Putra Yakuza 2

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng



PUTRA YAKUZA

Chapter 2


Sasuke: 26 tahun.

Naruto: 21 tahun

Seting pertama dimulai dari sebuah tempat dengan banyak kotak-kotak besi besar berbahan besi berat atau yang biasa disebut Kontainer atau peti kemas. Tepatnya pada sebuah Bea Cukai dekat pelabuhan. Jangan tanya bagaimana sistem pengamanan dapat dibobol, atau cara mematikan seluruh kamera pengintai dalam area tersebut. Karena sepenuhnya adalah daya para penguasa yang tak layak diketahui umum.

Dalam area yang dikelilingi oleh kontainer dengan isi berbagai barang produk baik yang akan diimpor maupun diekspor itu, terdapat sebuah kelompok kecil orang. Berada ditengah-tengah wilayah yang longgar. Kontainer raksasa yang menyimpan sejuta rahasia didalamnya, tidak menyamai rahasia yang disimpan oleh orang-orang yang kini sedang berada ditengah-tengah wilayah gudang terbuka itu.

Seoarang laki-laki berperawakan tinggi 180 cm, berjas hitam, celana hitam, sepatu hitam. Rambut reven yang biasa bercahaya biru ketika bersentuhan dengan cahaya, kini terlihat hitam lenggam mengikuti keremangan pada tempat itu. Hanya wajah dan telapak tangan yang mungkin dapat dilihat karena kulit putih yang ia miliki. Selebihnya, didominasi warna hitam, seolah ingin menyusup dalam gelap tanpa diketahui. Bahkan mata hitamnya yang kini tengah mengawasi klien bisnis yang ada di depanya.

Saat ini Sasuke tengah melakukan perjanjian bisnis dengan seorang klien bernama Hanebu Kou. Seorang laki-laki tua beracamata yang kini tidak sendiri. Ditemani oleh seorang pria berbadan tegap. Mengenakan pakaian berandalan jalan yang sama sekali jauh dari kata rapi, dibandingkan anggota kelompok Sasuke yang memakai tuksedo.

Sasuke ditemani 5 orang bawahanya. Seorang kobun yang kini berdiri di samping Sasuke merupakan pria kecil dengan tinggi 165 cm, berambut kuning pendek, bermata biru langit, dan berkulit putih. Sedangkan empat yang lain, yang terlihat sangar, tinggi, dan berotot, kini tengah berada di belakangnya. Lalu bagaimana bisa seorang terlihat kecil dan terkesan cantik itu kini berada di samping Sasuke dan menjadi asisten kepercayaannya. Kita simpan pertanyaan itu sampai tiba waktunya .

"Maaf Uchiha-san. A-aku terpaksa melakukan ini. Aku tidak mau menyerahkan perusahaanku padamu." Kata Hanebu terbata. Rupanya sosok Sasuke terlalu mengerikan baginya.

"Apa anda sudah memikirkan matang-matang Hanebu-san. Karena akan sangat disayangkan sekali." Kata Sasuke dengan nada manis dan mengancam.

"Perjanjian yang akan kita lakukan hanya menguntungkanmu saja. Tidak ada yang dapat disayangngkan dari batalnya perjanjian ini." Kata Hanebu mulai mendapatkan rasa percaya dirinya untuk berbicara pada lawan bicaranya.

"Anda salah mengartikan kalimat saya Hanebu-san. Yang sangat disayangkan dalam hal ini adalah nyawa anda."

Hanebu yang mendengar ucapan terakhir Sasuke ketakutan dan mundur beberapa langkah. Melihat klienya ketakutan oleh ucapan Sasuke, laki-laki di samping Hanebu maju dengan wajah menantang pada Sasuke.

"Kau terlalu sombong Uchiha-san. Sebelumnya perkenalkan,namaku Hidemoto. Kami hanya sekelompok pembunuh bayaran yang disewa Hanebu-sama untuk mengatasi, anda."

Seteah perkataan itu, mulai bermunculan berandalan-berandalan lain dari seluruh menjuru arah, berasal dari balik kontainer yang rupanya menjadi tempat persembunyaian mereka beberapa saat yang lalu. Dan kini tengah mengepung kelomok Sasuke.

Apa yang terjadi saat ini sungguh sangat tidak berimbang. Sasuke yang berdiri bersama lima pengawalnya yang lain, sedangkan Hidemoto membawa sekitar 20 orang pasukan bersamanya. Semuanya membawa benda-benda khas berandalan. Mulai selang besi berkarat, palu, pisau, bahkan ada yang membawa pedang. Sedangkan menurut perjanjian pertemuan mereka saat ini, masing-masing orang dilarang membawa senjata.

"Sayagnya aku tidak pintar berbicara sepertimu Uchiha-san. Jadi kita selesaikan dengan tindakan saja." Kata Hidemoto.

Laki-laki kecil yang berada di samping Sasuke mengawasi sekelilinhnya dengan pandangan memperhitungkan. Empat pengawal Sasuke yang lain, kini mulai membentuk formasi pertahanan dengan Sasuke sebagai pusatnya. Mereka akan mencoba sebaik mungkin untuk tidak melibatkan Sasuke dalam pertikaan ini. Seolah menganggap tangan tuan muda mereka tak layak menyentuh para berandalan yang akan melawan mereka.

"Naruto," Si laki-laki kecil menoleh saat merasa namanya disebut.

"Ya, Uchiha-sama," Jawab Naruto pada Sasuke.

"Jaga punggungku." Kata Sasuke telah menetukan formasi. Kini Sasuke dan Naruto saling membelakangi dan masing-masingnya memiliki tugas menjaga punggung teman bertarungnya.

Beberapa detik berlalau dengan ketenangan yang mencekam, timbul diantara dimulainya pertikaian, sebelum sebuah suara memecah keheningan.

"HYAAAAAA,"

Serbuan langsung seluruh berandalan Hidemoto kepada para pengawal Sasuke dimulai.

Duag

Klantang...

Satu terjangan dari salah satu pengawal Sasuke langsung menumbangkan satu berandalan pada menit pertama. Disusul oleh plantingan tangan dilakukan oleh penjaga yang lain.

Trang-trang.....

Suara besi yang saling bertubrukan dari penjaga lain yang kini telah merampas salah satu senjata dari para berandalan yang telah pingsan.

Hidemoto memperhatikan Sasuke masih diam dalam posisnya, dan menunggu. Selama beberapa saat ini rupanya para berandalan-berandalan itu dapat diatasi hanya dengan pengawal-pengawalnya. Merasa marah dengan apa yang ia saksikan. Ketidakberdayaan pasukanya dalam menghadapi pasukan Sasuke yang hanya terdiri atas beberapa orang membuatnya geram.

"HYAAAAAAAAAA," Hidemoto berlari dan memulai aksinya.

Ia menggunakan sebuah pisau tajam menyerang langsung pada salah satu pengawal.

Dengan gerakan gerakan gesit yang ia lakukan. Hidemoto mulai menyerang daerah leher pengawal tersebut dengan pisau kecil nan tajam dengan tangan kanannya. Tetapi harus meleset dengan gerakan menghindar ke kanan yang dilakukan sang pengawal. Tapi tiba-tiba dari tangan kiri Hidemoto keluarlah sebuah pisau yang lain.

Jrep..

Pisau kecil itu kini terbenam pada lengan pengawal tersebut, dan langsung membuat Sang pengawal pingsan. Ternyata Hidemoto menggunakan pisau khusus yang telah ia lumuri racun pelumpuh. Hingga akan membuat pingsan seseorang bahkan seekor gajah, apabila terkena pisaunya.

Hidemoto mengawasi Sasuke yang masih tetap bertahan pada posisnya. Padahal pria kecil bersurai kuning dibeakanganya kini sudah mulai beraksi dengan gerakan-gerakan lincah. Lain dengan Sasuke yang masih dengan pose memejamkan matanya, seakan pertarungan didepanya tidaklah berarti. Pastinya pemandangan tersebut membuat Hidemoto semakin marah dan ingin segera menghancurkan targetnya itu.

Hidemoto mendekat sampai ia berada di depan Sasuke. Ia menunjukan seringainya. Dengan anggapan Sasuke yang masih memejamkan mata, tidak menyadari kedatanganya. Ia mulai mengeluarkan pisaunya, melakukan gerakan cepat dengan tujuan agar pisaunya dapat menyetuh kulit Uchiha yang sempurna.

"Hiaaa...."

Duag...

Sebuah tendandangan keras mendarat pada dada Hidemoto dengan tempo yang terlalu cepat. Mencegahnya mendekat, dan membuatnya mundur beberapa langkah dari Sasuke. Sasuke yang kini telah membuka matanya, menatap Hidemoto dengan campuran rasa jijik dan tertarik.

"Brensek!"

Kembali dengan terjangan ke arah Sasuke, Hidemoto dengan dua pisau siap berada di tanganya, dan siap menembus jantung Sasuke. Sebelum Sasuke melompat tinggi dan menendang dagu Hidemoto dengan keras dengan gerakan salto.

Duag...

"Aghh..."

Telinga, dan mulut Hidemoto berdarah oleh tendangan Sasuke. Tidak hanya itu, Sasuke berlari kembali menuju hidemoto, menempatkan kedua kakinya pada leher mangsanya. Kemudian melakukan gerakan memutar tubuh yang langsung membuat Hidemoto terpelanting dengan leher terpiting.

Bruag...

Hidemoto terbanting dengan keras, dan sejenak membuat tubuhnya enggan bangaun. Hampir tidak berkutik dengan gerakan-gerakan mematikan milik Sasuke.

"Cih, berngsek..." Hidemoto meludahkan darah yang ada dalam mulutnya, dan menyadari bahwa Sasuke sama sekali tidak menggunakan tangannya untuk menyeranganya.

Naruto yang berada di belakang Sasuke telah merasakan pergerakan tauannya. Tapi bagi Naruto tidak ada gunanya mencemaskan kondisi Tuannya. Karena semua orang tahu, bahakan 25 orang yang ada dalam arena, belum tentu dapat mengalahkan Tuannya bila ia bertarung dengan sungguh-sungguh. Maka Naruto memutuskan untuk fokus pada buruannya dan melindungi punggung Tuannya.

Walau Naruto termasuk pendek, dan dapat dikatakan ramping. Naruto telah membuat kelima lawanya tak berdaya oleh serangan-serangan mematikan yang ia lakukan. Bahkan kini mulai menghadang lima grombolan yang menuju arahnya.

Jrep-jrep-jrep...

Dengan gerakan sederhana, tiga suriken langsung menamcap tiga tubuh lawan yang hendak menyeranganya. Dan langsung menumbangkan mereka dalam satu kali serang. Keahlian Naruto ini adalah seni lempar suriken yang ia pelajari dari kitab-kitab kuno Ninja. Berbeda dengan paham Samurai milik Sasuke, jurus-jurus yang diterpkan Naruto saat ini lebih condong pada seni bela diri Ninja. Walau konsepnya hampir sama, secara kasatmata akan terihat dari jenis senjata yang digunakan olehnya maupun Sasuke. Sasuke yang menggunakan pedang, sedankan Naruto menggunakan kunai dan suriken.

Duag...

Sebuah kayu padat dibeturkan pada tengkuk Naruto dengan kekutan penuh. Membuat Naruto harus memegangi tengkunya, sambil mempertahankan keseimbangaannya yang mulai goyah. Tapi kemudian dari arah samping,

DUAG..

BRAK..

Sebuah tendangan kaki jenjang sampai pada kepala penyerang tersebut dengan sangat keras. Meumbangkan musuh dengan sekali serang. Tendangan mematikan itu menimbulkan bunyi yang sagat keras hingga mungkin menyebabkan gagar otak berat pada laki-laki tersebut.

"Sasuke Sama," Kata Naruto memandang sosok penolongnya.

"Bisa ini dipercepat. Aku mulai bosan." Kata Sasuke.

"HAIK." Kata keempat pengawalnya serentak.

Akhirnya ritme pertempuran yang mereka lakukan kali ini mendadak lebih cepat, hingga membuat tumbang puluhan musuh yang menyerang mereka hanya dalam waktu 10 menit.

Hidemoto yang masih terbaring dalam posisinya setelah kalah telak dengan Sasuke, mendapati hampir seluruh pasukanya kini telah pingsan dan terluka parah. Hingga ia mulai merencanakan sesuatu. Dengan keahlianya mengecoh dan mengalihkan perhatian, seperti pesulap yang sedang melakukan trik. Hidemoto berdiri, merogoh sakunya dengan pelan, hingga lawan tidak menyadari pergerakanya. Ia mulai mengarahkan moncong sebuah benda besi kecil, hitam, berat, pada punggung Sasuke. Membidik tepat pada jantungnya.

Sayangnya hal tersebut terlanjur diketahui oleh Naruto yang berada pada posisi menghadap Hidemoto dan berada di depan Sasuke. Naruto segera mencekram lengan Sasuke kuat, mencoba membalikan posisi mereka, dan menempatkan dirinya sebagai tameng Sasuke. Tapi apa yang dirasakan Naruto adalah, tubuh Sasuke menjadi sangat berat dan kaku. Hingga membuatnya gagal untuk melakukan rencananya. Tapi tiba-tiba, dengan gerakan sangat cepat. Sasuke memeluknya erat, dan menumbangkan tubuh mereka ke arah kiri.

DORR.

Suara peluru menggema di seluruh dermaga. Membawa peluru yang melesat tajam menuju Sasuke yang sempat menghindar.

Cres...

Suara gesekan antara peluru dan jas milik Sasuke ketika kedua benda itu bertemu.

Mungkin keberuntungan atau gerakan lincah dan cepat Sasuke yang membuatnya selamat dalam menghindari peluru tersebut. Hanya lengan jas hitamnya harus robek dan sayatan kecil yang dangkal menggores kulit lengan Sasuke, memberikan tanda bercak darah segar yang sedikit keluar.

Tiba-tiba seluruh pertarungan yang ada dalam arena mendadak berhenti. Suara senjata dan baku hantam yang terjadi pun mendadak senyap. Membuat suasana mistis itu kembali lagi. Seakan menyambut kedatangan dewa kematian yang hendak turun ke bumi. Membawa kabar kematian pada mereka.

Naruto yang kini masih berada dalam dekapan Sasuke pun turut merasakan aura ganjil yang mencekam itu. Merasakan detak jantung Tuannya yang kini menempel dengan tubuhnya. Sangat kuat dan mengintimidasi. Membuatnya tertekan dan merasa akan terjadi hal buruk sebentar lagi.

"Hancurkan!" Kata Sasuke ditengah suasana yang sunyi itu, bagaikan sebuah perintah mutlak yang tidak di ucapkan oleh manusia. Membuat Naruto menutup matanya, dan tidak bersedia melihat apa yang selanjutnya akan terjadi.

Sekumpulan manusia muncul dan berdiri di atas Kontainer-kontainer yang mengelilingi mereka. Membawa sebuah laras panjang hitam yang memancarkan serbuan leser merah, yang kini memenuhi kepala Hidemoto secara serentak.

DORR-DORR-DODORR..

.

.

Rentetan tembakan menggema memenuhi dermaga. Kepala Hidemoto, atau mungkin sudah tidak dapat dikatakan kepala. Bentuknya sudah hancur, darah berceceran, banyak organ dari kepalanya yang telah keluar dari tempatnya. Mengerikan sekali. Jangankan untuk bersuara, bahkan untuk mengetahui para pembuhnya saja, ia tidak sempat. Karena kematiannya merenggut bahkan sebelum ia dapat merasa sakit.

Seluruh pengawal Sasuke menundukan kepala seolah tengah mengheningkan cipta tanda berduka. Sedangkan para pengikut Hidemoto yang masih sadar, menatap apa yang terjadi pada Tuannya dengan pandangan nanar. Ada yang mulai menangis, ada pula yang muntah-muntah melihat kepala Tuannya yang sudah tidak utuh.

Hanebu yang juga menyaksikan peristiwa itu, kini tengah terduduk dan bergetar hebat dalam posisinya.

Rentetan hal yang telah terjadi juga membuat Naruto bergetar dalam pelukan Sasuke. Seperti seekor kucing yang baru saja tersiram air es, Naruto bahkan mengencangakan cengkraman tangannya pada lengan baju Sasuke.

"Rupanya masih belum hilang," Kata Sasuke pada Naruto. Naruto yang menyadari apa yang dimaksut Tuannya, segera melepas peluknya dan mundur dari posisinya.

"Waka-Dono, apa yang harus kami lakukan pada Hanebu-Sama?" Kata salah satu pengawal yang tiba-tiba datang menemui Sasuke.

"Bereskan." Sasuke langsung berjalan menuju mobilnya tanpa menoleh kebelakang sama sekali. Diikuti Naruto yang berada di belakangnya, mencoba mengimbangi langkah Tuannya.

"TIDAK! Aku mohon jangan bunuh aku Uchiha-Sama. Aku akan memberikan seluruh hartaku. Aku mohon TIDAK!"

Sayup-sayup suara Hanebu yang meminta tolong, sama sekali tidak terdengar, atau tidak ingin didengar oleh Sasuke.

DORR

Suara tembakan terakhir, mengakhiri jeritan pilu mantan klien Sasuke. Kemudian dilanjutkan oleh semarak letusan kembang api di langit malam.

Cyut.....

DARR

Cyut-cyut..

DARR-DARR

Naruto memandang cahaya kembang api dengan takjub dari balik jendela mobil yang kini ia tumpangi. Mencoba menghilangkan memori pilu yang baru saja ia saksikan. Kembang api juga merupakan kegiatan wajib setelah terjadi pertempuran besar. Pastinya sebagai penyamar jejak suara baku tembak yang telah terjadi. Mengesankanya sebagai suara kembang api di langit gelap. Suara kembang api yang merenggut perhatian semua orang yang menyaksikanya. Bukan suara senjata api yang merenggut nyawa korban yang menjadi targetnya.

Dilarang copy fic ini

Cup Chocochip

"Hai, wakarimashita. Sugu ittemairimasu,"

Perjalanan menuju kediaman Uchiha, sedikit terganggu oleh telfon dari Ayah Sasuke kepada Naruto yang merupakan asisten pribadi Sasuke.

"Maaf Sasuke-sama, ada perintah dari Oya-sama kepada anda untuk segera menuju kediaman Hyuuga. Karena ada upacara pemakaman salah satu anggota keluarga mereka yang harus anda datangi," Kata Naruto.

"Siapa yang meninggal?" Tanya Sasuke.

"Oya-sama tidak bersedia mengatakanya. Dia hanya meminta anda segera datang." Naruto menjelaskan.

"Kalau begitu kita pulang sebentar saja. Aku ingin mengganti bajuku." Kata Sasuke.

Dilarang copy fic ini

Cup Chocochip

"Sasuke-sama, saya membawakan baju anda." Naruto meminta ijin untuk memasuki kamar Tuannya.

"Masuklah!" Jawab Sasuke singkat.

Sreeeek

Naruto memasuki kamar yang telah berkali-kali ia masuki. Sebuah kamar sederhana dengan dominasi warna coklat, baik itu tatami, atap, kusen jendela, meja, dan lain-lain. Tidak ada kasur, karena Sasuke masih menggunakan futon sebagai alas tidurnya. Cahaya dalam ruangan tersebut hanya bersumber dari beberapa lampu kecil berwarna kuning yang menempel di dinding, menimbulkan efek hangat, walau kesan gelap masih terpancar di dalamya.

Saat ini Sasuke tengah memandang pemandangan halaman kediaman Uchiha dari jendela besar kamarnya. Ia tampak berfikir. Naruto tahu Tuannya sedang gelisah. Tapi jangan bertanya apa menjadi pikiran Sasuke saat ini, karena mungkin hanya dia sendiri dan Tuhan yang tahu.

"Saya membawakan obat-obatan untuk luka Sasuke-sama." Kata Naruto mengalihkan pandangan matanya ke lantai ketika Tuannya tiba-tiba menoleh padanya.

Sasuke beranjak dari tempatnya dan berdiri tepat di depan Naruto. Naruto mengerti apa yang di maksut Tuannya.

Naruto meletakan barang-barang yang ia bawa di atas meja. Dan bergerak menuju Tuannya lagi. Ia mulai membuka satu persatu kancing baju yang dikenakan Sasuke. Dari mulai jas hitam yang Sasuke kenakan, beralih pada kemeja. Satu-persatu ia lepaskan dari tubuh Sasuke dengan hati-hati. Hingga tersisa Sasuke yang bertelanjang dada dengan masih mengenakan celana panjangnya.

Gumpalan otot atletis menutupi seluruh permukaan badanya, dapat dilihat dari otot bisep, dan Sembilan kotak yang menonjol di perutnya. Memancarkan aura maskulin yang kuat dan kokoh. Tetapi jangan pernah berfikir tubuh Sasuke semulus wajah putih nan bersih miliknya. Karena kondisi kulitnya sungguh berbeda dengan wajah tampannya. Bagai sebuah dinding bergrafiti, coretan-coretan berwarna berbentuk naga emas, menghias kulit kanfasnya. Disertai dengan berbagai goresan luka yang sangat banyak, mulai dari bekas luka sayatan panjang melintang, luka kecil yang merupakan bekas tusukan, yang jumblahnya sudah tidak dapat terhitung.

Tubuh yang penuh luka mengisyaratkan betapa kerasnya kehidupan Sasuke, hingga tiap goresan adalah sebuah pengalaman. Mencerminkan sosok monster yang masih tetap hidup walau dengan segala luka yang diterima. Luka yang menunjukan alaram pada musuh-musuhnya, bahwa dirinya berbahaya.

Naruto memandang sejenak luka pada lengan Sasuke yang ternyata telah hilang sempurna. Hal tersebut pastinya karena jurus pemulihan yang sudah dikuasai oleh Sasuke. Luka kecil seperti goresan, akan hilang dalam sekejap. Naruto meninggalkan kotak obatnya, dan berfokus pada tugasnya untuk memakaikan pakaian bersih pada Tuannya.

"Kau tidak mengatakan padaku, tentang ketakutanmu pada bunyi pistol masih terjadi." Kata Sasuke di tengah-tengah kegiatan mereka.

Naruto yang sedang mengancingkan kancing baju milik Sasuke, menjawab pertannyaan itu tanpa memandang Tuannya.

"Saya sedang berusaha menghilangkanya." Kata Naruto seadanya.

"Sampai kapan?" Kata suara besar dan datar Sasuke. Naruto tahu Tuannya tengah memandanganya dengan intens. Walau hal tersebut membuat degub jantungnya semakin kencang, tapi perasaan bahwa dirinya bukan siapa-siapa, membuatnya hanya mampu menatap kancing baju yang ia coba pasangkan dan menjawab pertannyaan Sasuke.

"Sampai saya mengingat alasan kenapa saya takut dengan hal itu."

Hening sejenak, Sasuke terdiam oleh pernyataan Naruto. Mereka berdua telah sama-sama tahu, Naruto kehilangan memorinya setelah peristiwa tersebut. Benturan dan tekanan mental yang diterima Naruto saat peristiwa pembunuhan kedua orang Tuannya. Membuat otak Naruto bertindak untuk melindungi kewarasan Naruto dengan cara menghapus memorinya sendiri. Bahkan Naruto tidak mengingat orang Tuannya dan peristiwa 14 tahun yang lalu.

Hal itu pula yang mempermudah Naruto untuk masuk dalam dunia Sasuke. Sasuke memangfaatkan kekosongan Naruto untuk memiliki diri Naruto sepenuhnya. Membentuknya sebagai budak yang paling setia, mengarahkan pada jalanya, dan menciptakan pelayan paling ideal untuknya.

"Anda sudah siap Sasuke-sama." Naruto mundur beberapa langkah untuk menciptakan jarak antara dirinya dan Tuannya setelah selesai memasangkan baju Sasuke.

"Kita berangkat." Sasuke segera bergerak menuju pintu keluar kamarnya diikuti Naruto dibelakanganya.

Dilarang copy fic ini

Cup Chocochip

Kediaman Hyuuga, besar dan didominasi warna putih keunguan pada dinding-dinding kertas khas rumah gaya tradisional. Setiap jengkal tanah subur ditamanya, ditanami bunga-bunga indah dengan wangi yang menguar segar. Bunga kecil ungu yang bergerumbul dan wangi bernama Lavender, adalah yang paling sering ditemui di sana. Tapi lain dengan hari ini. Pemandangan indahnya warna bunga-bunga itu, saat ini tampak memudar. Seakan tengah sama-sama berduka bersama seluruh keluarga Hyuuga. Yang hari ini kehilangan salah satu anggota keluarga mereka.

Sasuke memasuki rumah duka ditemani 5 penjaganya. Entah mengapa suasana yang tadinya penuh kesedian tiba-tiba terkesan mencekam saat Sasuke memasuki rungan. Semua pelayat yang rata-rata merupakan anggota Yakuza terlihat berbisik pada orang disampingnya. Naruto rupanya juga merasakan ada yang tidak beres. Akhirnya memutuskan bergerak maju, dan berdiri siaga di samping Tuannya.

"Akhirnya..." Suara seseorang yang berasal dari pintu masuk. Seorang laki-laki berwajah setara Tuannya, dengan kulit putih, bermata ungu keputihan, dan rambut coklat panjang terikat, muncul dari belakang posisi Sasuke dan pengawal-pengawalnya. Laki-laki itu diketahui Naruto bernama Hyuuga Neji, yang merupakan penerus utama keluarga Hyuuga.

"tamu kehormatan datang juga. Bravo... Bravo..." Sekali lagi, nada yang ditunjukan Neji pada Sasuke terkesan cukup lancang dan meremehkan. Neji berjalan mengitari Sasuke dan pengawalnya dengan tatapan kebencian dan senyum palsunya, hingga sampailah dia tepat di hadapan Sasuke. "Sangat berani sekali!" Sambil bertepuk tangan pada Sasuke yang tepat berada di depanya, dan melanjutkan kalimatnya.

"Seorang pembunuh melayat pada pemakaman korbanya. Sungguh sangat ironis."

Kata-kata Hyuuga Neji menampar seluruh pengunjung dengan beribu pertanyaan. Naruto yang masih berada di samping Tuannya tidak berani bertindak, sebelum ada perintah langsung dari Sasuke. Naruto mengawasi ekspresi Sasuke yang saat ini masih datar. Tapi dapat terlihat ada mimik terusik dari tatapan matanya.

"Neji-" Seorang laki-laki yang merupakan Oyabun Clan Hyuuga yang bernama Hiashi Hyuuga , mencoba melerai pertikaian.

"Ijinkan saya Oya-sama. Ijinkan saya menyatakan kebenaran pada pembunuh ini. Tentang Hinata Hyuuga yang lebih memilih mati dari pada mengorbankan janin milik pria ini." Kata Neji telah menghilangkan ekspesi palsunya. Kini terlihat oleh semua orang wajah murka Neji yang ia tunjukan pada Sasuke.

"Laki-laki brensek yang menghamili tunaganku...

Dilarang copy fic ini

Cup Chocochip

~Flash Back~

Neji PoV

.

Mencintai seseorang adalah karunia. Pemberian yang kuasa pada hambanya. Tidak dapat dipaksa, atau diprediksi. Seharusnya seperti itu. Tapi hal itu bertentangan dengan kisah cintaku bersama wanita bernama Hyuuga Hinata, yang sudah tertulis bahkan sebelum kami ada di dunia. Kehendak orang tua kami telah mengikat bahkan sebelum kami dilahirkan. Menjalani kehidupan dengan sangat mudah, dan mencintai dengan sangat mudah. Rupanya membuat Hinataku melupakan cintanya dengan sangat mudah pula. Atau mungkin cinta itu sama sekali bukan miliku dari awal.

Cinta yang berawal dari paksaan, berakhir dengan kepuasan. Hinata, Cintaku berpendar secara posesif dalam hati. Hingga rasa itu tumbuh liar, dan merasa untuh memilikinya tanpa batasan. Melalaikanku akan datanganya badai itu. Badai yang terjadi saat pancaran cemerlang yang menunjukan cinta keluar dari matanya, yang aku ketahui ternyata bukan untukku. Pancaran sinar kekaguman, yang ia tunjukan padaku, mendadak sirna. Terganti kehampaan. Hingga aku tahu, hatinya telah beralih.

Saat mendapat kepastian untuk hari penyatuan kami. Harusnya menjadi suatu kabar membahagiakan. Tapi tidak untuk Cintaku. Saat kata-kata itu sampai pada telinganya. Saat itulah cahaya terkikis hitamnya awan, dan rintik hujan membasahi kertas takdir yang menaungi kisah kami. Memburamkan tulisanya, dan melelehkanya hingga menjadi potongan.

"Tolong aku Neji-nii. Tolong batalkan acara pernikahan kita," Melihat pertama kali, mata miliknya membengkak, dan suara serak yang harusnya tidak terjadi menjelang hari bahagia.

"Ada yang kau katakan Hinata Hyuuga?" Kata-kata yang tidak kumaksutkan untuk menyakiti. Terdengar seperti amukan.

Sejenak Cintaku terlihat berfikir. Apa yang ia ingin Cintaku sampaikan hingga air mataya harus mengalir dari mata indahnya.

"Maafkan aku Neji-nii. Aku hamil,"

Apa ini? Kau? Hinataku yang lembut. Hinataku yang selalu menjaga tata kramanya. Dia yang memiliki kepribadian baik. Menyatakan dirinya telah ternoda, bahkan menampung benih cinta milik orang lain.

"Apa yang baru saja kau katakan?"

Amarahku berkobar. Suara garang yang harusnya tidak pernah keluar untuk Cintaku, telah mencapai telinganya. Tangan yang harusnya mengelus tubuh ringkihnya, kini telah sampai pada rambut indahnya, meariknya dengan kasar, seolah ingin mencabutnya secara paksa.

"Neji-niisan sakit..." Kata-kata yang sudah tidak mempan dalam pikiran kelam, keluar dalam tangisnya.

"Bagaimana bisa terjadi. Kau tahu seberapa keras aku menjaga egoku untuk melindungi kehormatanmu. Dengan begitu mudahnya kau merusaknya. Siapa? SIAPA LAKI-LAKI ITU PELACUR!" Kata itu mencambuku hingga hari ini.

"Aku mohon Neji-nii, jangan lakukan apapun apadanya, aku sangat mencintainya." Mantra Hinata membuat kegelapan mengusai Sang amarah. Tangan yang telah lama berdosa, akan menambah riwayatnya.

DUAG

Tanganku melemparkan tubuh Hinata dengan kasar. Suara tabrakan meja dan tubuh Hinata yang menjadi satu. Menimbulkan tetes merah pada bibirnya. Rintih kesakitan menyadarkanku. Mengendaikan amarahku. Menurunkan adrenalinku.

Aku mendekatinya, mengangkat tubuh bergetarnya untuk berdiri, memeluknya, dan berbisik di telinganya.

"Aku tidak akan mengatakan apapun pada Oya-san. Jadi katakan padaku. Siapa dia," Kelembutan itu kembali untuknya. Tapi aku yakin, hanya untuk sementara.

"Kumohon! Jangan, jangan...." Rengek Hinata padaku.

"Kau tidak ingin terjadi apa-apa padanya kan?" Mengelus perut datar Cintaku dengan sedikit kasar. Itu akan menyadarkanya akan kuasaku.

"Baiklah, Baik. Sasuke. Sasuke Uchiha adalah ayah dari anakku."Kata Cintaku tatkala menagis.

Tersenyum untuk Cintaku. Itulah yang ku lakukan. Tapi malah membuatnya semakin bergetar. Takut? Tidak untuk saat ini sayang...

Aku menggenggam pergelangan tangan yang kecil itu dengan erat, dan mengajaknya ikut bersamaku.

"Neji-nii, kita mau ke mana?"

Mobil telah bergerak. Membawa kami di dalamnya. Aku hanya ingin membawanya. Menyucikanya dari dosa ini. Biar aku saja yang berlumuran dosa. Hinataku tetap harus suci. Dan ku miliki.

"Neji-nii?"

"Kita akan ke rumah sakit. Kau akan mengeluarkan bayi itu." Seandainya kata-kata itu tak pernah terdengar oleh Cintaku.

"Tidak, aku tidak mau. Bayi ini adalah satu-satunya hal yang akan mengingatkanku pada Sasuke-sama. Aku tidak akan menyerahkannya."

Lagi-lagi, amarah itu kembali. Menguasai dalam sekejap. Tapi aku menguasainya. Tak akan aku biarkan Hinataku celaka.

"Kalau begitu kita putuskan dengan pertimbangan ayahmu. Oya-san pasti memiliki keputusan yang lebih tepat untuk dirimu dan bayimu."

Cintaku menagis kembali, menampakan kelemahanya. Membuatku merasa berdosa kembali.

Akhirnya suasana mendadak sunyi. Aku tahu, hafal firasat ini. Ada yang akan mati. Entah kenapa aku selalu dapat merasakanya. Seoalah-olah dewa keatian tengah berbisik padaku. Tapi bisikan kali ini membuatku takut. Seolah Ia akan mengambil sesuatu yang paling berharga bagiku.

"Tidak Neji-nii," Suara sedih itu terdengar lagi.

"Ini adalah bayiku dari orang yang paling aku cintai. Kau tidak tahu seberapa besar pengorbananku untuk mendapatkanya. Aku tidak mau menyerahkanya. Kalau memang kalian mengininkan kematian bayiku. Maka aku akan ikut bersamanya,"

Tidak... Bukan Hinata cintaku. Katakan Tuhan... jangan Cintaku....

Cklak....clak

Busssss.....

Aku melihatnya, angin berhembus kencang, menerpa surai ungu kebiruan, berkibar bagai hitamnya langit. Angin yang terjadi karena terbukanya pintu mobil yang masih melaju dalam kecepatan 112 km/h. Menyibak rambutnya dan memperlihatkan wajah penuh air mata dan penesalan.

"Selamat tinggal Neji-nii." Dan senyuman itu mengakhiri. Seoalah menganggap dirinya memilki sayap. Hinata menghempaskan tubuhnya keluar mobil yang masih melaju kencang. Meinggalkanku dalam kebisuan dan ingatan senyum terakhirnya.

Terdiam di tempat. Hilang akal, hilang rasa, hilang tubuh. Hinataku, Hinataku, Cintaku mati. Berlari, berlari mendekati jasatnya yang terbaring di tengah jalan sepi. Meratapi kepergianya. Matanya, hidungnya, telinganya, rambutnya, tubuhnya. Segala keinginan untuk memilikinya, terwujud hanya untuk jasadnya, tapi bukan untuk jiwanya.

Dan kini Hinata mengabulkan keinginan itu, hanya untukku.

Untuk Cintaku,

Hyuuga Hinata.

Saat ini di depan jasatmu. Aku berjanji. Demi tiap tetes darah yang keluar dari kepala, mulut, hidung, dan telingamu. Aku akan membuat laki-laki itu merasakan hal yang sama denganku. Demi tubuh dan tangan halusmu yang kini tak berkulit. Aku akan menguliti tiap jengkal kulit dari wanitanya. Wanita itu akan bernasip sama denganmu. Mati sengsara di depan laki-laki itu, mungkin lebih mengenaskan darimu. Aku Hyuuga Neji berjanji di depan jasadmu. Akan membunuh kekasih dari Sasuke Uchiha. Membuatnya merasakan penderitaanku, untuk membunuhnya secara perlahan kemudian. Terimalah sumpah terakhirku padamu.

Dari tunanganmu,

Hyuuga Neji.

~End of Flash Back~

Neji Pov End

Dilarang copy fic ini

Cup Chocochip

Seluruh pelayat terdiam oleh kisah yang baru saja terlantun dari seorang Hyuuga Neji. Menanti reaksi yang akan terjadi pada dua kubu antara Uchiha dan Hyuuga. Kalau mereka beruntung, mungkin mereka akan mendapat tontonan gratis pertarungan maut anatara kedua Clan tersebut saat ini juga.

"Mungkin kisah cintaku memang cukup tidak adil menurut kalian." Kalimat Neji memotong keheningan. Neji yang kini tengah berada di depan Sasuke, mengarahkan tatapan tajamnya pada lawanya tersebut. "Tapi sayanganya aku bukan seorang yang akan menyerah pada keadilan. Kami akan membuatnya impas. Iya kan? Sasuke Uchiha. Kita akan membuatnya impas. Hanya tinggal sebutkan satu nama. Nama orang yang paling kau kasihi. Dan selanjutnya biar aku yang tentukan." Neji tersenyum keji pada Sasuke. Neji menyuarakan keinginan untuk meminta wanita Sasuke seolah-olah tengah meminta rokok padanya.

"Aku tidak akan menyerahkan wanitaku hanya untuk membuat impas tidakan bodoh wanitamu." Kata Sasuke dengan wajah datarnya. Sama sekali bebas dari ekspresi atau emosi yang sangat di tunggu oleh para pelayat yang menyaksikan pertikaian.

"Tindakan bodoh itu ia lakukan karena kebejatanmu, Sasuke Uchiha!" Mulai terlihat kejengkelan dalam nada bicara Neji. Tinggal melihat, siapakah yang akan meledak terlebih dahulu.

Sejenak Naruto merasakan kemarahan pada diri Tuannya. Tapi kemudian ditepis oleh seringai kejam yang diperlihatkan Sasuke setelahnya.

"Siapa yang tidak tergoda pada wanita yang merengek sambil berlutut dan meminta untuk dinodai. Kau saja yang tidak dapat memuaskan wanitamu. Hingga ia mengemis cinta padaku." Sasuke mengakhiri kesopanannya di depan tuan rumah dengan melontarkan pernyataan kasar mengenai almarhum Nona besar mereka.

"Tidak mungkin Hinataku melakukan tindakan nista seperti itu!" Neji mengepakan tanganya erat. Wajahnya bergetar menahan amarah oleh pernytaan Sasuke. Tidak ingin percaya informasi yang baru saja ia terima.

"Kau bisa bertanya padanya. Bagaimana dia meangis, memohon padaku untuk menikahinya. Seperti seorang wanita murahan yang merengek meminta tanda cinta dariku. Dan berjanji akan menghilang setelah mendapatkanya." Seringai keji itu semakin melebar ketika mendapat respon kemarahan Neji.

"Uchiha BERENGSEK!" Terbakar oleh amarah, Neji langsung mengrahkan tinjunya pada wajah Sasuke dengan tiba-tiba.

Tap..

Tapi dengan cepat pukulan tersebut dihentikan oleh sebuah tangan kecil nan ramping milik asisten yang tepat berada di samping Sasuke.

"Maaf tuan, kita sedang dalam suasana berkabung. Mohon untuk sedikit menekan amarah anda, Hyuuga-sama." Naruto menundukan kepala sambil berbicara secara halus pada Neji yang baru saja ia hentikan aksinya.

Neji memperhatikan sosok kecil yang dapat menghentikan pukulan kerasnya hanya dengan satu tangan. Seakan sedang memindai sosok Naruto, dan menandainya sebagai mangsa berikutnya. Neji mulai mencoba menekan amarahnya dan berhenti meunjukan kelemahanya didepan semua orang. Ia sedikit tidak terima saat kalah adu kesabaran melawan Sasuke.

Setelah merasa tekanan yang ada dalam tanganya berkurang, barulah Naruto memutuskan untuk melepaskan genggaman tanganya pada tangan Neji yang masih mengepal tepat di depan wajah Sasuke.

Naruto mengawasi sekelilngnya dengan cermat. Suasana mulai memanas, dan sangat berbahaya kalau mereka terus berada disini. Pernyataan Tuannya tadi setidaknya akan membuat Oyabun Clan Hyuuga marah. Tapi kenyataanya Hiashi Hyuuga hanya memandang lesu pada kedua Putra Yakuza yang tengah bertikai di hadapannya.

"Kita tidak akan pernah impas Hyuuga Neji." Sasuke memulai pembicaraan kembali. Tapi sedikit berbeda dengan ucapanya tadi. Saat ini Sasuke lebih menjaga tata kramanya pada setiap pengunjung, bahkan memandang Neji dengan tatapan kasihan.

"Aku mencintai wanitaku seperti dia mencintaiku. Tapi tidak dengan wanitamu. Hanya kau yang mencitainya. Hinata telah bahagia membawa cintanya. Sedangkan kau menderita membawa dendamu. Dilihat dari sisi manapun tidak ada yang lebih sengsara, dari hidupmu." Sasuke meneruskan kalimatnya.

"Itu akan lebih menarik Sasuke Uchiha. Itu akan membuktikan sampai mana kemampuanku untuk membuatmu menderita sepertiku." Kata Neji kembali pada titik ketenangan yang terpancar oleh nada bicaranya.

"Jangan bandingkan aku sepertimu. Membiarkan cinta mengusaimu, dan perasaan mengendalikanmu. Tak kukira kau selemah ini. Kau akan membuat kehancuran clanmu sendiri. Dan aku yakin bukan diriku saja yang tertarik menguasai Clan ini. Lihat mata-mata haus mereka yang mulai melirikmu," Naruto melihat ekspresi jengkel dan malas ditunjukan dalam ekspersi datar Tuannya. Selalu berada di dekat Sasuke membuat Naruto paham perubahan eksperesi Tuannya, walau orang lain tidak akan pernah menyadari perubahan tersebut.

"Terimakasih sudah mengingatkan. Sebenarnya ini adalah inti dari kedatanganku kemari." Kata Neji, lagi-lagi dengan nada yang lues.

Neji meninggalkan posisinya yang sesaat lalu berada di depan Sasuke, bergerak menuju tengah-tengah ruangan. Sejenak menatap seluruh hadirin yang kini seolah-olah menjadikan dirinya sebagai pusat.

PLAK-PLAK-PLAK

Neji bertepuk tangan meminta perhatian seluruh pelayat.

"LADIES AND GENTLEMEN," Kata pembuka yang menggema pada seluruh ruangan. Membuat seluruh pengunjung diam dan menantikan apa yang ingin disampaikan oleh calon penerus Clan Hyuuga tersebut. Neji memandang puas reaksi para pelayat yang langsung fokus padanya, dan seketika ia melajutkan kata-katanya.

"Hari ini kalian menjadi saksi. Janjiku pada Clan Hyuuga dan pada Hyuuga Hinata cintaku. Aku Hyuuga Neji berjanji, tidak akan pernah melangkahkan kaki pada kediaman ini, dan tidak akan memakai marga Hyuuga kembali. Sebelum aku membunuh wanita milik Uchiha Sasuke, dan memberikan Sasuke Uchiha penderitaan yang sama sepertiku." Neji memandang langsung pada Sasuke saat menyurakan kalimat terakhirnya. Yang ditanggapi Sasuke dengan seringai meremehkan.

"Sekian dariku. Terimakasih atas perhatiannya," Neji meninggalkan tengah ruangan, dan beranjak lagi menuju Sasuke, mendekat dengan jarak yang sangat dekat, dan berbisik padanya.

"Sampai jumpa lagi Sasuke. Sampaikan salamku, pada wanitamu."Kata Neji cukup pelan hingga mungkin hanya dapat didengar oleh mereka berdua saja. Sasuke pun mendesis sebal oleh ulah Neji tersebut.

Neji yang puas dengan ekspresi terakhir yang diperlihatkan Sasuke, segera menghindar dan meningglakan rumah duka, ditemani seluruh bawahannya meningglakan rumah itu seperti janjinya.

"Kita pulang." Kata Sasuke pada kelompoknya, dan segera mendahului untuk melangkahkan kaki meningglakan kediaman Hyuuga.

Meningglakan segala jejak penasaran yang mendera seluruh pelayat yang menyaksikan pertikaian yang terjadi antara kedua penerus Clan besar tersebut. Akan terjadi pertumpahan darah diatara kedua Clan. Pastinya akan menimbulkan gejolak besar dalam organisasi Yakuza. Ada beberapa pihak yang menentang, ada pula yang mendukung. Ada pula yang ingin mengambil kesempatan dari pertikaian mereka untuk melebarkan sayap atau mencari aliansi kuat antara kedua kubu.

Tapi hasil akhir masih tetap berada pada tangan kedua Putra Mahkota. Apa yang akan mreka lakukan dan rencanakan, tidak akan ada yang tahu. Tidak akan ada yang bisa mempredikisi.

Salah seorang dari mereka mampu merasakan datangnya kematian, dan seorang lagi mampu mengundang kematian itu sendiri. Apa yang terjadi ketika kedua orang tersebut saling mengacungkan pedang. Mungkin perlu melanjutkan kisah ini untuk mengetahuinya.

TBC

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro