Putra Yakuza 4 part 1

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ok, aku persembahkan:

PUTRA YAKUZA

Chapter 4 part 1

Aroma

PERINGATAN:

Ena-ena ada 2 part. Yang masih belum cukup umur (18 kurang) aku kasih saran:

-Ena-ena part 1 skip aja.

-Ena-ena part 2 baca dialognya aja (banyak yang penting). Jangan baca narasi.

-Nggak hot sih. Tapi ya tetap tidak baik aja.

Ena-ena part 1 (-18 skip aja)

Terusik oleh sebuah sentuhan. Ketika penerangan kamar telah mati, dalam suasana sunyi, dan waktu yang masih menunjukan dini hari. Naruto merasa ada yang tengah mengusik tidur lelapnya. Sebuah sapuan serbet makan yang tengah mengusap pipi, dan karung besar yang kini menindih tubuh.

Mimpi macam apa ini? Aneh sekali karena ia dapat merasakannya dengan sempurna, tapi tetap saja mencegah diri untuk terbangun segera. Kemudian kejutan terus berlanjut pada sentuhan benda kenyal, lembut yang menempel di permukaan bibir, yang segera membuat matanya terbuka.

Ada yang tengah menciumnya.

Naruto terengah dalam posisi tidur. Masih merasakan apa yang baru saja ia alami dalam mimpi. Walau tidak pernah melakuannya, tapi ia tahu apa yang sedang terjadi. Kesimpulan yang tiba-tiba membangunkan dirinya dengan sempurna. Bahwa ada orang lain di kamarnya. Tepat ada dihadapan, tanpa sekat, atau perantara. Menempel bagai bantalan kursi dan pantat yang mendudukinya.

Terlalu dekat hingga sulit memastikan dengan siapa dia tengah bersama, atau dengan siapa ia sedang melawan. Namun, dalam satu hirupan nafas, Naruto langsung tahu. Siapa tersangka yang kini merampas ciuman pertama miliknya.

Satu keharuman yang selalu memabukan, yang hanya dimiliki oleh satu orang manusia. Campuran harum kertas baru dan air mawar, beradu dalam kesegaran pegunungan di pagi hari.

Wajah tegas yang membiru dalam sinar temaram bulan di kegelapan kamar. Tampak saat pergulatan bibir telah berakhir. Mata hitam dan biru yang bertemu, tak dapat mengakhiri perjumpaan dengan segera. Beradu dalam pandangan liar penuh hawa nafsu, dan sengal nafas bekas tindakan mereka.

Naruto memandangnya. Suami tercinta yang ingin memiliknya di malam pertama, kini tengah memandangnya tanpa bicara.

"Sasuke," desah Naruto lirih, pada Sasuke yang menindih tubuhnya.

Pria reven memposisikan diri seolah seekor harimau yang berhasil mendapat rusa lengah yang tertidur. Siap memangsa buruannya dalam satu kali telan. Ciuman yang berlangsung kembali dalam kehangatan tubuh yang mulai memanas. Memburamkan pandangan, membuyarkan pikiran, dan memendekan nafas.

Dua tubuh yang bersatu dalam tarian pengantin. Satu persatu pakaian telah terlepas. Tanpa sekat terpadu dalam satu penyatuan jiwa, untuk menyempurnakan ikatan yang terjalin dalam janji, terbukti dalam tindakan mereka kini.

Sepanjang tarikan napas menjanjikan sebuah kebahagian luar biasa. Menyingkap tirai penghalang yang selama ini menutupi tiap permukaan wajah dan tabiat keduanya. Menelanjagi hingga sebuah mimik baru terekam jelas pada ekspresi mereka saat telah mencapai puncak penyatuan.

Kepuasan.

Rasa sakit.

Dan peluh suka cita.

Nafas terengah tanda berakhirnya surga dunia. Saat keduanya saling memeluk tanpa perantara, maupun busana. Naruto yang tergolek dalam kelelahan yang luar biasa. Menahan rayuan sang malam yang gencar menyanyikan senandung mimpi. Mencoba membawanya dalam kedamaian malam.

Seandainya ia rela melepas saat-saat indah memandang wajah suaminya kini, mungkin Naruto akan memilih menutup kelopak mata untuk langsung menerima kegelapan. Namun, perasaan bahwa tiap kedipan dapat mengubah kenyataan menjadi mimpi, membuat Naruto enggan tidur selama yang ia bisa.

Sasuke memandang Naruto dalam ketulusan. Mulai menyentuh pipi gemil bergaris kucing dalam kehangatan, dan bergerak mengelus puncak kepala dengan ketulusan. Tidakan sederhana yang sukses membuat si pirang kehilagan diri. Kelelahan luar biasa yang mendera, rasa aman, dan nyaman yang menyelimuti. Membuatnya lepas kendali. Hingga terhempas dari langsung ke alam mimpi.

Ending Ena-ena part 1

(Itu ena-ena lho Say! Jangan pernah mengharap Ena-ena kelas berat pada saya. Wkkwkwkwkwk.)

Cupchocochip

2 bulan kemudian.

"Naruto, coba pakai yang ini," perintah Sakura, menyodorkan sebuah kimono pink berhias motif kipas yang indah. "Aku selama ini tidak pernah membeli komono jadi, dan lebih memilih kain untuk dijahitkan pada desainer langganan. Tapi aku mengira kau sangat cocok mengenakanya. Cobalah dan perlihatkan padaku!"

"Baik Nyonya," jawab Naruto, tunduk hormat. Segera membawa pakaian itu menuju ruang ganti.

Pemandangan unik terjadi, saat Sakura tak lagi memakai kimono cantik berlambagng Uchiha. Saat ini Ia memakai baju putih tanpa lengan, dengan cok biru bongker berenda kecil nan rumit yang sopan dan elegan. Ditambahi kalung emas putih yang menggelayut manja di leher putih rampinng miliknya. Juga rambut merah muda yang tergerai indah, ia sisir jari dan arahkan pada belakang telinga.

Mereka telah berada pada sebuah super mall, tepatnya di bagian VVIP selection. Hari ini adalah pertama kalinya bagi Sakura-istri pertama Sasuke-diberi izin untuk jalan-jalan tanpa 11 bodyguard yang biasanya tidak pernah terlepas dari sosok wanita pink.

Dengan sayarat yang sangat mudah untuk dituruti, yaitu menjadikan Naruto satu-satunya orang yang menemani kemanapun ia pergi. Sedangkan ke- 11 yang lain, menunggu dan mengawasi mereka dari jauh. Semua itu ditnggapi Sakura dengan suka cita. Karena Naruto sangat mudah untuk dikendalikan dan dimanfaatkan oleh Sakura sesuka hati. Membutnya mampu bergerak bebas seolah tiada yang membatasi.

Naruto telah kembali pada sosok lamanya. Pernikahan dengan Sasuke hanya berlangsung satu malam. Terjadi dalam artian sebenar-benarnya. Baik itu dalam gereja, maupun di atas ranjang. Karena setelah penyatuan malam pertama yang mereka lakukan, tidak ada malam kedua yang ia terima dari sang suami.

Keadaan berjalan kelewat normal, Sakura menerima cinta untuh dari Sasuke, dan Naruto menjalankan tugas sebagai bodyguard Sakura dengan professional. Terlihat dari tampilan Naruto saat ini. Ia mengenakan tuksedo yang biasa dia pakai sebelum menjabat istri tameng. Hanya saja dengan rambut panjang terkuncir tinggi, dan kulit yang lebih terawat ayu. Orang-orang tidak akan mampu mengenali wanita pirang. Karena tiga kumis kucing yang kini kembali pada pipinya. Sedangkan saat pernikahan, goresan itu tersembunyi pada make up tebal yang Hiragi poleskan.

Terkadang ia megenakan kembali jati diri sebagai ratu Sasuke, saat ada pesta, atau pertemuan-pertemuan yang mengharuskan kedatangan mereka sebagai pesangan. Namun, di luar itu, tidak ada kata 'bersama' di antara keduanya.

Naruto keluar dari ruang ganti dengan persaan canggung. Ia sudah beberapa kali memakai kimono mahal seperti yang ia kenakan kini. Namun, tidak pernah ada yang memaksanya untuk memilih warna semencolok ini seumur hidupnya. Walaupun ia mengakui motif itu bagus, tapi rasa percaya diri kerap kali membuatnya tidak ingin terlihat mencolok di antara keramaian.

"Bagus sekali. Kita bungkus yang itu untukmu," kata Sakura yang kembali pada jiwa desainer yang ia miliki.

"Apa ini tidak terlalu mencolok Nyonya?" ujar Naruto, dengan semburat kemerahan mulai menyebar di permukaan pipi, malu pada situasi.

Setelah bersama Nyonyanya selama dua bulan ini, Naruto mengetauhi perihal cita-cita terpendam Sakura yang ingin menajadi seorang Desainer ternama. Namun, harus terpendam oleh setatus istri seorang Uchiha muda. Hingga kini berakhir dengan menggunakan Naruto sebagai satu-satunya model pelampiasan untuk hasratnya dalam dunia fashion.

Setelah membayar semua belanjan, yang benar-benar banyak, baik milik Sakura, maupun Naruto. Naruto menyerahkan semua pada bodyguard lain yang menunggu di luar gedung, untuk kemudian kembali pada Sakura yang masih enggan pergi dari dalam mall.

"Naruto, apa kau tidak ingin makan?" tanya Sakura saat mereka telah selesai dengan acara belanja.

"Kalau begitu, kita bisa mampir ke Hana Matsu Restoran sebentar, sebelum pulang. Atau Nyonya ingin makan di rumah saja?" cetus Naruto, menyebut sebuah restoran tradisional elit di tengah Tokyo.

"Aku ingin Pizza Hot!"

Naruto mengedipkan mata berkali-kali, tidak mengerti.

"Nyonya, sebaiknya Anda tidak membeli makanan cepat saji seperti itu," protes Naruto.

"Ayolah Naruto. Ini adalah hari pertama kebebasanku. Setelah kasus Neji yang sampai saat ini tidak menunjukan batang hidunya mulai menudar. Aku ingin mencicipi makanan yang orang katakan paling enak di italia."

Benar sekali. Neji tidak kunjung muncul pada hidup mereka seperti ancamannya. Namun masih dianggap bahaya laten oleh seluruh anggota kaln Uchiha. Sasuke tidak pernah mengendorkan penjagaan. Juga senantiasa mengingatkan Naruto untuk tetap waspada dalam setiap langkah.

"Para penjaga lain tidak akan membiarkan Anda berhenti di tengah perjalanan, hanya untuk membeli sesuatu yang mungkin akan menggangu pencernaan Anda."

"Kau terlalu melebih-lebihkan. Kalau semua orang mejadi sakit setelah memakanya, bagaimana tempat itu masih berdiri hingga sekarang. Pokoknya kau harus membantuku untuk pergi dan dapat makan Pizza, bagaimana pun caranya!"

"Kalau begitu biar saya memelikan anda lewat pintu belakang," tukas Naruto, mengambil siasat kabur dari para penjaga yang bertugas di tiap pintu mall demi keamanan Sakura. Juga Naruto pun masuk dalam daftar pengawasan mereka.

"Saya akan membelikan Nayonya makanan itu, dengan lewat pintu belakang. Sakura-sama tunggu di sini saja."

"Tidak bisa begitu. Aku ingin memakanya di tempat. Aku ingin ikut denganmu!"

"Itu terlalu berbahaya, Nyonya."

"Naruto. Aku tidak pernah melihatmu sepembangkang ini selama perjumpaan kita. Kau sudah mulai membantah perintahku secara terang-terangan," ujar Sakura, terdengar sedikit kecewa.

"Bukan seperti itu Nyonya. Semua ini demi keselamataan Nayonya."

"Aku memlikimu. Apa kau merasa tidak mampu untuk melindungiku seorang diri?" tantang Sakura.

Naruto menimbang keptusanya sejenak. Melihat wajah kekecewaan Sakura, membuat dirinya tidak enak sendiri. Saat ini Sakura hanya seperti burung dalam sangkar yang dibukakan jalan keluar pada dunia luar. Setelah sekian lama terkurung dan tidak mengetahui luasnya langit. Menjadikannya ingin menjelajah pada tiap jengkal gemerlap yang ditawarkan dalam luasanya cakrawala.

"Baiklah Nayonya. Tapi saya harap permintaan seperti ini, tidak terjadi lagi di masa depan."

"Aku tidak berjanji. Hehehe," jawab Sakura dalam nada kekanakan.

"Baiklah, kita harus segera pergi. Kalau tidak ingin para penjaga yang lain curiga karena kita terlalu lama."

"Ok!" kata Sakura dalam senyum ceria.

Mereka bergerak. Menelusup pada lorong dan ruang-ruang yang sehrusnya tidak boleh dimasuki oleh pengunjung, karena hanya untuk karyawan. Sempat dicegat beberapa kali oleh petugas, namun dapat diatasi Naruto dengan menggunakan kartu kusus free pass keanggotaannya pada organisasi Yakuza.

Hingga sampai pada pintu terahir yang menuju tepat di belakang gedung. Naruto membukanya perlahan dan keluar bersama Sakura yang berjalan di belakangnya.

Disambut oleh pemandangan gang sempit dengan tong-tong sampah dan dua gedung yang mengapit. Hingga menyisahkan celah yang hanya mampu dilewati tiga orang yang berjalan bersama-sama.

Namun, mereka tidak sendiri. Naruto dan Sakura tersentak oleh situasi yang atau pemandangan yang mereka saksikan selepas membuka pintu. Gerombolan gangster terlihat dihadapan mereka. Penampilan lusuh nan berandal, tengah memandang Naruto dan Sakura dalam kebencian.

Naruto dan Sakura datang di saat yang tidak tepat. Para gangster itu kini tengah menginjak sebuah jazad yang tidak benyawa, babak belur, dan berlumuran darah. Secara tidak sengaja membuat posisinya dan Sakura sabagai saksi mata pembunuhan, beresiko menciptakan malapetaka baru malam ini.

"Sepertinya, gadis-gadis manis ini tidak sengaja mengintip kegiatan kita," celetuk salah satu anggota bertindik banyak.

"Wah kebetulan sekali. Kita bisa bersenang-senang sebelum menghilangkan jejak mereka dari muka bumi," kata yang lain.

"Nyonya, bisakah Anda masuk lagi dan memberitahukan pada yang lain mengenai kondisi kita?" bisikan Naruto, pada Sakura yang mematung ketakutan di tempatnya berdiri.

"Bagaimana denganmu? Kita lari saja sama-sama," bujuk Sakura.

"Tidak bisa Nyonya. Mereka terlalu berbahaya. Yang memakai jaket biru lusuh dan bando kepala, menyimpan senjata api di dalam saku jaket. Itu sangat berbahaya," kesimpulan Naruto yang mengandalkan isting sebagai acuhan dari kesimpulan.

"Naruto?" protes Sakura, memohon.

"Pergilah Nyonya. Beritahu mereka untuk datang dan menyelamatkan saya. Sementara ini saya akan mencoba menghabisi mereka, sebelum para penjaga yang lain datang atas perintah Anda," kata Naruto lirih. Namun, dalam nada kemantapan yang luar biasa.

"Saya hitung dari, satu ...

dua ...

tiga! LARI!"

BRAK ... BRUK ....

Pintu terbuka dan tertutup dalam kecepatan tinggi. Menujukan kepergian Sakura yang berlangusng dalam tempo kurang dari satu menit.

"Brensek! Kejar dia!" perintah bos mereka. Sebelum Naruto merentangkan tanganya lebar-lebar, mencegah yang lain untuk mesuki pintu yang tadi ia lewati.

"Tuan-tuan. Kalian masih punya saya. Saya masih di sini untuk melayani Anda sekalian. Tinggal pilih saja, patah? Atau berdarah-darah?" kecam Naruto, penuh percaya diri.

"Sangat berani, Sayang. Baiklah kalau itu permintanmu. Kita pemain adil kok. Tidak main keroyokan, apa lagi saat berhubungan dengan wanita cantik," mereka berkata dalam keambiguan, menatap Naruto dalam nafsu binatang.

Salah satu dari mereka maju. Naruto yang tidak tinggal diam, langsung berlari mengangkat salah satu kaki di udara, dan menendang dagu mangsanya tanpa ampun.

Krak ... Bruk ...

Bunyi yang timbul dalam sekejab mata. Empasan mutlak tubuh bertemu bata keras berubrukan kasar. Dilanjutkan pekikan kesakitan yang melolong dari penderita.

Kemudian dua berandalan maju bersama-sama. Naruto langsung menerjang dengan kecepatan penuh menuju keduanya, tanpa keraguan, tiada ketakutan.

Sebuah pukulan keras mencapai samping kepala salah satu mereka. Berdampak pada benturan kepala lain yang saling dipertemukan paksa. Tumbukan dua kepala yang sama-sama keras, menciptakan bunyi yang mengerikan sekaligus menyakitkan. Hingga menyebabkan mereka langsung terpuruk di tanah dengan memegangi anggota tubuh yang tersakiti.

Empat orang mulai menerjang bersama-sama. Naruto mulai kewalahan. Mereka sudah mengeluarkan senjata terbaik yang dimiliki. Sebuah besi bulat padat, tombak kayu, palu, pisau, dan bala-bala senjata pemangsa.

Naruto menyetabilkan napas sejenak. Memikirkan rencana untuk kabur. Tidak mungkin dirinya mampu untuk menghadapi kawanan sergala sendirian. Sedang gerombolanya tak kunjung hadir.

'Segeralah datang!' pinta Naruto dalam hati.

Naruto mulai menghadapi mereka dengan semapu tubuhnya. Tonkat besi panjang hampir mengenai pelipis sebelum ia mengorbankan lengan untuk menangkis pululan. Sakit sekali. Nmun tak dirasa, karena perang masih terjadi.

Ia segera memposisikan keplan tangan untuk menerjang perut mangsa, memaksanya menyerah dalam dua kali pukulan perut. Besi yang ia pegang mengendur, memberi kesempatan Naruto untuk mengambilnya.

Si pirang menggenggam senjata itu mantap. Tongkat yang segera ia ayunkan tanpa ampun pada semua lawan yang tersisa. Kepala, kaki, pundak, selankangan, bahkan kemaluan. Tidak lepas dari babatan pukulan sekuat tenaga Naruto. Menumbangkan satu persatu mereka dengan sangat tidak anggun dan terkesan kejam.

Naruto berdiri tegak di tempatnya bertarung. Dikerubungi oleh jiwa-jiwa yang pingsan melingkar disekelilingnya. Nafas tersengal yang mengiringi, menciptakan visual keagungan yang tampak dalam tatapan kebegisan. Naruto menatap pria berjaket biru yang kini juga memandangnya dalam ragu. Bagaimana satu wanita dapat mengalahkan 10 pria yang merupakan anterek preman tangguh.

Gagal mencari jawaban, atau karena meihat Naruto yang mulai mendekat ke arahnya. Si preman langusung merogoh saku dalam jaket, mencari senjata mutahir yang ia percaya mampu melindungi nyawanya yang berharga.

"Tidak perlu sampai seperti itu Tuan. Anda bisa pergi sekarang. Aku tidak akan mencegahmu. Membunuhku hanya akan membawa bencana lain bagimu. Karena aku termasuk anggota klan Uchiha," peringatan Naruto, mencoba mencegah tindakan gegabah Preman itu. Namun malah menjadikannya semakin gemetar takut dan mundur dengan ekspresi terancam. "Pergilah, aku tidak akan membunuhmu, atau anggotamu."

Si preman mulai melunak menjatuhkan tangan dari dalam saku yang menyimpan senjata api. Sebelum sebuah suara pintu terbuka mencapai telinga mereka.

Jegrak ....

"Naruto-sama!"

"Naruto! Maaf aku telat."

Satu persatu anggota klan Uchiha yang berbadan bongsor keluar dari arah pintu. Memegang pistol yang kini telah siap mementalkan peluru. Membuat Naruto tertegun, dan merasakan bahaya besar mengintainya.

DORR

Suara tembakan menggema. Dari arah preman yang kini gemetar sambil mengacungkan pistol pada arah Naruto. Raut ketakutan jelas tercetak. Reflek pertahanan diri dengan menembakan peluru pada lawan yang paing dekat, menjadi sebuah tindakan otomatis yang normal dilakukan.

Sepuluh bodyguard yang menjaga Sakura, memandangnya dengan tanpa ampun. Mengacugkan pistol-psitol aktif yang berperedam suara. Tembakan terjadi, memburu sasaran yang mengarah pada si preman, yang menerima kematian dalam ketakutan.

Dor ... dor ... dor ....

Rentetan tembakan dengan bunyi kecil yang menusuk tulang, mengiringi tumbangnya tubuh preman di depan Naruto dengan mengenaskan. Darah mengucur dari beberapa bagian tubuh dengan deras. Membentuk anak sungai merah kental berbau nayir, yang Naruto kenal sebagai, harum khas dewa kematian yang datang dalam kegelapan.

Naruto selesai dengan tugasnya, hendak berbalik menuju Sakura dan para penjaga. Sebelum ia merasakan ada yang aneh dengan perut bawah kiri, yang terasa perih dan sakit di saat yang sama.

Saat menyentuh jas hitam yang ia kenakan, ia merasakan basah dan lengket pada tangannya. Naruto mengusapnya perlahan, menemukan jejak berair sewarna merah darah di permukaan tangan.

Ia tertembak peluru preman itu.

TBC part 1

Part 2 nya besok say..

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro