RTDA 1

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Astagfirullohaladzim Fira, kucingnya gak kenapa-kenapa tapi jantung gue yang kenapa-kenapa Fir," batin Revan.

______________
___________________

"Alhamdulillah kucingnya tadi langsung lari kok," Revan menanggapi.

"Yaudah lanjut yuk,"ajak Revan.

"Yaudah iya kak," jawab Fira.

Mereka melanjutkan perjalanan menuju ke rumah Fira.

*****

Setelah sampai di rumah Fira ternyata ada Umi Fira yang sedang menyirami bunga-bunga nya.

Eit! Jangan bingung kenapa Umi Fira manyiram bungan sendiri sedangkan di rumah Fira ada Asisten Rumah Tangga karena Umi Fira sangat hobby merawat bunga-bunganya sendiri, selain itu di keluarga Fira hukum islam yang di gunakan lumayan dalam, dan dalam hukum islam pembantu itu tugasnya hanya membantu bukan mengerjakan semuanya sendiri, jadi Asisten Rumah Tangga di rumah Fira pekerjaannya hanya membersihkan rumah, dan untuk urusan masak dan keperluan pribadi hanya di urus oleh anggota keluarga.

Berbeda dengan Fira, jika Fira yang merawat tanaman nya jangan harap bisa tumbuh subur, belum berkuncup pun sudah gugur, bukan Fira tidak ingin merawat hanya saja memang dari kecil dia susah sekali untuk bisa menanam bunga tanpa ada kendala.

Motor yang di kendarai Revan dan Fira masuk menuju halaman rumah Fira.

Ketika sudah sampai Fira dan Revan menyapa Uminya Fira.

"Assalamualaikum Umi," ucap Fira sambil mencium tangan Uminya.

"Assalamualaikum Tante," ucap Revan ikut memberi salam.

"Waalaikumussalam manggilnya Umi aja nak...," ucapan umi menggantung sambil memberi kode siapa nama pemuda ini.

Fira yang baru maksud dengan pandangan Umi pun langsung memperkenalkan Revan.

"Ouh ini kak Revan mi, kakak kelas Fira," tutur Fira

"Ouh nak Revan kakak kelas nya Fira, kira Umi calon mantu Umi hehe," ujar umi Layla, umi dari Fira.

Sedangkan Revan semakin gugup jadinya.

"bertemu dengan Uminya Fira saja sudah gugup lah ini langsung di kira calon mantu," pikir Revan.

Revan tersenyum sopan menanggapi omongan umi nya Fira tadi.

"Yaudah yuk mampir dulu kedalam rumah," ajak Umi Layla kepada Revan.

"Maaf Umi untuk kali ini Revan belum bisa mampir, berhubung cuaca juga sepertinya semakin mendung takut nya keburu hujan di jalan," jawab Revan berusaha menggunakan kata sesopan mungkin supaya umi nya Fira tidak tersinggung.

Umi tersenyum melihat perilaku Revan.

"Ouh yasudah kalo begitu, masih ada lain waktu untuk nak Revan berkunjung kesini," tutur umi Layla lembut.

" Yasudah kalo begitu saya pamit, assalamualaikum," pamit Revan.

"Waalaikumussalam," ujar Fira dan Umi bersamaan.

Setelah itu Revan mengendarai motornya melaju untuk pulang ke rumahnya.

Sementara Fira menatap Uminya intens.

"Umi kok Umi ngomong gitu sih," protes Fira mendengus kesal.

"Gitu gimananya sih anak Umi hmm?" tanya Umi sambil memegang pundak Fira.

"Ya kok Umi pake bilang kak Revan calon mantu," ucap Fira sembari menunjukkan wajah masamnya.

Umi terkekeh mendengar penuturan Fira.

"Gak masalah kok yang penting kalian jangan menjalani hubungan yang di larang Allah, umi tau kok tanpa kamu bilang kamu suka kan sama dia."

Fira langsung membelalakkan mata.

"Umi apaansih a..aku gak ada rasa apa-apa kok sama kak Revan," Fira gugup mendengar penuturan Umi tadi.

Umi tersenyum melihat tingkah Fira.

"Umi tau kok gimana anak Umi, Umi gak masalah dia jadi calon mantu Umi asal jangan sampai kalian terjebak dosa!" Umi memperingati Fira.

Fira sangat paham apa yang di maksud Uminya.

"Iya umi lagian Fira juga emang gak mau kok hubungan yang seperti itu."

*****

Di lain tempat

Revan sedang mengendari motornya dengan sangat pelan karena dia masih termenung memikirkan perkataan Umi nya Fira tadi.

"Semoga aja ini pertanda lampu hijau dari Uminya Fira," batin Revan.

Dia mengendari motornya tidak fokus, di jalan ini memang sepi, di saat di pertigaan Revan tidak sadar jika dari arah lain ada tukang sayur yang sedang mendorong gerobaknya.

Sehingga.....

Ckiit...

Revan mengerem mendadak.

"Astagfirullohaladzim!" ucap Revan spontan dengan nada sedikit meninggi.

Tukang sayur tadi masih terkejut dengan hal yang baru saja terjadi, untung saja tidak terjadi apa-apa pada keduanya.

"Aduh gimana sih nak, ngendarain motor kok gak hati-hati!" protes tukang sayur tersebut.

"Maaf pak maaf tadi saya gak sengaja, bapak gak kenapa-kenapa kan, apa kita kerumah sakit aja yuk saya anterin," Revan khawatir takut terjadi hal yang tidak di inginkan.

"Udah-udah saya gak kenapa-kenapa kok, yaudah mending kamu lanjutin perjalanan lagi, inget hati-hati!" ucap tukang sayur tadi seraya memperingatkan.

"Yaudah kalo gitu saya lanjutin perjalanan ya pak, maaf ya pak,"

"Iya gak masalah kok yang penting jangan di ulangin lagi ya hal seperti ini," nasihat tukang sayur tersebut.

"Iya pak, yasudah saya pamit, assalamualaikum."

"Waalaikumussalam," jawab tukang sayur tersebut.

Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan nya masing-masing.

Sudah dua kali dalama hari ini Revan hampir menabrak ya hehe.

--------------------------------------------

19.30

Sejak percakapan dengan Umi Layla tadi Fira memutuskan untuk berdiam diri di kamar, sebenarnya tidak benar-benar berdiam diri, karena dari tadi setelah dia mengaji dia duduk di pinggir tempat tidurnya memikirkan perkataan Uminya tadi sore.

Kamar Fira berada di lantai 2, dan fora mulai berjalan menuju ke balkon kamarnya.

Fira menatap ke langit, banyak di hiasi cahaya gemerlap para bintang di atas sana, sungguh terlihat indah dan tenang tetapi sangat di sayangkan karena lagi-lagi hati Fira sedang gelisah saat ini.

"Apa bener ya Umi benar-benar mengizinkan kak Revan jadi imamku kelak?" tanya nya pada diri sendiri.

Ya Allah jika memang benar dia jodohku tolong berilah petunjukmu, dan jika dia bukan jodohku tolong hapuskan rasaku padanya, batin Fira.

"Jika kamu jodohku Allah sudah menuliskan cara kita bersatu"

20.20

Sudah hampir satu jam dia berada di luar kamar, dan Fira baru menyadari ada sesuatu yang kurang.

Apa ya?

"Astaghfirullohaladzim, aku belum sholat isya'!" seru Fira sambil masuk ke kamarnya, lalu menuju ke kamar mandi untuk mengambil wudhu.

Nah kan Fira, tetep gak ada beres-beres nya tingkah lakunya.

"Kok bisa lupa gini sih," monolog Fira sembari mengenakan mukenah.

Fira melaksanakan sholatnya dengan khusyuk.

Dan dia akhir doanya dia mengadukan semua yang ia rasa kan akhir-akhir ini kepada Rabb-Nya.

"Ya allah tolong hilangkan kegundahanku, tolong tambahkan lah kesabaranku dalam menjalani semua ujian ini ya Allah, tolong bantulah aku dalam menjaga hatiku ya Allah, maaf kan aku karena telah mencintai orang yang bukan mahramku ya Allah, ya Allah tolong berilah ke ikhlasan pada hati ini untuk melupakan nya ya Allah, ya Allah tolong teguhkan lah hati hamba hanya berharap kepadamu ya Allah, aku percaya atas kehendakmu ya rabb, jika memang dia yang telah di tuliskan untuk menjadi jodoh hamba tolong dekatkanlah, dan jika dia hanyalah suatu bentuk cobaan untuk menguji keimanan hamba tolong kuatkanlah hamba ya rabb, rabbana atina fiddunya khasannah wafil akhirati khasanatta waqinna adza bannar summa ladzi 'ama yasifun wassalamun alla mursalin walhamdulillahirabbil'alamin."

Setelah itu Fira selesai melaksanakan shalatnya dia teringat sesuatu.

"Oh iya hampir lupa, aku kan belum bicara tentang tour itu ke umi sama abi," ujarnya sambil menepuk jidatnya.

Fira keluar dari kamarnya menuju ke ruang keluarga.

"Eh Fira kok baru keluar, udah makan belum nak?"

Fira cengok dengan pertanyaan Uminya.

Dia melihat ke arah jam dinding di ruang itu.

20.55

Matanya membulat.

Astaga kenapa bisa lupa makan ya?

"Kamu kenapa, jangan bilang belum makan," ujar Umi layla.

Tepat sekali.

Fira hanya menyengir tidak jelas.

"Huuu kebiasaan, udah tau punya mag masih aja makan telat!" seru Arsya, kakak laki-laki Fira.

"Hey sudah-sudah Arsya!" tegur Abi Ilham, abi Arsya dan Fira tentunya.

"Yasudah Fira cepetan kamu makan sekarang, dan nanti setelah makan kembali kesini!" perintah Abi dengan tegas.

"Iya abi,"

Setelah itu Fira berjalan menuju dapur untuk makan dan minum obat.

Loh kenapa obat?

Ya kan tadi sudah di bilang Fira memiliki asam lambung, dan dia sekarang telat makan kalau dia langsung makan otomatis asam lambung nya akan naik.

*****

Fira sedang berada di ruang keluarga bersama Abi, umi dan kakaknya.

Oh iya author lupa ngasih tau ya.

Abi Fira adalah salah satu pengusaha sukses di indonesia, Abi Fira bernama Rasyid, nama Umi Fira adalah Layla khasanan, dan kakak Fira bernama Arsya alfarizy.

Ok lanjut

.

.

.

"Abi Fira mau minta izin boleh gak,"

"Emang anak Abi ini mau izin apa?" sahut Abi.

"Fira mau izin ikut acara tour yang di adakan sekolah bi, boleh?" tanya Fira dengan sedikit rasa ragu terpampang di raut wajahnya.

Abi dan Umi saling lempar pandang.

"Memang acara ini akan di adakan kapan?"

"Sekitar 2 minggu lagi bi,"

Abi menghela napas.

"Yasudah Abi izinkan," putus Abi.

Seketika wajah Fira yang tadi nya tegang kembali sumringah.

"Eit tapi inget kamu harus selalu jaga diri kamu!" perintah Abi.

"Siap bos!" seru Fira sambil memberi hormat layaknya upacara bendera.

Arsya yang sedari tadi diam pun ikut angkat bicara.

"Gak usah aneh-aneh disana, jangan pacaran mulu!" seru Arsya.

Sebenarnya Arsya hanya bercanda dia tahu adiknya ini memang tidak mau pacaran.

Fira mempoutkan bibirnya mendengar ucapan kakak nya itu.

"Ih! Apaan sih kak, aku kan gak pacaran,"

Arsya tertawa melihat adiknya yang mulai marah.

"Ih kak Arsya mah parah!" seru Fira yang kesal karena tingkah kakaknya itu.

Abi dan Umi yang melihat tingkah anak-anaknya itu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala mengulum senyum.

"Sudah-sudah kalian ini udah besar juga masih kayak anak umur lima tahun," Umi terkekeh melihatnya.

"Kak Arsya duluan Mi,"

"Oh gitu ya kam...."

Ucapan Arsya terpotong oleh deheman Abi.

"Ekhem... Arsya sudah jangan menjahili adikmu terus!"

Arsya dan Fira langsung menengok melihat ke arah abinya.

"Iya Abi," jawab Revan sambil cengengesan tak berdosa.

"Ouh iya Arsya, bagaimana kuliahmu apa ada kendala?"

Arsya terlihat sedang memikirkan sesuatu.

Arsya menjadi pusat perhatian dari abi, umi dan Fira saat ini.

"Hmm... Sebenarnya tidak ada kendala sih bi, cuma..."

Arsya menggantungkan kata-katanya.

Sangat terlihat jelas saat ini Arsya sedang ragu-ragu.

"Ada apa sya, kalo ada sesuatu kasih tau," ujar umi Layla sembari memandang putra pertamanya itu dengan tatapan teduh dan menenangkannya.

Arsya langsung menunjukkan tersenyum jahil nya.

Ya tersenyum jahil yang di paksakan, ya arsya tidak tau saja bahwa ada orang yang menyadari senyuman Arsya tersebut.

Ada yang gak beres nih, batin salah seorang dari mereka.

Umi dan Abi langsung bertatapan, mereka sudah mulai mencium bau-bau mencurigakan.

"Wah kamu ngerjain kita ya!" seru Umi Layla.

Arsya langsung tertawa mendengarkan penuturan Uminya.

"Hehe, maafikan Arsya yang tampan tiada tara ini semuanya!" ucap Arsya menyombangkan diri.

Umi dan abi hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkat putra sulungnya ini.

Tidak jauh beda dengan adik nya, sama-sama error?

Fira hanya bergidik sambil memandangi kakaknya tersebut.

"Idih! Semua orang laki juga ganteng kali, kalo cantik nanti ketuker sama perempuan dong."

"Eh jangan salah, laki juga ada yang cantik loh,"

Fira cengok karena kata-kata Arsya.

"Siapa?"

"Gak mau nyebutin merek,"

Fira mengernyitkan dahinya.

"yaudah ciri-ciranya?"

"Manusia bernafas, berjenis laki-laki, dan berparas cantik yang jelas."

Fira langsung memukul lengan kakaknya tersebut.

Sungguh! pikir Fira.

Arsya yang melihat adiknya makin kesal bukannya merasa bersalah justru malah semakin ketawa dengan senangnya.

"Yasudah Arsya, Fira cepetan kalian tidur sudah ini malam!"

"Baik abi," jawab Fira dan Arsya bersamaan.

Setelah itu mereka berjalan ke kamar mereka masing-masing.

Mereka berjalan searah karena kamar Arsya di samping kamar Fira.

*****

Fira baru saja masuk ke dalam kamarnya, harus berhenti karena ada yang memanggilnya.

"Dek, belum ngantuk kan?"

Tanya Arsya tiba-tiba.

Ya jika di kata belum ngantuk, jelas Fira sudah ngantuk, dan jika mengingat kejadian hari ini sungguh dia sangat lelah, tetapi Fira jelas tau kakaknya pasti ada hal penting sampai menemui nya di kamar jam segini.

22.10

"Ada apa kak, ada masalah ya?"

Arsya mengangguk mengiyakan.

Tepat sekali! seru batin Fira.

Setelah itu Fira berjalan menuju sofa yang ada di kamarnya di ikuti Arsya di belakangnya.

"Kakak pengen cerita Fir,"

"Yaudah cerita aja kak,"

"Sebenernya waktu abi nanyain kuliah kakak tadi ada hal yang buat kakak sedikit terbebani Fir,"

Nah bener kan ada yang gak beres, batin Fira.

"Apa hal yang buat kakak terbebani?"

Ya walau mereka sering berantem nya tetapi tidak dapat di pungkiri bahwa dalam keluarga mereka saling menyayangi saru sama lain.

"Kan sekarang kakak udah di semester tujuh nih, bentar lagi kakak udah lulus, kakak juga udah kerja di kantor Abi, nah kakak itu ada niatan pengen ngelamar seseorang untuk jadi istri kakak,"

Mata Fira berbinar mendengarkan niatan Arsya tersebut.

"Wah beneran kak?"

Revan tersenyum mengangguk.

"Lah terus masalah nya di mana?"

"Masalahnya...."

_______________________________

Hai maaf ya ceritanya makin absurd dan typo bertebaran dimana-mana.
Maafin juga updatenya lama, soalnnya author juga manusia biasa, dan dari kemarin ada tugas penulisan yang belum bisa di tinggalin.
Sekali lagi maaf🙏🙏🙏
Hmm gimana nih ceritanya,
Oh iya aku mau sedikit memberitahu
Kalau yang aku tulis dicerita di dalam hukum agama itu art tugas nya hanya membantu meringankan pekerjaan itumemang benar adanya, menurut ajaran majlis tempat author menimba ilmu dulu, hanya sedikit berbagi pengetahuan saja ya yang author tahu, author juga bukan orang yang mahir dalam agama soalnya hehe.
Maaf jika ada yang kurang berkenan, dan author juga tidak membeda-bedakan dalam berbaur, karena semua ada hukum toleransinya kan, yang penting saling menghargai.
Baiklah
Kritik dan saran nya sangat di harapkan.
Jangan lupa vote nya juga ya untuk nambah semangat author ngelanjutin cerita ini
Tunggu kelanjutannya ya!

Lampung4 April 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro