RTDA 2

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Mata Fira berbinar mendengarkan niatan Arsya tersebut.

"Wah beneran kak?"

Revan tersenyum mengangguk.

"Lah terus masalah nya di mana?"

"Masalahnya...."
_______________________

"Masalahnya dia itu adalah salah satu mahasiswi di kampus kakak yang terkenal gak pernah pacaran,"

Fira ingin sekali melempar Arsya jauh-jauh, terus apa bedanya dengan Fira.

"Kak, kakak lupa ya, aku juga kan gak pernah pacaran, tepi kalo masalah lamaran itu udah beda cerita kak!"

Arsya nyengir tidak jelas dengan bodohnya.

"Berarti keputusan kakak mau ngelamar dia ini udah bener ya?"

Fira mengangguk membenarkan.

"Lebih tepatnya kakak sholat istiqoroh dulu tanya sama Allah dulu,"

"Pinter banget sih adekku ini," ucap Arsya sambil mencubit kedua pipi Fira.

"ishh apaan sih kak sakit tau!" ujar Fira sambil menunjukkan tatapan sangarnya.

"Yaudah deh kakak mau balik kekamar, kamu tidur ya dah malem,"

"iya."

-----------------------

SMA Angkasa

10.10

Sekarang Fira sedang berada di sekolahnya, lebih tepatnya di kursi panjang depan kelasnya, dia sedang membaca novel kegemarannya.

ouh iya dia adalah gadis yang bertingkah absurd, kenapa di kata absurd, karena dia akan sangat Aktif ketika mood nya baik, dan ketika mood nya sedang buruk orang melihatnya saja sudah bergidik ngeri.

Saat sedang asik membaca novel.

Tiba-tiba...

1

2

3

Dor

Fira menengok ke arah sumber suara dengan tatapan datar.

"Ih Fir, kok gak kaget sih!" seru Rina sambil mengerucutkan bibirnya.

Fira mengangkat satu alisnya.

"Ih kumat deh kumat, Fira mulai nyebelin."

Fira terkekeh mendengar keluhan Rina.

"Ngapain harus kaget kalo aku udah tau," ujarnya santai.

"Jangan lupa waktu kemarin aja kamu kaget waktu aku nanya padahal kamu lagi gak baca novel."

Perkataan Rina tersebut jadi mengingatkan Fira tentang Revan.

Ah sudahlah?

"Sekolah udah bertahun-tahun kayak gini aja harus di jelasin, kemarin itu aku emang lagi ngelamun,"

"Lah sekarang, aku lagi baca novel jadi otomatis aku masih sadar sekitar," lanjut Fira.

Rina melongo dengan penjelasan Fira.

"Ck! Ajaib," gumam Rina di iringi tepuk tangannya.

Fira memutar bola mata malas.

"Dasar calon penghuni RSJ!"

Rina membelalakkan mata menatap Fira seperti ini menghabiskannya.

"Apa kamu bilang Fir?"

"Calon penghuni RSJ," ujar Fira penuh penekanan di setiap katanya.

Setelah itu Fira dengan secepat yang ia bisa lari menjauhi Rina.

Rina turut mengejar Fira, tanpa di sadari ada orang lain dari arah berlawan

Sehingga...

Dug...

Kok kepalaku kayak kebentur ya, tapi kok kalo dinding wanginya enak gini sih, eh bentar-bentar kok perasaanku gak enak gini ya, batin Fira menduga-duga.

Saat mendongakkan kepalnya

Blam...

Wajah Fira langsung pucat.

Ternyata yang ia tabrak bukanlah tembok melainkan Revan, iya Revan lelaki yang ia cinta tapi Fira ingin menghilangkan perasaannya.

Revan masih setia manatap Fira yang lebih pendek dari ukuran badannya.

1 detik...

2 detik...

3 detik...

Ekhem

Deheman seseorang terdengar, membuat Fira dan Revan kembali tersadar.

"Katanya kamu gak mau pacaran Fira kok malah udah nempel!" seru Rina sambil tertawa terbahak-bahak.

Bahagia sekali!

Ouh ini gara-gara dia lari dari Rina nih sampai terjadi hal seperti ini pikir Fira.

Setelah itu Fira menyadari hal yang baru terjadi itu sungguh...

Membuat Fira ingin berlari dan sembunyi di lubang semut.

Tidaklah gak cukup juga pikir Fira.

Fira memandangi Revan kembali yang masih terdiam dengan kejadian tadi.

"Emm k...kak maaf ta...tadi gak sengaja, beneran," ujar Fira gugup sambil memandang Revan sesekali.

"Ekhem! Iya gak masalah,"

Setelah itu Revan langsung pergi berjalan melalu Fira yang masih terdiam.

Huuft bodoh Fira bodoh sekarang kak Revan pasti ngaggep aku perempuan yang cari perhatian karena suka sama dia, batin Fira merutuki dirinya sendiri.

"Yaampun kok makin runyam gini sih!"

Rina bingung dengan tingkah Fira karena Rina sendiri juga tidak terlalu paham tentang perasaan Fira ke Revan karena Fira masih sangat memendam hal ini, jadi secara tidak langsung orang yang mengetahui hal ini langsung terucap dari lisan Fira yaitu Revan.

Fira berjalan menuju taman, Rina yang melihatnya hal itu segera mengikuti Fira.

******

Di bangku taman.

Fira sedang memejamkan matanya dan bersandar pada bangku taman.

"Fir kamu kenapa sih, kok perasaanku kamu nyembunyiin sesuatu dari aku ya, tolong jujur aja Fir," desak Rina.

Entahlah Rina merasa ada yang janggal dengan sikap Fira.

Fira menatap Rina dalam-dalam.

Benar di dalam mata Rina hanya ada ketulusan seorang sahabat bukan hanya kata-kata bualan semata.

"Rin, sebenernya aku itu udah lama suka sama kak Revan...."

"Hah kamu udah lama suka sama kak Revan, tapi gak ngasih tau aku sama sekali!" potong Rina dengan tidak sabar.

"Sstt... Jangan teriak-teriak napa, mau di lanjut gak nih ceritanya?"

Fira sudah mulai geram dengan tingkah Rina.

"Haha yaudah iya deh iya lanjut cepet!"

"aku itu udah lama suka sama kak Revan, tapi aku juga udah berusaha ngilangin rasa aku ke kak Revan."

Rina bingung dengan jalan pikirannya sahabatnya ini.

"Lah kan kamu suka sama kak Revan tapi kenapa kamu malah berusaha ngilangin rasa ke dia?"

Fira menghela nafas.

"Karena dari yang aku tau, kak Revan itu banyak yang suka."

"Ya apa hubungannya, kalo kak Revan gak suka sama mereka kan gak ada masalah."

"Ih bukan gitu, kak Revan itu gak mau sama mereka karena udah ada gadis yang dia cinta selama ini," sanggah Fira.

Seketika raut wajah Fira berubah menjadi sedih kembali.

Kok nyesek ya?

Rina yang memahami perasaan sahabatnya saat ini, langsung memeluk Fira berusaha memberi semangat ke Fira.

Air mata Fira sudah tidak bisa tertahan, bulir bening itupun lolos dengan sendirinya.

"Sstt udah ya Fir, mungkin ini sebagai ujian baru buat kamu, ambil hikmahnya aja."

Rina berusaha menenangkan Fira, sembari menepuk-nepuk bahu Fira.

Fira memperbaiki duduknya kembali seperti semula.

"Iya Rin, mungkin ini emang kesalahanku juga, aku salah sudah melanggar larangan Allah, aku sudah mencintai orang yang bukan mahromku,"

Rina tersenyum melihat Fira sudah mulai membaik.

"Fira dengerin aku!"

"Dia memang bukan mahrom kamu untuk saat ini, tapi itu bukan berarti dia gak ada kemungkinan untuk jadi mahrom kamu kelak."

Fira tertegun dengan kata-kata Rina, dia bingung sejak kapan sahabatnya itu bisa sebijak itu.

Fira masih cengok menatap Rina.

"Eh Fir, kamu dengerin aku ngomong gak sih?"

"Dengerin kok,"

"Kalo dengerin kenapa kamu masih tetep kayak orang bengong gitu sih,"

Rina sudah mulai kesal, sungguh di kasih makan apasih Fira sama Uminya sampai bikin kesal mulu kerjaannya begitulah pikir Rina.

"Ya bukannya aku gak dengerin, aku bingung aja sejak kapan kamu bijak."

Tuh kan bener apa yang di pikir Rina, sudah mulai buat kesal lagi dia.

Rina berusaha menghela napas.

"Sabar rin sabar," lirih Rina.

"Kamu ngomong apa Rin?"

"Gak ngomong apa-apa kok, yaudah kita bahas masalah tour aja ya."

Fira mengangguk antusias sambil di sertai senyum, ya walaupun yakinlah hati Fira masih sedikit nyeri jika mengingat masalah perasaannya.

"Gimana Fir, orang tua kamu ngizinin kamu ikut tour ini kan?"

"Iya, Alhamdulillah orang tuaku ngizinin aku ikut kok,"

"Eh iya Fir, kamu udah tau belum?"

Fira mengerutkan dahinya.

"Emang perihal apa?"

"Perihal tour ini, tour ini kan jarang-jarang di laksanain, nah sekarang kan di laksanain dari kelas 10,11 sama 12 ikut semua, jadi nanti kelompok dan bus yang kita pake buat kesana itu gak di bedain perkelas tau,"

"Lah trus kalo gak perkelas gimana baginya?"

"Random, jadi gak ada beda antara kakak kelas atau adik kelas, karena tujuan tour ini sendiri sebagai refreshing sekaligus untuk mempererat antara satu sama lain,"

"Jadi maksud kamu ngasih tau aku tentang ini buat apa?"

Rina sudah mulai senyum-senyum menyebalkan.

"Jadi ... Ada kemungkinan kamu bakal satu bus atau satu kelompok sama kak Revan dong, lagian tour ini tuh semacam kemping."

"Lah segitu kudet nya aku, kira aku tour nya cuma ketempat-tempat wisata gitu terus cuma nginep di hotel gitu aja, aku udah lama gak ikut kemping tau, nanti aku di sana kayak orang gak tau apa-apa gimana?"

"Ya gak bakalan ada masalah lah Fir, kan ada aku."

"Iya kalo kita sekelompok."

"Berdoa aja hehe,"

Rina malah menunjukkan cengir tidak jelas, sedangkan raut wajah Fira berubah masam kembali.

Sungguh sahabatnya ini ahli sekali dalam membuat mood nya naik turun seketika.

Tanpa mereka sadari ternyata dari tadi ada mata lain yang melihat dan mendengarkan percakapan mereka.

Hayo siapa ya yang mengamati mereka sejak tadi?

********

Di lain tempat.

Di kantin Revan sedang termenung karena memikirkan kejadian yang baru saja terjadi tadi.

Sejak kejadian tadi Revan jadi kepikiran terus, sebenarnya tadi juga Revan sudah merasakan jantungnya bergerak melebihi normal, jelas Revan deg-deg an banget, tapi Revan sengaja nutupin ini semua dari Fira.

"Oy van, Revan nih bakso yang lo pesen tadi!" Seru Bayu setelah meletakkan mangkuk bakso di depan Revan.

Tapi dia merasa Revan masih berada dalam lamunannya.

Sehingga ... ide jail muncul seketika di otak Bayu.

Bayu menambahkan beberapa sendok sambal dan sauh ke dalam mangkuk Revan.

Sekarang Revan tanpa sadar mulai mengaduk-aduk mangkuk bakso tersebut dan sekarang mulai memasukkan ke dalam mulutnya.

Sehingga...

Satu...

Dua...

Ti

"Hah!"

Revan langsung menyambar minumnya, dan itu masih tidak cukup dia langsung meminum jus jeruk bayu sampai habis.

"Gila lo Bay, apa-apaan ini, ngerjain gue lo ya!" ujar Revan dengan nada suara yang mulai meninggi.

Seketika semua mata orang-orang yang berada di kantin tertuju pada mereka berdua.

Bayu sudah menunjukkan cengiran bodohnya.

"Ya lagian dari tadi gue ajak ngomong gak nyaut-nyaut sih, yaudah gue kerjain aja sekalian,"

Bayu sudah terbahak-bahak melihat raut marah terpampang jelas di wajah Revan.

Revan yang sudah sangat kesal pun langsung pergi menuju ke arah keluar kantin.

"Lah-lah van kok gak jadi makan sih, terus ini yang bayar siapa?"

Tidak ada sahutan dari sang empunya.

"Alamat kayak gini mah," lirih Bayu menatap makanan tersebut.

Iya alamat, alamat Bayu yang bayar, lagian si Bayu menguji kesabaran banget sih, terima sendiri kan akibatnya.

Sabar ya bay!

*******

Ketika Revan berjalan ingin menuju kelasnya tidak sengaja saat dia melewati taman dia melihat Fira dan sahabatnya sedang berbicara sesuatu hal yang terlihat serius.

"aku itu udah lama suka sama kak Revan, tapi aku juga udah berusaha ngilangin rasa aku ke kak Revan."

Hati Revan sedikit terasa nyeri mendengarnya.

"sebenernya gue gak mau kalo sampe Fira ngilangin rasa ke gue, tapi gue juga gak bisa minta dia buat pertahanin perasaannya ke gue," batin Revan.

"Lah kan kamu suka sama kak Revan tapi kenapa kamu malah berusaha ngilangin rasa ke dia?"

Fira menghela nafas.

"Karena dari yang aku tau, kak Revan itu banyak yang suka."

"Ya apa hubungannya, kalo kak Revan gak suka sama mereka kan gak ada masalah."

"Ih bukan gitu, kak Revan itu gak mau sama mereka karena udah ada gadis yang dia cinta selama ini."

"Sebenarnya gadis itu lo Fir," Batin Revan.

"Sstt udah ya Fir, mungkin ini sebagai ujian baru buat kamu, ambil hikmahnya aja."

Hati Revan bertambah nyeri melihat gadis yang dia cinta menangis.

Rina berusaha menenangkan Fira, sembari menepuk-nepuk bahu Fira.

Fira memperbaiki duduknya kembali seperti semula.

"Iya Rin, mungkin ini emang kesalahanku juga, aku salah sudah melanggar larangan Allah, aku sudah mencintai orang yang bukan mahromku."

"Fira dengerin aku!"

"Dia memang bukan mahrom kamu untuk saat ini, tapi itu bukan berarti dia gak ada kemungkinan untuk jadi mahrom kamu kelak."

"Semoga bener Fira yang bakal jadi istri gue nanti," batin Revan.

Revan senyum-senyum sendiri memikirkannya.

Fira masih cengok menatap Rina.

"Eh Fir, kamu dengerin aku ngomong gak sih?"

"Dengerin kok."

"Kalo dengerin kenapa kamu masih tetep kayak orang bengong gitu sih."

"Ya bukannya aku gak dengerin, aku bingung aja sejak kapan kamu bijak."

Revan tertawa kecil mendengar penuturan yang Fira lontarkan untuk sahabatnya.

"menggemaskan," batin Revan

"Sabar rin sabar." lirih Rina.

"Kamu ngomong apa Rin?"

"Gak ngomong apa-apa kok, yaudah kita bahas masalah tour aja ya."

"Gimana Fir, orang tua kamu ngizinin kamu ikut tour ini kan?"

"Iya, Alhamdulillah orang tuaku ngizinin aku ikut kok."

"Eh iya Fir, kamu udah tau belum?"

Fira mengerutkan dahinya.

"Emang perihal apa?"

"Perihal tour ini, tour ini kan jarang-jarang di laksanain, nah sekarang kan di laksanain dari kelas 10,11 sama 12 ikut semua, jadi nanti kelompok dan bus yang kita pake buat kesana itu gak di bedain perkelas tau."

Perihal tour ini Revan memang sudah mengetahuinya dan dia berharap semoga bisa satu kelompok dengan gadis yang dia cinta itu ya walaupun hanya kemungkinan kecil.

"Lah trus kalo gak perkelas gimana baginya?"

"Random, jadi gak ada beda antara kakak kelas atau adik kelas, karena tujuan tour ini sendiri sebagai refreshing sekaligus untuk mempererat antara satu sama lain."

"Jadi maksud kamu ngasih tau aku tentang ini buat apa?"

"Jadi ... Ada kemungkinan kamu bakal satu bus atau satu kelompok sama kak Revan dong, lagian tour ini tuh semacam kemping,"

Revan tersenyum mendengar penuturan sahabat Fira itu, semoga saja benar terjadi pikirnya.

"Lah segitu kudet nya aku, kira aku tour nya cuma ketempat-tempat wisata gitu terus cuma nginep di hotel gitu aja, aku udah lama gak ikut kemping tau, nanti aku disana kayak orang gak tau apa-apa gimana?"

Makin menggemaskan sekali tingkah Fira begitulah Pikir Revan.

"Ya gak bakalan ada masalah lah Fir, kan ada aku."

"Iya kalo kita sekelompok,"

"Berdoa aja hehe."

Setelah itu Revan melanjutkan perjalanannya menuju kelas.

Tanpa Revan sadari ternyata sejak dia berdiri mengamati perbincangan itu, ada orang lain juga yang sedang mengamatinya.


------------------------

Ckckck! Revan-Revan tingkah sih pake ngamatin anak orang ngobrol, di amatin orang lain juga kan kamu.

Kira-kira siapa ya yang mengamati Revan sejak tadi, penasaran? Mau tau?

Tunggu kelanjutan selanjutnya ya.

Author ucapin terimakasih kepada kalian yang sudah mau membaca cerita ini.

Jangan lupa tinggalkan jejak vote and comentnya ya, autor juga masih sangat butuh krisar dari kalian teman-teman.

Terimakasih teman-teman yang masih mau membaca RTDA ini, dan terimakasih juga untuk yang udah nambahin semangat author dan udah mau kasih coment ke cerita ini.

Tunggu kelanjutan RTDA selanjutnya ya!

Lampung, 5 Mei 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro