04 | let's play a riddle!

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng





"stres."

"nilainya menurun."

"tidak ada yang merundung—"

—christopher bang menghela napasnya kasar setelah hampir selesai mewawancarai hampir seluruh siswa kelas 12 sma hanbyul. para remaja berusia sembilan belas tahun itu terus mengatakan jawaban yang sama layaknya kaset rusak, seakan-akan terprogram demi menghindari penyelidikan lebih jauh.

"kita tidak bisa terus begini, hyung," chris menatap koleganya, woojin, yang masih sibuk menata kembali kamera perekam. "sampai kapanpun, kita tidak akan pernah menemukan jawaban yang kita cari."

"lalu, mau bagaimana lagi?" woojin mengangkat kedua bahunya dengan acuh.

"tidakkah ada cara lain untuk—"

"—tidak ada," gelengnya cepat. "detektif bang, aku tahu kau sangat frustrasi dengan jawaban yang mereka beri, namun sebagai pihak yang bertanggungjawab, kau dan aku tetap harus menjalankan prosedur yang sudah ada. lagipula, masih ada beberapa siswa yang tersisa di luar. tidakkah kau ingin mendengar pernyataan mereka?"

menyenderkan tubuhnya pada sandaran kursi, chris menutup kedua mata dan menggigit bibirnya. rasanya laki-laki itu ingin mengumpat. mencari petunjuk teka-teki kehidupan, terkadang memang tak selalu sesuai keinginan.

"aku— aku hanya . . ."

"aku paham maksudmu."

"entahlah," chris kembali menegakkan posisi tubuhnya. "oh ya, hyung, siapa siswa yang akan kita wawancarai selanjutnya?"

"hwang hyunjin," balas woojin, sebelum menutup buku catatannya dan terdiam sejenak. "jangan terlalu keras padanya. bagaimanapun juga, hyunjin adalah anak dari pemilik yayasan hanbyul dan hwang corporation. kau
tau betul bukan, seberapa besar pengaruh yang dimiliki ayahnya terhadap pekerjaan kita?"

"bukankah tidak pantas bila seorang polisi tunduk dan mengistimewakan calon saksinya?" chris mengangkat alisnya tak terima.

woojin, disisi lain, memilih untuk membuang muka
dan menggelengkan kepalanya miris. "aku hanya tidak ingin kehilangan pekerjaanku; ada keluarga yang harus aku nafkahi."

"dengan tidak menegakkan keadilan?" ia tertawa sinis, kemudian memutus kontak mata mereka. "baiklah . . .
itu urusanmu, hyung. tetapi jangan pernah mencoba mengehentikanku saat menegakkan keadilan."




P S Y C H O




tiga puluh menit kemudian, sebuah kamera perekam menatap sinis di hadapan hwang hyunjin, yang justru tersenyum lebar seakan-akan dirinya malaikat. hal itu membuat chris semakin gusar, karena seperti yang ia ketahui sejak hari pertama bekerja — manusia bukan hanya lebih bodoh daripada keledai, namun juga lebih jahat dibandingkan serigala berbulu domba.

"baik, tuan hwang," mulai woojin dengan kedua kaki yang sedikit gemetar. "pertanyan pertama, apakah kau mengenal kim seungmin?"

hyunjin mengangguk perlahan. "kami berteman dekat sejak awal bersekolah di hanbyul."

"apakah ia pernah bercerita padamu tentang masalah yang saat ini sedang terjadi pada dirinya?"

"tidak," gelengnya cepat. "meskipun ditempatkan di kelas yang sama, kami sudah tidak lagi berteman sejak kelas dua belas."

"mengapa begitu?" chris mengernyitkan dahinya.

"tidak ada alasan yang spesifik."

"apakah kau yakin dengan jawabanmu—"

"—chris," potong woojin gugup. kemudian, laki-laki itu tersenyum kikuk dengan harapan bahwa hyunjin tidak merasa terintimidasi dengan perlakuan rekannya. "kau tidak harus menjelaskannya bila tidak ada yang perlu dijelaskan."

"kau tau, pertemanan tidak selalu bertahan selamanya, bukan?" hyunjin tertawa geli. "tidak ada hal signifikan yang terjadi di antara kami berdua. aku hanya tidak merasa cocok berteman dengan seungmin, begitu pula dengan sebaliknya. bukan masalah besar."

"apakah ada hal lain yang kau ketahui, yang mungkin memicu kim seungmin untuk mengakhiri hidupnya?"

"hmm... nilai yang menurun?"

chris dan woojin terdiam. jawaban ini lagi?

"jawaban ini lagi—"

woojin kembali memotong perkataan chris. "—apakah kau dapat menjelaskannya secara lebih detail?"

hyunjin memilih untuk tertawa sebelum menyilangkan kedua tangannya di depan dada. ia sama sekali tidak merasa terganggu dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh kedua polisi itu — bahkan cenderung meremehkan, entah untuk alasan apa.

"aku menyayangi kim seungmin, tuan. ia bahkan sudah kuanggap keluarga sendiri. namun belakangan, nilai yang menurun membuatnya murung, mudah kesal dan emosional . . . seperti orang depresi, dan aku merasa tidak nyaman saat ia memproyeksikan amarah dan kekecewaannya padaku," balasnya dengan tatapan
yang kelewat tajam. kemudian, hyunjin mengalihkan pandangannya pada jam dinding dan bertanya, "kalau begitu, apakah aku boleh menyudahi wawancara ini?"




P S Y C H O




lee minho.

sepertinya, jeongin pernah mendengar nama itu. entah apakah hal tersebut hanyalah delusi atau benar-benar nyata — sesungguhnya, saat ini laki-laki itu sudah tidak sanggup membedakan mana yang realita dan sekedar buatan otak manusia.

berjalan meninggalkan tempat dimana ia tak sengaja menguping pembicaraan sang tiga sekawan, jeongin mengusap air matanya yang berusaha meloloskan diri dari kedua mata, mencari cara agar ia dapat bertemu sosok yang dapat membantunya memecahkan misteri ini. haruskah ia menggeledah arsip-arsip yang ada di ruang berkas, atau mungkin membolos sekolah untuk mencari keberadaan lee minho dan keluarganya?

kepala jeongin rasanya ingin meledak. namun pada akhirnya, sepintar-pintarnya bangkai ditutupi, baunya tetap tercium juga.

"apakah kau kim jeongin?"

menolehkan kepalanya menuju asal suara, sosok yang jeongin temui adalah seorang siswa dengan seragam tanpa dasi dan sebatang rokok yang terselip di antara bibir manisnya. sulit dideskripsikan — remaja yang ada
di hadapannya terlihat begitu ramah untuk seorang berandal, tetapi juga berbahaya.

"kau berbicara denganku?" jeongin menunjuk dirinya sendiri, sedikit ragu apakah individu yang ia maksud adalah dirinya atau tiga siswa tingkat akhir di belakang mereka yang masih asyik menyusun rencana.

"memang, di hadapanku ada siapa lagi?" sang lawan bicara menginjak puntung rokoknya asal. "sebelumnya perkenalkan, aku han jisung — seseorang yang dapat menyelesaikan teka-teki percobaan bunuh diri kim seungmin sekaligus kematian mengenaskan lee minho. senang bertemu denganmu, kim jeongin."
















author's note:
kaget banget udah 3k reads! terima kasih banyak
untuk kalian yang mendukung work ini, maaf banget kemarin aku nggak update-update karena hectic di
real life. aku bersyukur masih banyak yang antusias
sama psycho 😭😭 ditunggu update berikutnya, ya! jangan lupa vote & comment kalau berkenan, stay
safe everyone 💜

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro