Putra Yakuza 5 part 1

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Putra Yakuza

Chapter 5 part 1

Karakter © Masahi Kishimoto

Cerita © CupChocochip

JANGAN COPY FANFIC INI

.

Janji setia:

Saya berjanji akan menuliskan komment + voment pada cerita ini setelah selesai membaca.

Kalau tidak, saya tidak akan bisa BAB selama satu minggu.

Wkwkkwkwkw ....

CupChocochip

Saat awan kelabu mulai mendekat dan membisiki malaikat untuk segera menurunkan butiran hujan. Sebuah mobil hitam melaju di tengah jalan lenggang teratur. Berhenti tepat di depan gedung megah, cabang hotel ternama, yang kini didirikan di pusat Kyoto.

Naruto dibukakan pintu mobil oleh salah satu pengawalnya. Dinanti oleh beberapa jepretan kamera yang terang-terangan tanpa henti menekan tombol shot. Sayatan lampu blitz memerciki tubuh Naruto yang memakai yukata merah bermotif sakura putih. Paras elegan nan penuh karisma, membuat semua mata enggan berpaling.

Naruto berjalan anggun, diatas karpet merah yang tergelar rapi. Sapuan tatapan penonton masih tetap mengawasi, seolah menanti si nyonya untuk melakukan kesalahan.

Naruto memandang sekitar dengan senyuman yang telah ia latih berbulan-bulan. Mengahdiri acara peresmian hotel baru milik Uchia Corp bukanlah sebuah hal yang asing. Ia sudah sering mendatangi even semacam ini. Namun kali ini berbeda. Entah apa yang ada dalam benanknya. Mungkin karena semenjak pagi tubuhnya telah tidak dapat diajak berkoordinasi.

Naruto bersalaman dengan seluruh direktur-direktur, petinggi, maupun pejabat yang datang. Kemudian dilanjutkan acara pemotonngan pita yang akan segera dilaksanakan.

Para wartawan telah memposisikan diri. Berbaris rapi, membentuk tembok yang tak bercelah dengan kamera siap di tangan mereka. Naruto telah mengambil guntingnya. Ingin segera memposisikan kedua mata pisaunya untuk mengakhiri sesi peresmian ini.

Ckrek

Satu kali guntungan. Namun pita yang ia khendaki terbelah, tidak bergeming sama sekali.

"Naruto-sama, Anda kurang tepat menempatkan guntinganya."

Para wartawan mulai mendengung. Berbisik mengenai apa yang terjadi.

Naruto mulai gugup, menjawab pernyataan Haru—pengawalnya—dalam sebuah nggukan. Kemudian mengfokuskan kembali pandangannya pada tali yang akan ia potong.

Namun apa yang ia lihat kali ini malah membuatnya semakin berkeringat dingin. Talinya tiba-tiba terlihat lebih banyak, tiga garis pita merah bergerak-gerak di matanya. Membuat kepalanya semakin pusing dan ingin muntah saat ini juga.

Naruto mengusap keringat di kening dengan tangan bergetar. Kemudian mencoba meraih tali yang akan ia potong, sebagai penyeimbang fokus yang terpecah.

Akan tetapi sayang seribu sayang. Semakin lama ia berdiri, semakin gelap apa yang ia lihat saat ini. Naruto belum berhasil meraih apa yang ia kehendaki, saat sebuah tangan meraih lenganya dengan sangat erat, mencegah lutut yang tiba-tiba lemas untuk tidak menyentuh lantai. Kemudian tidak ada hal lain mampu diingat, selain kegelapan yang tiba-tiba mencapai mata.

^_^_^_^ I love komment ^_^_^_^_^

CupChocochip

Cahaya merah memenuhi matanya yang masih terpejam. Membuat sang empunya terbangun pelan dalam suasana damai dalam kamar yang ia miliki. Mengawasi pemandangan sunyi di pintu depan yang menghubungkan dengan taman terbuka lebar.

Taman sunyi senja hari, membuat perasaanya semakin damai. Ditemani seseorang yang kini berdiri di teras depan. Lambang kipas di belakang hakama yang ia gunakan, postur tubuh tegap nan tinggi, juga rambut yang selalu melawan geravitasi. Tanpa membalikan tubuh pun, Naruto tahu, siapa yang sejak tadi menunggu kesadarannya.

"Maaf membuatmu cemas," kata Naruto, memulai percakapan. "Sasuke-sama tidak seharusnya pulang dari kantor, hanya demi saya yang tiba-tiba pingsan."

Sasuke memalingkan wajah, menatap lawan bicara yang kini duduk berselonjor di atas futon yang ia tempati.

"Aku datang karena Oayji. Tadi dia bermaksud mengunjungimu, untuk memberikan berkas perceraian yang harus segera kau tandatangani."

Naruto tersekat mendengar penuturan yang Sasuke jelaskan. Tiga bulan berlalu sejak peristiwa penusukan, tapi tidak ada tanda-tanda kemunculan Neji sama sekali di depan mata.

Lima bulan pernikahan yang berjalan terlalu damai, membuat Fungaku dengan lantang memberikan sinyal aba-aba, untuk segera mengurus perpisahan mereka. Karena ia merasa Naruto tidak dibutuhkan lagi, tak ada gunanya lagi.

Di sinilah Naruto. Tersadar dari angan kisah dongeng raja dan ratu, untuk kembali menjadi budak setia yang mengabdi pada tuannya. Mimpi yang tidak dapat dikatakan indah ataupun buruk di saat yang sama, membuatnya enggan untuk mengakiri, kisah cinta palsu antara dia dan tuannya.

"Tapi tenang. Isi perutmu mengacaukan semua rencananya." Sasuke melemparkan sebuah berkas map coklat yang tidak Naruto ketahui, ke atas pangkuannya.

Ia membukanya dengan hati-hati. Melihat tiap detail yang tertulis dalam beberapa kertas. Kemudian dapat ia simpulakan dalam dua kata.

"Aku hamil?"

"Dua bulan," kata Sasuke menambahi.

Si laki-laki bergerak masuk perlahan. Naruto meneguk ludahnya sendiri. Mengeratkan diri, merepet di tepian tembok. Takut Sasuke akan meyakiti diri atau bayi yang ia kandung.

"Lihat di sampingmu. Itu adalah hadiah pertama yang datang sebagi ucapan selamat. Dikirim sejam yang lalu, bahkan sebelum dokter yang memeriksamu pulang dari kediaman ini."

Sasuke menunjuk sebuah wine mahal yang diletakan di atas keranjang, dengan beberapa bunga penghias, dan kartu ucapan. Sasuke telah mendekat, mengambil botol itu dengan hati-hati, untuk segera mengambil pembuka botol. Ia menancapkan ujung runcing pada gabus penutup, memutarnya dengan perlahan, dan mencabutnya dengan sempurna.

"Kau mungkin ingin mencicinya. Namun sebelum itu, ijinkan aku berbagi satu tegukan dengan Tama."

Naruto sepenuhnya tidak mengerti, kenapa Sasuke menyebut nama ikan koi kecil yang ia pelihara dalam kamar. Sebelum laki-laki itu mulai bergerak mendekati akuarium bulat serupa toples tanpa penutup, untuk ia tuang sedikit wine itu ke dalam airnya.

Beberapa detik tidak ada reaksi. Sebelum Tama mulai berputar-putar dalam air tiada henti. Mulai frustasi, ikan kecil itu beberapa kali menabrakan diri pada kaca bening akuarium, hingga mencoba melompat dari dalamnya. Namun usahanya sia-sia. Karena beberapa saat kemudian, gerakanya mulai melambat dan melambat. Hingga kemudian berhenti bergerak, untuk mengapung mati di permukaan air jernih.

Naruto gelagapan menuju sisi tempat tidur, meraih keranjang wine yang juga berisi kartu ucapan. Ia membukanya dengan terburu-buru. Hingga mendapati tulisan yang semakin membuat hatinya teremas erat dalam kegelisahan total.

.

Selamat atas kehamilan istrimu dan kehadiran anakmu yang ke dua.

H.N

.

Kartu ucapan yang ia pegang terlepas dengan sendirinya. Wajah ketakutannya kini jelas terlihat. Tangan bergetar yang tidak dapat ia kendalikan, juga perasaan tidak aman yang meneylimuti tiap sudut bahkan pada kamar yang sedang ia tempati.

Ia telah ditandai.

"Neji telah memukul gendrang perang. Kau telah menyempurnakan recananya. Dia ingin menyiksaku dalam situasi yang sama. Yaitu saat wanitaku hamil. Sial! Aku terlambat menyadari recananya." Senyum Sasuke menemani bait akhir kalimat yang terucap. Membuat Naruto semakin takut dengan pikiran suaminya saat ini.

"Apa kau ingin aku menggungurkan bayiku?" tanya Naruto, membersitkan pemikiran paling buruk yang akan menimpa anaknya.

"Tidak. Tidak akan aku biarkan ia melihat ketakutanku. Akan aku hadapi tantanganya. Akan aku habisi dia dalam perjuangannya yang sia-sia. Akan aku buat dia menyesal karena berani menentang seorang Uchiha."

Sasuke beranjak meninggalkan kamar. Dalam perkataan yang sama sekali tidak dapat menangkan hati.

Naruto mendengar tawa lepas Sasuke saat pria itu pergi dari kamarnya. Tawa gelegar yang membuatnya semakin bergetar takut. Satu-persatu air matanya jatuh. Membasahi selimut yang menutupi kakinya, seraya enyesali takdirnya.

Setelah ini, apa yang terjadi? Tidak ada yang dapat ia lakukan saat ini selain menangis, menyesali nasip anak yang menjadi taruhan ego ayahnya sendiri.

Dalam situasai ini. Dirinya sendirian. Melindungi tubuh dan bayinya. Tanpa suami yang hanya menganggap nyawaya tidak lebih berharga dari salah satu koleksi katana yang ia miliki.

Mempercayakan perlindungan pada seorang yang mempermainkan nyawaya dalam sebuah pertandingan maut, bukanlah hal bijak yang akan Naruto ikuti jalannya, dan patuhi perintahanya, dan lakukan arahannya. Ia telah siap menjadi anjing gila, yang akan menggigit majikannya, membuanuh anjing lainnya, demi nyawa anaknya.

Itu adalah deklarasi pemberontakan Naruto yang pertama, pada klan Uchiha.

TBC part 1

Yang mau beli Novel Yellow to Pink.. silahkan. Numpang promosi.. 😆

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro