Part 18

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Rendi memejamkan mata karena hari mulai malam. Baru saja, dia menutup mata, terdengar suara ramai-ramai dari tetangga sebelah. Rendi segera membuka mata dan berjalan untuk melihat apa yang terjadi.

Saat Rendi sudah sampai di sana, kerumunan orang sudah banyak. Rendi masih tak mengerti ada apa sebenarnya. Dia segera melewati kerumunan orang-orang dan masuk ke dalam rumah tetangganya itu. Rendi kaget melihat tetangganya sedang berteriak-teriak seperti orang kesurupan, Rendi pun menghampiri. Yang Rendi pikirkan ternyata benar, Rendi melihat sosok perempuan berbaju putih yang masuk ke dalam tubuh perempuan yang notabene tetangganya.

"Kenapa kamu ganggu dia?" tanya Rendi pada sosok perempuan itu.

Sosok perempuan itu tertawa dan menatap Rendi dengan tatapan tajam. Dia terus tertawa sampai akhirnya menjawab. "Aku sama dia bernasib sama, dia sedang patah hati dan nasibku semasa hidup sama dengan perempuan ini." Sosok itu kembali tertawa dengan lebih keras.

"Ihh ihh ihh."

"Keluar dari tubuh perempuan ini!" suruh Rendi, tapi sosok perempuan berbaju putih malah semakin menjadi dan semakin meronta-ronta dalam tubuh yang dirasukinya.

Rendi akhirnya membacakan ayat kursi dan sosok perempuan berbaju putih sangat kepanasan, dia merintih. "Panas, hentikan!"

"Gue bakal bantu lo supaya arwah lo tenang, gue tahu lo korban bunuh diri, 'kan?"

Sosok itu hanya menggangguk.

"Makanya gue bantu doa, biar lo tenang." Rendi terus membacakan lantunan ayat kursi dan sosok perempuan itu akhirnya keluar dari tubuh tetangga Rendi yang bernama Dinda.

Setelah sosok perempuan itu pergi, Dinda pingsan dan Rendi mengambilkan sebuah air, lalu mengusapkan air itu tepat pada wajah Dinda, Dinda akhirnya tersadar.

"Aku kenapa?" tanya Dinda saat sudah sadar. Kepalanya masih terasa pusing.

"Tadi kamu kerasukan," jawab Rendi.

"Kok bisa?"

"Iya karena dia senang kamu sama sepertinya, sama-sama patah hati," Rendi kemudian membopong tubuh Dinda ke sofa dan orang-orang yang diluar masuk untuk melihat keadaan Dinda.

"Untung ada Rendi," ucap salah seorang.

"Saya cuma bantu." Setelah urusan Rendi selesai, dia kembali ke rumah.

****
"Tadi malam tetangga kamu kesurupan, Ren?"tanya Dita terkejut saat Rendi bercerita tentang kejadian tadi malam.

"Iya."

"Serem, ya." Dita bergidik ngeri sendiri.

"Makanya jangan suka ngalamun, nanti gampang dimasukin setan!" celetuk Rendi yang membuat Dita mengundang tanya.

"Enak aja, aku jarang melamun, tahu!" Dita protes sambil memanyunkan bibir.

Rendi yang melihat tingkah Dita langsung tertawa. Dita yang sadar Rendi meledeknya langsung menabok lengan Rendi dengan keras dan Rendi merintih kesakitan.

"Jahat kamu, Dit!" seru Rendi sambil memegangi tangan yang barusan ditabok Dita.

"Bodo amat!" Dita menjulurkan lidah dan mengibaskan rambutnya yang terurai panjang.

Rendi hanya mengangkat bahu acuh. Seketika ada bayangan lewat di belakang Dita dan sepertinya makhluk itu ada niat tak baik pada Dita.

"Dit, kamu hati-hati, ya?" Rendi khawatir akan terjadi sesuatu pada Dita.

Dita yang mendengar pernyataan Rendi pun bingung apa yang dimaksud Rendi.

"Maksud kamu apa, Ren?" tanya Dita.

"Tadi aku lihat ada sosok anak kecil di belakang kamu, wajahnya rusak terbakar. Aku takut dia bakal ganggu kamu."

"Ren, jangan bercanda!" Dita mendadak merinding setelah apa yang diucapkan Rendi. Dita memegangi tengkuknya dan sesekali menengok ke belakang, memastikan tak ada apa-apa.

"Aku serius, jaga diri baik-baik."

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro