Putra Yakuza 3

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Naruto (c) Masashi Kisimoto


PUTRA YAKUZA

Chapter 3

Pernikahan

Dalam sebuah kendaraan berjenis CR-Z hitam keluaran tahun 2015 yang kini tengah dikendarai oleh Naruto bersama Sasuke. Alasan mengapa mereka hanya berdua dalam mobil adalah karena permintaan yang dilontarkan secara langsung oleh sang majikan, yaitu saat tiba-tiba Sasuke menelfon—menyatakan keinginannya untuk pergi menenagkan diri.

Seperti yang diketahui Naruto, saat ini Tuannya sedang dalam kondisi yang kurang baik. Dengan kejadian yang baru saja ia alami. Deklarasi Hyuuga Neji terhadapnya, telah menambahkan riwayat musuh dalam daftar kelam kehidupan pria itu. Juga karena amukan Oya-san yang Naruto ketahui dari bisikan para kobun yang lain. Maka sewajarnya kini mereka tengah menuju tempat yang akan di tuju. Tempat yang selalu didatangi ketika Tuannya ingin menenagkan diri. Hal ini setidaknya dapat dibanggakan oleh Naruto, karena dapat merasa sedikit lebih sepesial dibanding pengawal-pengawal Sasuke yang lain. Tidak lain adalah karena tempat tersebut hanya diketahui dirinya dan Tuannya. Walau dalam kebenaranya, perasaan itu hanya berlaku untuk pikiranya sendiri.

Subuh, ketika matahari masih separuh bersembunyi di ufuk timur. Cuaca sejuk khas kawasan pegunungan tinggi yang tengah mereka lewati. Membuat Naruto harus mati-matian menyembunyikan kantuk dari Sasuke yang tengah menyetir di sampingnya. Menyadari bahwa si pengawal hampir tertidur, si pria tiba-tiba menekan tombol radio yang ada disamping kemudi. Menyuarakan sebuah lagu riang untuk membangunkan patnernya.

Hijau, biru, dan putih. Warna tumbuhan dan kabut yang menyatu dalam rimbunnya hutan. Atmosfir pegunungan yang sangat dingin, dengan ditambahi kesunyian yang menenagkan. Menghilangkan jejak bahaya binatang liar yang harusnya ditampilkan di balik kerimbunan pohon yang terbelah jalan. Hingga sampai pada ujung dari aspal yang mereka lewati. Sasuke memarkirkan mobilnya rapi, tepat di samping jalan. Saat dirasa tidak akan mengganggu penguna jalan yang lain. Mereka akhirnya keluar dari mobil secara bersamaan.

Tubuh Naruto langsung tegak bergidik merasakan terpaan udara pegunungan yang dingin menusuk tulang. Takut Tuannya merasakan hal yang sama, ia langsung mencari jas panjang hitam yang tersimpan dalam bagasi mobil untuk diberikan pada Sasuke.

Si Pria sejenak melihat apa yang dibawakan oleh asistenya. Kemudian ia ambil dan kibatkanya beberapa kali untuk menghapus bekas lipatan. Namun, tidak disangka-sangka, Sasuke malah memasangkan jas tersebut pada Naruto dengan luesnya. Membuat si wanita melongo menatap sang majikan dengan heran.

"Dingin ya?" Sasuke seolah berkata pada diri sendiri, seraya bergidik menahan dingin dengan kedua lengan memeluk tubuhnya sendiri. Ia langsung berbalik dan meningglakan Naruto yang masih dalam kondisi syok. Bahkan sedetik yang lalu, yang mungkin dianggap Naruto hanya sebuah tipuan cahaya, adalah ketika dirinya secara sekilas melihat sekilas senyum dari Sauke.

'Sungguh, hari apa ini?' pikirnya.

Tersadar dari lamunan, Naruto segera menyusul Tuannya menuju tempat tujuan mereka. Ia bergerak mendekat, hingga sampai tepat di samping sang majikan. Ini adalah bagian yang paling disukai Naruto. Mengamati sosok yang tengah berada di tepian tebing berpembatas. Ditemani cahaya mentari yang baru saja menunjukan sinarnya. Menghirup udara sejuk yang tersuguh di depanya sambil memejamkan mata. Menciptakan kesempatan bagi Naruto untuk memperhatikan wajah sang Tuan yang terbias sinar mentari.

'Mempesona.'

Tidak ingin memperdalam fatasi yang kian tidak terkontrol. Naruto memilih mengalihkan pandangangan. Mengawasi keindahan alam dari tebing tinggi sambil memperlihatkan kecantikan alam di bawah mereka. Bagaimana hijau mendominasi, biru samar membayangi, juga warna biru jernih yang mulai tampak, yaitu saat mereka mengfokuskan mata lebih jauh, ketika kerlipan cahaya biru pantai yang bertemu dengan sinar matahari. Membiaskan pancaran sejuta permata dalam kolam jernih luas samudra. Benar-benar mukjizat sang Pencipta, dengan keindahan hakiki, melukiskan pemandangan tiga dimensi yang tak akan pernah sanggup di rekayasa oleh manusia.

Suara nafas berat terdengar oleh Naruto, berasal dari Sasuke yang ternyata tengah mengambil secara rakus udara segar pegunungan yang ia rindukan. Seakan tak ada lagi waktu untuk menikmatinya esok. Ia pun memutuskan untuk melakukan hal yang sama, dan langsung membuatnya jatuh cinta kembali dengan aroma segar pegunungan yang selalu terjaga.

"Kau tahu Naruto." Naruto tersentak, oleh Sasuke yang tiba-tiba menawarkan percakapan tanpa menatap lawan bicara. "Di balik laut itu, terdapat sebuah pulau bernama Fueyoru. Termasuk dalam salah satu pulau terisolir yang sulit untuk diakses oleh dunia luar. Jumlah penduduk 500 jiwa, yang hampir seluruhnya bermata pencarian sebagai petani. Namun, menyuguhkan keindahan, ketenangan, dan ketentraman hidup yang akan kau dambakan hingga mati. Tempat yang sangat baik untuk membangun kehidupan baru." Sasuke mengakhiri penjelasan.

Naruto menerima perkataan Sasuke dengan segala kemelut pertanyaan berpendar dalam kepala. Apa yang sebenarnya dimaksutkan Tuannya menceritakan mengenai pulau terpencil itu?

Sasuke memalingkan wajah, menatap Naruto dengan tajam, untuk melanjutkan percakapan mereka.

"Bila saat ini— aku berikan kau kesepatan untuk lari dari hidupmu, untuk membangun hidup baru. Apakah kau akan menerimanya?" Mata si Pria menatap dengan pancaran keseriusan. Memaksa si wanita mejawab dengan sebenar-benarnya.

"Sa-saya tidak mengerti apa yang anda maksudkan Sasuke-sama," kata Naruto, terbata. Melihat ekspresi ketidakpuasan ditunjukan sang majikan, si wanita segera melanjutkan percakapan, " karena saya tidak pernah membayangkan hidup tanpa a-anda di samping saya."

Seakan sinar mentari bersinar lebih cerah dari sebelum mereka datang, atau mungkin karena sudah waktunya sang surya benar-benar bangun. Saat ini Naruto melihat pancaran terindah yang pernah ia temui seumur hidup. Kemuning hangat itu tengah yang menyebar tepat pada wajah tersenyum pria yang selama ini bersarang dalam hati, mengendap dalam angan, dan menggelora dalam jiwa.

Sasuke, Tuanya yang tercinta.

Dan yang paling membuatnya terheran adalah keindahan itu. Sejak kapan permata itu ada di sana? Untuk pertama kalinya terlihat, kemilau gigi putih terpantul sinar matahari, menyambut indah bungkai lengkung pada bibir sang Tuan.

Untuk keseribu kali, Naruto jatuh cinta pada paras indah itu. Dan untuk kesejuta kali, patah hati karenanya.

"Jadi, kurasa tidak masalah bagiku untuk mengatakan maksudku sekarang," kata Sasuke ditengah kebisuan Naruto.

"Naruto," panggilan yang dikuti desiran aingin yang sedetik lalu menelan suara.

"Maukah kau menikah denganku?"

...

"Hah?"

.

CupChocochip

.

Menjalani dua acara besar dalam satu hari, bukanlah hal mudah. Apa lagi bila ritual sakral yang umumnya ingin dijalani oleh dua insan manusia sekali dalam hidupnya, dilakukan dua kali dalam kurun 24 jam. Itulah yang akan Sasuke hadapi hari ini.

Upacara pernikahan antara dirinya dan Sakura—tunangnya—dikonsep menggunakan adat tradisional. Hanya disaksikan dan diketahui oleh kerabat dekat dan orang-orang terpercaya anatara klan Uchiha dan Haruno. Tercipta dalam kehidmatan yang menggema dalam suasana sakral dan bahagia selama prosesi.

Dilaksanakan pada hari cerah pukul 07.00 pagi, di dalam istana klan Uchiha. Sasuke menggunakan hakama hitam putih khas mempelai pria. Berdiri di atas karpet merah menuju altar pernikahan. Sedangkan Sakura, dengan paras cantik dan kimono putih yang tengah dikenakan, mulai begerak, berjalan anggun bersama para dayang yang memayungi, untuk meyusul pengatin pria. Tiap pijakan yang terambil di atas karpet merah, seolah menjadi benang penghubung kisah cinta yang akan segera tercipta di antara mereka berdua. Ia berjalan pelan hingga sampai di depan calon suami. Sasuke menyambut kedatangan pasangannya dengan uluran tangan. Menuntun sang wanita untuk segera meresmikan hubungan.

.

CupChocochip

.

Berbanding terbalik dengan kondisi bahagia yang terjadi di kediaman Uchiha, sebuah kamar mewah pada hotel berbintang lima di pusat Tokyo, yang dihuni oleh seorang wanita yang tengah menatap wajahnya di depan kaca rias. Terkejut dengan sosoknya sendiri. Kulit yang selama ini kusam terbakar sinar matahari, berubah menjadi putih bersih halus tanpa noda sedikit pun. Wajah yang beberapa hari yang lalu kasar dan berminyak, kini dapat disamakan dengan jubah sutra yang ia kenakan. Juga, rambut kuning pendek serupa laki-laki, sudah memanjang dalam hitungan jam. Namun, semua itu tidak dapat menghilangkan perasan tersikasa yang mendera pada kenyataan pahit di balik penampilannya yang sempurna.

Seminggu ini dirinya dibebas tugaskan oleh sang majikan demi acara penting yang akan terjadi nanti sore. Selama itu juga, dirinya tidak bertemu dengan Sasuke, yang ternyata menciptakan prahara hati yang lebih kalut ketimbang saat dia diberi tahu tentang kenyataan dibalik pernikahannya.

Naruto bangun dari posisi duduk, dan mulai menuju sebuah patung wanita di dalam kamar. Gaun pengantin putih yang dikenakan, menyuguhkan punggung atas yang terbuka, dan keindahan yang tiada berdusta. Kain sutra berbahan lembut, serupa bulu ringan yang menempel pada tiap untaian benang. Membuat Naruto merasa harus hati-hati saat menyentuh gaun itu. Gaun yang akan ia keanakan pada pernikahannya dengan Tuan tercinta.

'Kau akan menikah dengan Sasuke demi melindungi Sakura dari ancaman Hyuga Neji.' Kata-kata Oya-sama yang masih terngiang di benak Naruto hingga menjelang hari pernikahan.

Sebagai kesempurnaan rencana perlindungan pada istri pertama Sasuke—Haruno Sakura—Naruto akan dikorbankan sebagai istri tameng. Rencana Klan Uchiha untuk sengaja mengekspos identitas Naruto sebagai istri sah Sasuke, akan memberikan keselamatan dan keleluasaan gerak bagi Sakura dari ancaman Hyuga Neji—psikopat yakuza yang menarget nyawanya. Untuk menukarnya dengan kebebasan dan nyawa wanita sebatang kara, budak keluarga Uchiha, Naruto Uzumaki.

Disatukan dengan belahan jiwa adalah hal terindah dalam hidup. Namun, apa yang terjadi jika yang kau cintai memiliki belahan jiwa selain dirimu. Hingga harus menerima kenyataan bahwa dirimu tak pernah memiliki belahan dari jiwanya.

Pukul 12.00 p.m Tokyo. Penata rias terbaik yang selama seminggu ini didatangkan untuk mengubah itik buruk rupa, menjadi angsa Oudete, mulai menanta peralatan yang akan digunakan untuk memoles make up khas pernikahan. Hiragi, wanita mungil nan cerewt itu mulai masuk dan meyapa Naruto dengan ramah, sambil mempersilahkan troli makanan yang masuk membawa makan siang.

"Makanlah Nona, atau aku harus memasang jarum peniti pada gaunmu," kata Hiragi memperingatkan akan berat badan Naruto yang berkurang drastis, jauh melebihi target diet yang harus dilakukan.

Perintah Hiragi hanya dianggap embusan aingin oleh Naruto. Terlihat dari keputusannya untuk hanya meminum jus dan mengakhiri sesi makan siang hari ini.

Naruto merasa beruntung mendapatkan teman seperti Hiragi. Karena ia merasa Hiragi cukup menyenangkan. Hiragi pun secara luar biasa dapat menyesuaikan diri dengan si Pirang. Awalnya, Hiragi mengira Naruto itu sama seperti robot yang menuruti semua perintah tuannya. Namun, kini ia mulai dapat menyatakan keinginan pribadi atau mungkin mengungkapkan pendapatnya secara luas. Walau masih terbatas dalam konteks sepele seperti baju yang nyaman ia kenakan, atau makanan apa yang ia sukai. Namun, tetap saja itu kemajuan besar bagi seorang Naruto yang biasanya hanya mampu mengangguk dan menurut pada perintah, seperti seekor anjing peliharaan.

Pukul 4.30 p.m

Saat seluruh persiapan telah selesai. Calon pengatin wanita kini telah duduk di dalam ruang tunggu pengantin, menanti kedatangan calon mempelai pria sehingga acara utama dapat dimulai.

Hari ini dengan mengundang semua kerabat dan media masa, pernikahan kedua—Uchiha Sasuke—akan dilangsungkan secara adat Kritstiani di Hotel Imperial pukul 05.00 p.m. Dengan dekorasi mewah warna-warni bunga hidup dalam vas tinggi. Harusnya merupakan momen berpotret ria bersama teman dan sanak keluarga. Akan tetapi, dirinya yang sebatangkara hanya mampu duduk di kursi, menahan kecemasan yang harusnya mampu membuat si tangis datang sewaktu-waktu.

Hiragi mengawasi kondisi Nonanya yang telihat sedikit ketakutan, kemudian maju untuk mencoba menangkan.

"Tidak apa-apa, semua pengantin akan cemas pada pernikahan pertama mereka. Bahkan temanku yang menikah untuk ketiga kalinya pun sampai minum tiga botol sake sebelum menuju altar," tukas Hiragi seraya menepuk-nepuk punggung Naruto.

Andai pikirkannya sesederhana itu. Mungkin dia tidak akan merasa segugup ini. Posisi yang akan diemban, adalah sebagai tumbal hidup untuk istri pertama Sasuke. Untuk menjadi tameng bagi Tuannya di medan pertempuran, adalah hal yang biasa. Namun, untuk menjadi seorang istri tameng? Istri dari Uchiha Sasuke, apakah dirinya mamapu?

Cupchocochip

"Naruto, kau baik-baik saja?" tanya Kakashi, yang kini berperan menjadi pendamping wanita. Ia melirik pengatin yang terlalu gugup di sampingnya. Mereka telah berada tepat di depan pintu masuk menuju altar pernikahan yang kini masih tertutup. Lengan Kakashi tengah dicengkram kuat, atau lebih tepat digelayuti tubuh mempelai wanita yang berat. Karena tidak sanggup membawa tubuh yang kini hampir limung oleh gelisah yang berlebihan.

"Tidak apa-apa Nona. Anda tidak perlu gugup," lanjut pria tua itu.

"Aku merasa tidak pantas untuk Tuan Sasuke." Naruto meragukan diri.

Jeglek...

Pintu menuju altar terbuka. Ratusan jepretan kamera langsung menyapa mereka. Pandangan para uandangan mengarah pada pengantin yang kini semakin bergelayut pada lengan Kakashi. Merasa sangat malu berhadapan dengan banyak orang, hingga tidak sanggup menegakan kepalanya untuk menatap pers dan para undangan. Tak terkecuali calon suaminya yang tengah menunggu bersama sang pastur di altar pernikahan.

"Naruto-san ingin melindungi Uchiha-sama, bukan?" celetuk Kakashi di tengah ketegangan.

Namun hanya dijawab dalam anggukan diam untuk merespon perkataan.

"Bukankah dengan selalu bersama akan memberinya perundungan lebih sempurna?"

Naruto langsung menegakkan kepalanya yang semula menunduk. Menatap pria pendamping itu dengan haru.

"Sekarang tinggal menentukan keputusan Anda. Menerimanya, atau pergi sekarang juga."

Naruto langsung meluruskan posisi, menegakan kepala, dan melonggarkan cengkraman tangan pada lengan Kakashi. Rasa percaya dirinya berkobar lagi, alasan hidupnya telah kembali lagi.

"Terimakasih, Kakashi-san."

Satu langkah pertama dengan senyum yang tidak henti mengembang dari bibir. Berkat kerja keras Hiragi selama masa karantina, langkah mantap menggunakan sepatu hak tinggi yang beberapa minggu lalu masih merupakan mitos. Kini telah mampu ia lakukan bak langkah seorang model. Tiap hentakan lebih sempurna, saat ia melihat wajah pria yang ia rindukan, kini tengah menunggunya datang. Degup jantung itu datang lagi, tapi anehnya malah membuat angkahnya semakin cepat.

Sasuke, mempelai pria yang mengenakan jas hitam bergaris putih pada kerahnya. Dipadukan dengan celana dan sepatu berwarna hitam. Berdiri tegak menanti, pengantin wanita yang akan segera dinikahi.

Pada langkah terakhir, Sasuke mulai turun dari altar, menyambut kedatangan calon pengantin dengan senyuman. Kakashi dengan sigap langsung memberikan tangan Naruto pada mempelai pria. Kemudian diterima dengan senang hati untuk menuntunya ke pelaminan.

Pastur memberikan ikrar sumpah setia dan disetujui oleh kedua mempelai. Pemasangan cincin juga telah terlaksana dengan sempurna. Hingga prosesi terakhir. Ciuman pertama Naruto yang menggemparkan.

(Naruto meminta pada Ochi untuk menceritakan kisah memalukan itu di luar cerita ini.)

.

CupChocochip

.

Perjalanan menuju Okinawa, tepatnya pada sebuah penginapan pinggir pantai tempat mereka akan berlibur merayakan pernikahan yang berlangsung sore tadi. Dalam sebuah mobil milik keluarga Uchiha, kedua mempelai tengah duduk di kursi penumpang dengan suasana canggung menyelimuti mereka.

Tidak ada tanda-tanda bahwa salah satunnya akan mencoba memulai pembicaraan. Naruto yang kini tepat berjarak hanya 30 cm dari tempat Sasuke duduk, belum terbiasa bersebelahan dengan majikan di kursi penumpang. Sampai waktu menunjukan pukul 09.00 malam setempat. Kesunyian itu masih terus berlanjut.

Ketika mencapai tempat tujuan, mereka disambut keramaian para pengawal yang lebih brutal dan bersikap non formal oleh karena alkohol. Diketahui Naruto dari bau khas seorang pembuk yang menguar dari tubuh masing-masing mereka, menandakan pesta telah dimulai bahkan sebelum kedua mempelai datang.

Naruto sadar, pesta ini diadakan bukan untuknya. Melainkan untuk pengantin—Sakura dan Sasuke. Di depan publik, dirinya adalah istri syah dari Sasuke, tetapi dalam kediaman Uchiha, dia masih tetap pengawal sekaligus tameng untuk istri pertama suaminya. Maka tidak ada hak baginya untuk mengharap penyambutan pernikahan seperti dalam impian.

Suasana ruangan besar berdekorasi minimalis, jejeran meja rendah tanpa kursi yang dikelilingi oleh para pengawal yang tegah asik duduk santai di atas tatami sambil menikmati jamuan makan maupun sake yang tersedia. Beberapa di antara mereka banyak yang asik mengobrol atau bahkan mengoceh sendiri oleh pengaruh kuat alkohol.

"Dana-sama ...," kata Sakura yang bergelayut manja di lengan Sasuke. Wajahnya yang memerah dan prilakunya yang aneh, menjukan bahwa alkohol tengah mempengaruhi jalan pikiran Wanita Pink itu.

Sasuke yang melihat tingkah manja istrinya, hanya menoleh sebentar sebelum fokusnya kembali pada pembicaraan antara dirinya dan Oya-sama.

"Tuang sake untukku!" Perintah Oya-sama pada Sasuke.

Naruto yang duduk di samping Sakura, hanya dapat memperhatikan mereka dari jauh. Saat Sasuke bersusah payah melepas cengkraman tangan sitri mabuknya, agar dapat melayani sang Ayah untuk menuang sake.

"Sepertinya, hari ini Pengantinmu terlalu mabuk untuk menikmati malam pertama. Naruto, atarkan Nyonyamu kembali ke kamar. Setelah itu kau bisa kembali ke sini lagi," perintah Oya-sama.

"Hai," kata Naruto sigap.

Ia segera berdiri dan memposisikan diri untuk menggendong Sakura di punggung. Hingga sebuah suara lain memberikan kalimat tambahan.

"Jagan kembali! Kau pasti juga lelah. Pergi ke kamarmu, dan istirahatlah," Sasuke berkata tanpa memandang lawan bicara.

Naruto mengangguk malu pada suaminya. Sedikit merasa tersanjung oleh perhatian yang diberikan. Tidak ingin berlama-lama menunjukan wajah merah bersemu, ia segera keluar dari ruangan sambil menggendong Sakura di punggung.

Bruk...

Suara benturan kasur dan tubuh Sakura menjadi penanda berakhirnya perjuangan Naruto untuk mengendong tubuh yang termasuk berat. Ia menyelimuti tubuh Sakura yang kini tertidur lelap di atas ranjang besar nan megah. Ruang yang dipesan khusus untuk bulan madu mempelai berdua. Dalam gaya tatanan moderen nan mewah. Terdiri atas beberapa sofa nyaman di depan tempat tidur, lemari besar elegan, dan televisi 39 inci yang bertengger mantap di tembok menghadap tempat tidur. Tidak heran kalau harga sewa seminggunya, hampir dapat melunsi cicilan aprtemen kecil miliknya.

Selesai menjalankan tugas, Naruto segera beranjak pergi, dan hendak mencapai hendel pintu sebelum suara wanita yang baru saja ia lihat tidur mencapai pendengaran.

"Kau ..., " panggil Sakura yang telah terduduk di atas ranjang. Menatap Naruto dalam mengancaman. Seolah mabuk yang terjadi beberapa saat lalu, hanya sebuah ekting belaka. "Jangan pernah mengharap apa pun dari suamiku! Jangan pernah berangan untuk memilikinya!" peringatan Sakura.

Naruto yang masih berdiri di depan pintu, mau tidak mau menghadap majikan barunya, dan menundukan kepala sebelum berbicara.

"Saya ingin meminta maaf sebelumnya pada Nyonya untuk pembelaan yang akan saya lakukan. Saya tidak punya niat untuk merebut Sasuke-sama dari Anda. Saya tercipta untuk melayaninya. Tidak perlu mencemaskan keberadaan saya. Tujuan saya ada di antara kalian, adalah karena cinta dan perlindungan yang ingin Sasuke-sama berikan pada anda."

Sejenak Sakura memandang Naruto seolah ingin memastikan keseriusan kata-kata yang di lontarkan. Sebelum ia tersenyum puas dengan hasil yang ia dapat dari pengamatan yang ia lakukan.

"Aku senang kau tahu posisimu. Dan aku berharap kau bisa menjaga kata-kata itu untukku. Sasuke sepenuhnya milikku. Kau bukan siapa-siapa untuknya."

"Anggap saya hanya seekor anjing yang akan menuruti segala perintah majikanya." Naruto menaggapi cepat pernyataan yang baru saja dilontarkan sang Nyonya, " saya hanya orang bodoh yang bahkan tidak punya cita-cita dalam hidup. Tujuan saya adalah untuk menjaga Sasuke-sama, dan menuruti seluruh perintahnya. Saat ia memerintahkan untuk pergi, maka saya akan pergi, dan saat dia memeritahkan untuk mati, maka secepatnya akan saya akhiri," kata Naruto dalam kesungguhan.

"Kau salah bila mengatakan kau tercipta untuknya. Yang paling benar adalah, dia berhasil menciptakanmu. Tapi aku akui, dia berhasil mendidikmu. Aku menerimamu menjadi pengawalku. Sekarang kau akan menjadi salah seorang yang akan memegang posisi penting istri Sasuke di depan publik. Maka aku akan menjadikanmu salah satu orang yang aku kepercayai."

Sakura tersenyum puas oleh apa yang baru saja ia temukan. Ia mulai mengerti alasan Sasuke memilih Naruto sebagai tameng bagi dirinya. Karena Anjing adalah binatang paling setia pada majikan-tentunya.

cupchocochip

Sapuan angin laut menerpa wajah Naruto dengan lembut. Menyajikan aroma asin garam dari ombak yang mengenainya. Sedikit menenagkan hatinya yang kian merapuh setelah pembicaraanya dengan Nyonya baru.

Tidak menyangka dirinya mampu menjadi seorang pembohong handal seperti tadi. Dengan mudahnya ia menyatakan bahwa hatinya tak pernah tersentuh oleh kebesaran Sasuke. Hingga dapat berkata bahwa dirinya hanya berperan sebagai peliharaan yang patuh tanpa ada rasa cinta.

'Bull shit!'

Kenyataannya, setiap ucapan yang terlontar dari bibir Naruto, tidak sepenuhnya berasal dari dalam lubuk hati. Melainkan hanya rangkaian kata, pemikiran spontan untuk menenagkan dan mengalihkan perhatian sang Nyonya, dari kenyataan cinta terlarang yang ia rasakan pada suaminya sendiri.

Saat ini Naruto tengah berada di balkon kamar sambil melihat pemandangan yang tersuguh dari ketinggian. Lobi hotel terlihat kecil dan megah saat dilihat dari lantai 18 yang menjadi kamarnya saat ini.

"Mungkin hidup akan lebih mudah, bila aku turun tanpa menggunakan lift ataupun tangga."

Ide yang tiba-tiba terbersit dalam otak. Bukan ide buruk bila melihat kondisinya saat ini, bahkan termasuk sangat menggiurkan di benak Naruto. Namun, ide hanya ide, yang berakhir dengan seringai kekecewaan yang ia tunjukan. Terpaan angin dingin tidak mampu membuat matanya berhenti memanas. Bulir-bulir lembut meluncur di pipi dan memabasahi permukaannya. Ia mengusapnya dengan kasar, sebelum berpaling dan masuk pada ruangan yang segaja mereka sipakan. Hanya untuk dirinya.

Sweet Singel Room, di malam pertama pernikahan.

'Sungguh menyedihkan!'

TBC

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro