Part 19

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Rendi tak bisa tidur malam ini, padahal tak ada yang dipikirkan. Dia mencoba memejamkan mata, tetapi tetap sama saja. Setelah itu, Rendi langsung bangun dari tempat tidurnya dan keluar dari kamar. Suasana rumah sepi dan sunyi. Ya, karena orangtua Rendi masih di luar kota dengan urusan bisnis. Rendi terkadang merasa kurang perhatian dari kedua orangtuanya, Rendi ingin seperti teman-teman yang lain yang punya banyak waktu dengan keluarga.

"Bisnis mulu, sampai anak sendiri lupa!" seru Rendi dengan nada tinggi.

Rendi memutuskan untuk menelepon ayahnya, dan hasilnya sama saja--tak diangkat sama sekali. Karena geram Rendi melemparkan ponsel ke arah tembok. Ponsel Rendi terbelah menjadi dua.

"Bodo amat!" Rendi mengacak rambut frustrasi.

"Bangsat!"

"Sialan!"

Rendi terus mengumpat sampai dia sadar sesuatu ada makhluk yang sedari tadi mengawasi.  Makhluk itu berbadan tinggi, berwarna hijau seperti gendruwo.

"Lo siapa?" tanya Rendi.

"Aku penunggu rumah ini,"balasnya.

"Diem lo! Lo nggak tahu gue lagi kesel apa!"

Makhluk itu malah tertawa seram dan Rendi mengabaikan kehadiran makhluk itu.

"Aku akan menganggu orang-orang terdekatmu, Rendi!" ancam makhluk itu.

"Maksud lo apa?"

Makhluk itu tak menjawab, lalu menghilang begitu saja.

Rendi mengernyit, masih memikirkan perkataan makhluk tadi. Tetapi akhirnya Rendi memilih untuk mengabaikan ancaman itu.

Rendi menyalakan televisi dan menonton acara sekadarnya.

"Bosen acara nggak ada yang bagus!"

Rendi mematikan televisi dan kembali ke kamar. Rendi kemudian mengambil kotak kalung pemberian kakeknya. Entah kenapa dia tiba-tiba Rendi seperti melihat bayang-bayang kakek tua seperti kakeknya.

"Kakek?" Rendi mengucek kedua matanya.

Kakek itu hanya tersenyum dan menghilang.

"Apa gue salah lihat?" Rendi mengucek matanya lagi. Tapi bayangan kakek-kakek itu sudah benar-benar hilang.

"Cuma perasaanku aja." Rendi bernapas lega dan merebahkan tubuh di kasur, lalu memejamkan mata. Akhirnya dia benar-benar bisa tertidur.

****
"Dit," panggil Rendi.

Dita tak menoleh sedikit pun melainkan terus berjalan melewati Rendi. Rendi yang merasa ada yang aneh dengan Dita pun mengikuti langkah gadis itu dan sampai lah pada tempat rumah kosong yang tak jauh dari rumah Dita.

Rendi terus mengikuti langkah Dita yang masuk ke dalam rumah kosong itu. Rendi terus mengendap-endap tanpa sepengetahuan Dita. Rendi yang melihat tingkah Dita yang terlihat seperti tatapan kosong menghampiri Dita dan membuka pembicaraan.

"Kamu ngapain di sini, Dit?" tanya Rendi.

"Bukan urusan kamu!" Tatapan Dita pada Rendi semakin menyeramkan, matanya putih semua. Tiba-tiba Dita mencekik leher Rendi, Rendi spontan kaget dan berusaha melepaskan cengkraman Dita, tetapi Dita semakin mengencangkan cekikannya. Akhirnya, Rendi tersadar kalau itu bukanlah Dita.

"Siapa kamu?" Rendi masih berusaha melepaskan cengkraman itu.

"Kamu nggak perlu tahu siapa aku!"

Makhluk yang merasuki kita lantas tertawa kegirangan dan melepaskan cekikan dari leher Rendi.

"Aku akan terus merasuki tubuh wanita ini." Makhluk itu terus berjalan meninggalkan rumah kosong.

Rendi berpikir sejenak. "Jangan-jangan itu makhluk yang tadi malam ngancem gue?"

Rendi lalu menganggukan kepala. "Gue harus tolongin Dita, tapi gimana caranya?"

Rendi kebingungan sendiri, tapi dia tak bisa diam saat tahu Dita telah dirasuki makhluk itu dan Rendi sendiri bingung kenapa makhluk itu mengincar Dita.

"Gue harus cari tahu caranya sendiri!" Rendi berucap mantap.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro