03 | silence is gold

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng



hwang hyunjin adalah sahabat kim seungmin.

setidaknya, fakta itulah yang diketahui orang-orang di sekitar mereka.

berpakaian serba merek, menunggangi motor keluaran terbaru dan dihadiahi sebuah apartemen mewah yang menyuguhkan pemandangan cantik sungai han sebagai hadiah ulang tahun — remaja sembilan belas tahun itu tentu saja bukan seorang siswa biasa.

ia adalah anak sekaligus pewaris tunggal dari hwang minhyun, seorang pemilik perusahaan terkemuka yang menguasai sebagian dari perekonomian korea selatan. bukan hanya infrastruktur, hwang corporation juga menaungi berbagai industri makanan, hiburan, dan yang paling penting,

yayasan dari sekolah menengah akhir dimana hwang hyunjin, kim seungmin, kim jeongin, seo changbin dan lee felix mengenyam pendidikan.

sma hanbyul menjadi salah satu sekolah terbaik di penjuru negeri, dengan kurikulum internasional dan berbagai fasilitas menunjang. selain itu, bagi siapapun yang meraih nilai tinggi di sekolah, akan mendapatkan potongan biaya secara berkala yang bisa membantu mereka yang membutuhkan.

termasuk kim seungmin dan kim jeongin, sepasang kakak beradik yang berasal dari keluarga kelas sosial menengah, yang bisa beruntung menikmatinya.

namun setelah apa yang terjadi,

apakah seungmin benar-benar beruntung mendapat kesempatan untuk bersekolah di hanbyul?

pada akhirnya, hanya dirinya dan hyunjin yang tahu jawabannya.




P S Y C H O




"hari ini, pihak kepolisian mengabarkan akan segera mewawancara seluruh siswa di kelasmu."

kasus percobaan bunuh diri yang dilakukan oleh kim seungmin menjadi topik yang mewarnai pembicaraan keluarga hwang pagi ini. entah mengapa, hal tersebut membuat baik hyunjin dan nyonya hwang kehilangan nafsu makan mereka.

"hyunjin-ah," sang ayah menaruh pisau yang baru saja digunakan untuk mengoles mentega pada roti. "apa kau dekat dengan kim seungmin?"

hyunjin yang baru selesai meneguk segelas susu yang disuguhkan ibunya, seketika terdiam tak berkutik.

"d-dulu."

"maksudmu?"

"dulu kami berteman," lanjut hyunjin gugup. "n-namun untuk suatu alasan, tidak lagi."

"sayang, jangan terlalu keras dengan anak kita—"

sang ayah memutar bola matanya malas. "—apapun
itu, ayah harap kau tidak akan mengatakan hal bodoh saat wawancara nanti. camkan bila ayah tidak pernah membesarkanmu untuk menjadi laki-laki yang lemah."

"baik, yah," sanggup hyunjin pelan. tatapannya masih tertuju pada menu sarapan di atas meja, seakan-akan selembar roti bakar, telur dadar dan gelas kosong itu menjadi hal yang paling menarik di dunia.

"ayah yakin kau cukup pintar untuk memahami situasi ini," tambahnya penuh penekanan. kedua tangan laki-laki itu kini terlipat rapih di meja, seperti berdoa namun terasa mengancam. "bila mengetahui sesuatu, diam. bila melakukan sesuatu, diam. setiap manusia harus mampu menyelamatkan dirinya sendiri, begitu pula dengan kau."

hyunjin mengangguk tanpa suara.

"hal ini juga berlaku untukmu, yeobo," lanjut laki-laki paruh baya itu pada seorang perempuan di dapur yang berstatus sebagai istrinya. "meskipun kau aktif dalam komite sekolah, aku memperingatkanmu untuk tidak berusaha memercikkan api di antara orang tua murid yang lain. masalah kecil seperti ini tidak perlu dibesar-besarkan."




P S Y C H O




beberapa saat sebelum wawancara dimulai, tiga siswa laki-laki itu kini tengah berkumpul di belakang gedung sekolah. yang satu menggigit kuku, yang dua berlantun kutukan kasar, dan yang tiga merokok santai seakan-akan tidak bersalah.

"apa yang harus aku katakan?" tanya changbin tergesa-gesa sembari berjalan maju dan mundur mengitari area tersebut.

"aku takut," lanjut felix panik. "bagaimana jika pihak kepolisian mengetahui yang sebenarnya?"

hwang hyunjin, yang masih asyik menyesap rokoknya, hanya menaikkan kedua pundak acuh sebelum kembali menghembuskan kumpulan nikotin. "ya sudah, biarlah itu terjadi. bagaimana lagi?"

mendengar hal tersebut, changbin segera berlari untuk meraih kerah kemeja hyunjin kasar.

"apa maksud perkataanmu, hwang hyunjin?! kau yang menyuruhku untuk merundung kim seung—"

"—seo changbin," tepis hyunjin arogan. "ingatlah kata-kata ini dengan baik. aku tidak pernah membunuh kim seungmin. tidak ada satu orangpun yang menyuruhnya untuk mati."

melanjutkan langkahnya cepat, tak terasa hyunjin telah memojokkan felix dan changbin menuju dinding yang berada di belakang mereka, sebelum tertawa sinis dan menginjak puntung rokoknya di lantai.

"lee felix, murid pindahan asal australia yang pergi mengasingkan diri ke korea selatan untuk meredam kasus korupsi sang ayah. dan kemudian, seo changbin, preman sekolah yang merundung untuk kesenangan pribadi sebagai bentuk pelampiasan kekerasan yang dilakukan ayahnya," lanjutnya merendahkan. "entah mengapa, kalian berdua dengan naif menyerahkan diri untuk berada di bawah kendaliku. namun, sepertinya aku tidak keberatan. kalian hanya ingin berada di posisi teratas rantai makanan, bukan?"

kedua mata changbin membulat. "apa yang sebenarnya ingin kau inginkan?"

memutus pandangannya, hyunjin mengambil ponsel yang tersimpan di saku, dan memutar sebuah video dimana changbin tengah menghujamkan pukulannya pada seungmin dengan felix yang merekamnya sambil tertawa, sebelum beralih pada video cctv lain dimana seorang siswa laki-laki melompat dari jembatan yang sama.

dan dapat dipastikan,

siswa tersebut bukanlah kim seungmin.

"jangan pernah menantangku bila kalian ingin selamat. kalian tahu bukan, bila aku masih sanggup mengubah skenario ini?" hyunjin memperlihatkan senyuman khas andalannya. "bilang saja kim seungmin mengalami depresi berat karena nilainya yang menurun. terakhir kami berteman, pencapaian akademiknya memang mengalami sedikit penurunan, meskipun tak cukup signifikan. jangan sekali-sekali mengatakan hal bodoh dan menjerumuskan dirimu sendiri ke neraka."

memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku, remaja sembilan belas tahun itu mengangkat bahunya.

"akan kutanya," menjadi peringatan terakhir hyunjin
pagi ini. "apakah kalian berdua ingin ku buat sekarat seperti kim seungmin... atau yang lebih mengerikan lagi, benar-benar mati seperti lee minho?"




P S Y C H O




tanpa ketiga sekawan itu ketahui, sosok kim jeongin kini terkulai lemas di balik dinding yang memisahkan mereka, berusaha memproses segala pengakuan yang baru saja ia dengar tanpa sengaja.

sungguh, rasanya sulit sekali menahan diri untuk tidak membunuh pada pelaku yang telah menghancurkan hidup sang kakak dan keluarga bahagianya.

"semua ini karena mereka," air mata mulai membasahi kedua pipi jeongin. "hal buruk apa yang pernah hyung lakukan pada keparat-keparat itu, hingga kini ia harus berjuang di antara hidup dan mati, sedangkan mereka masih bisa menikmati indahnya kebebasan?"

beranjak dari tempat ia bersandar, pikiran siswa kelas sebelas itu terpatri pada satu-satunya pemegang kunci yang dapat mengubah segalanya.

"aku harus mencari tahu tentang lee minho."




P S Y C H O




yang berkuasa mengatakan bahwa diam adalah emas.

namun bagi kim jeongin, apapun resiko yang menanti, dunia harus mengetahui kebenarannya.















author's note:
halo! maaf ya aku udah lama nggak update,
kemarin masih kepikiran X1 sampe nggak bisa
nulis... by the way, ada karakter lain, nih. kira-
kira teorinya masih sama gak?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro