itu."

"sejauh ini, ia tidak memiliki masalah yang cukup signifikan baik di rumah maupun di sekolah. apa yang menjadi alasan anakku mengakhiri hidupnya?" lanjut ayahnya yang diangguki cepat.

"apakah anda benar-benar yakin?" tanya woojin lagi, membuat kedua orang tua seungmin terdiam.

apakah mereka benar-benar yakin?

sepertinya, mereka sendiri tidak tahu jawabannya.

"begini," woojin melanjutkan dengan acuh, membuat chris yang hampir membuka suara kini kembali diam. seniornya itu memang sedikit sulit bersimpati dengan orang lain. "setelah melakukan pemeriksaan, kami menemukan sepasang sepatu milik anak anda yang tertata rapih di samping pagar pembatas. bila memang benar ada pihak lain yang ingin mencelakakan anak anda, tidak seharusnya sepatu itu terlepas di tempat kejadian."

"jadi, maksud anda, anak kami sudah merencanakan kematiannya sejak awal?" sang ayah berdiri tak terima, membuat jeongin terpaksa menuntunnya untuk duduk dan tetap bersabar.

"bukan begitu. sebelum kami dapat menemukan bukti lain yang lebih konkrit, kami hanya—"

"—maaf bila kami terkesan lancang. kami rasa, kami belum dapat memutuskan apapun. meskipun begitu, kami akan berusaha sebaik mungkin agar kebenaran dapat terungkap," tutup chris, merasa tidak nyaman dengan perkataan woojin yang tidak sensitif.

jeongin tersenyum canggung. "t-tidak apa-apa, kami yang seharusnya meminta maaf. kami masih belum dapat memproses kejadian yang menimpa anggota keluarga kami. semuanya terjadi terlalu cepat... terlalu menyedihkan."

"mungkin nanti," angguk chris paham. "jika bapak dan ibu mengizinkan, kami akan tetap berada disini hingga dokter yang bertanggungjawab memberitahu kondisi saudara kim seungmin."

"tolong bantu anak kami," sang ayah menundukkan kepala, membuat ibunya menangis untuk kesekian
kali. "apapun yang terjadi, tolong bantu anak kami."

keheningan kembali menyelimuti kelima individu itu. baik pihak keluarga maupun kepolisian memilih untuk bungkam dan mendoakan yang terbaik, agar seungmin dapat segera pulih dan memberikan jawaban atas teka teki antara hidup dan mati.




P S Y C H O




di sebuah balkon apartemen, dengan pemandangan sungai han dari ketinggian puluhan meter.

—drrrt!

KELAS 12-3 (25)

jeno
teman-teman, apakah kalian sudah
mengetahuinya?

lia
tahu apa?

jeno
kim seungmin melakukan percobaan
bunuh diri!

donghyuck
heol!!!!

jaemin
jangan berbohong, lee jeno!

yiren
kalau begitu, apakah ia mati? ㅋㅋㅋㅋ

|

belum sempat laki-laki itu membaca keseluruhan isi chat, sebuah panggilan masuk sekelebat memenuhi layar teleponnya. rasanya, ia terlalu malas menjawab panggilan tersebut.

"apa yang kau inginkan," tanyanya santai sembari menghembuskan asap rokok. "seo changbin?"

"kim seungmin nekat mengakhiri hidupnya. aku sudah mencoba menghubungi felix, tetapi ia justru merengek seperti anak kecil. apa yang harus kita lakukan?!" teriak changbin panik dari ujung sambungan.

"kita?" laki-laki itu tertawa lepas, kemudian menginjak puntung rokoknya dengan sepatu yang masih berlumur tanah. "memang, apa yang telah aku lakukan padanya? aku tidak tahu apa-apa."

"yak! hwang hyunjin, dasar kau brengsek—"

—beep.

sambungan terputus.











author's note:
hayo, sampai sini ada yg mau nebak
hyunjin siapanya seungmin?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro