RTDA 8

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


"Iya La emang bener kata kamu, aku emang seneng liat Baren mulai belajar mandiri membuka bisnisnya sendiri, tapi aku juga khawatir ngeliat dia yang akhir-akhir ini sedikit sibuk dan aku kiat dia sering istirahat nya kurang, aku takut dia jatu sakit La," Mita menjelaskan apa yang sebenarnya dia rasakan.

"Ouh jadI itu masalahnya, kalo rasa khawatir itu wajar kok Mit, aku juga terkadang khawatir sama anak-anakku, aku juga terkadang khawatir liat Arsya yang mulai sibuk sama tugas-tugas kampus mahasiswa semester akhir ini, belum tugas nya yang di kantor abinya," Umi Layla tersenyum setelah menjelaskan kepada ibu Baren

Mita merasa lega mendapat masukan dari umi Layla dia sekarang merasa sedikit tenang.

"Iya La, kamu benar mungkin aku aja yang sedikit terlalu khawatir ya, berhubung juga anakku cuma Baren satu-satunya masalahnya," Mita terkekeh dan di ikut pula dengan Umi Layla yang melakukkan jal yang sama pula sdengan Mita.

Fira yang melihat suasana sudah mulai sedikit tenang dia jadi teringat akan hal yang ingin dia sampaikan tadi.

"Umi, Abi ada yang mau Fira omongin...."

Mereka melihat ke arah Fira. Fira sedikit Ragu ingin menyampaikannya sekarang.

"Mmm ... nanti setelah acara selesai apa boleh Fira izin nganterin Rina ke bandara?"

"Loh emang Rina mau kemana nak?" umi Layla bingung pasalnya anaknya tidak pernah menceritakan hal ini kepada Umi Layla.

"Rina mau pindah keluar kota Mi, dia ikut pindah sama orang tua nya," Fira sebenarnya masih merasa sangat sedih kala mengingat dia harus berpisah dengan sahabatnya.

Umi Layla menatap sendu ke arah Fira, pasalnya dia tau Fira dan Rina sudah bersahabat lama, dan terkadang pula Rina main ke Fira dan begitupun sebaliknya.

"Yaudah iya Umi izinin, nanti kamu ke bandara sama siapa?"

"Mungkin di anterin mang Ardi Mi."

"Lah tapi kan mang Ardi lagi pulang kampung kamu lupa?"

Fira menepuk jidatnya, dia lupa tentang itu, sekarang dia bingung haru meminta di antar kan siapa.

"Bi, bisa anterin Fira gak?" Fira menatap abi Irsyad penuh harap, walaupun sepertinya tidak mungkin.

"Maaf nak, setelah Abi pulang dari sini Abi harus langsung nganterin umi pulang dan lanjut ke kantor," sebenarnya abi Irsyad ingin sekali mengantar kan Fira tetapi hari ini ada  urusan dengan client penting dan tidak bisa di tunda.

Fira menunduk bingung, harus meminta temani oleh siapa lagi, pasalnya jika dia naik angkutan umum lagi dia takut bukannya bisa ke bandara tetapi malah nyasar, mana sekarang lagi marak-maraknya penjahat bermodus taxi online.

"Kak Arsya bisa gak Mi?" sungguh yang Fira pikir jalan satu-satu nya supaya bisa mengantar Rina adalah kakak nya.

"Maaf nak kakak mu kan tadi udah izin untuk mengerjakan tugas nya, dan kemungkinan malem baru pulang,"

Mereka bingung siapa yang harus mengantar kan Fira menemani keberangkatan Rina.

Mita yang melihat kejadian itu langsung menyenggol lengan suaminya, Bagas.

Mita memberi kode untuk Revan saja yang mengantar kan Fira, dan Bagas pun menyetujui usulan dari istrinya, Mita.

"Maaf Syad aku nengahin pembicaraan kalian, bagaimana kalo Baren aja yang nemenin Fira ke bandara."

Baren langsung melihat ke arah ayah nya, tidak terkecuali juga keluarga Fira.

Abi Irsyad seperti tengah memikir-mikir usulan sahabat nya ini, setelah itu dia melihat ke arah anaknya, Fira.

"Bagaimana nak, kamu tidak keberatan kan jika harus mengantar kan Fira ke bandara," Bagas bertanya pada Baren, pasal nya Baren juga tidak tau jika ayahnya akan bicara seperti itu.

"Tidak masalah pah, jika Fira tidak keberatan," ujar Baren yang merasa ragu Fira akan mau jika di antar oleh dirinya.

Fira bingung harus mau atau tidak, tetapi dia berpikir-pikir lagi jika tidak mau, dia juga bingung harus kesana dengan siapa, dia juga tidak mau sampai ketinggalan melihat keberangkatan sahabat nya  sebelum mereka berpisah.

"Yaudah Bi, Fira mau di anaterin Baren."

*****

Setelah acara selesai Fira dan Baren menyusul keluarga Rina ke bandara, Rina dn keluarganya sudah izin pulang terlebih dahulu karena harus mengambil beberapa Barang yang berada di rumah mereka.

Di Bandara.

"Rin aku masih gak rela tau, aku masih pengen kamu di sini," Fira merengek sambil tidak henti-hentinya menggandeng Rina.

Orang tua Rina yang melihat kejadian tersebut ikut merasa kan kesedihan mereka, tetapi apalah daya, mereka memang harus pindah keluar kota untuk sementara waktu, karena ayah Rina harus menyelasaikan tugas nya di kota lain, lebih tepatnya di Kalimantan, jadi mereka harus menetap di sana untuk sementara, jika urusan nereka sudah selesai, nanti mereka akan kembali lagi ke rumah mereka yang berada di Jakarta, lebih tepatnya kota di mana Fira tinggal.

"Hmm ... Aku juga sedih Fir, soalnya aku harus ninggalin sahabat aku yang satu ini, soalnya sahabat kayak kamu tuh langka, susah nemuin orang yang kayak kamu Fir, apa lagi koplak nya gak ketulungan," Rina tertawa setelah dengan sengaja mengatakan hal tersebut.

Fira langsung membelalakkan matanya, menatap Rina tajam.

"Ish! kamu nih ya Rin, udah mau pisah juga masih aja ngeselin!"

Baren yang melihat mereka sejak tadi pun hanya bisa diam, dia juga heran mengapa bisa jatuh cinta kepada gadis seunik Fira.

"Hehe maaf deh maaf," Rina mengatakan kepada Fira terlihat sangat tulus.

Fira hanya menganggukkan kepala nya sebagai jawaban.

Tadinya Fira sudah hampir luluh, tetapi sesaat selanjutnya tiba-tiba ada senyum misterius muncul dari wajah Rina.

"Tapi boong!" seru Rina yang di sertai ketawa puas.

"ish Rina ngeselin banget sih," Fira langsung menggelitiki tubuh Rina dan mereka pun akhirnya tertawa bersama.

Ayah dan ibu Rina serta Baren hanya bisa menggelengkan kepala serta tersenyim melihat tingkah kedua orang yang saling bersahabatan tersebut.

"Hey-hey sudah, Rina ayo kita bersiap-siap, sebentar lagi pesawat akan berangkat," tegur ayah Rina serta mengajak putrinya.

Fira dan Rina pun langsung memberhentikan kegiatannya, dan raut sedih pun mulai tercetak di wajah cantik mereka.

"Hmm Fir mungkin ini saat aku harus pisah dulu sama kamu ya, smoga di lain waktu kita bisa ketemu lagi, dan jangan lupain persahabatan kita ya," Rina menatap Fira yang matanya sudah mulai berkaca-kaca seperti dirinya.

Fira menganggukkan kepala tanda setuju.

"Iya Rin aku akan selalu inget kamu sahabat ku, kamu sangat berkesan dalam hidup aku Rin, smoga Allah mempertemukan kita lagi ya nanti."

Setelah itu Fira dan Rina berpelukan erat seperti tidak ingin melepaskan satu sama lain, tangisan mereka pun pecah satu sama lain.

"Yaudah aku pamit ya."

Fira mengagguk sebagai jawaban, sungguh dia sudah tidak sanggup berkata-kata lagi saat ini, tangisannya pun masih setia mengakir di wajah mungil nya yang sesekali ia usap.

Rina melambaikan tangan ke arah Fira saat jarak mereka sudah sedikit jauh.

Setelah itu sosok Rina sudah tidak tampak lagi, dan Fira pun masih sangat, sedih.

Baren yang melihat Fira seperti orang tidak ada daya lagi merasakan kesedihan tersendiri.

"Fir, mau pulang sekarang," Baren menunggu respon dari Fira dan hanya di balas anggukan, merek pun berjalan menuju mobil Baren.

*****

Di perjalanan.

Sore itu cuaca terlihat sangat cerah, tetapi tiba-tiba tanpa di duga tanpa di sangka rintik-rintik hujan pun mulai turun, mengguyur kota Jakarta.

Fira dan Baren pun masih di dalam perjalanan karena jarak antara bandara ke rumah Fira lumayan jauh, sekitar satu jam waktu yang perlu di tempuh dalam perjalanan.

Mereka pun sudah menempuh kurang lebih setengah perjalanan, dan Fira pun sudah mulai tidak terlalu sedih lagi, dia jadi teringat tentang Baren, Fira sudah sangat penasaran dengan sikap Baren, ya memang benar Baren denga Fira memang dari dulu tidak terlalu dekat, tetapi akhir-akhir ini menurut asumsi Fira, Baren semakin menjauh lebih tepatnya menghindar.

"Mmm... Ren."

Baren melihat ke arah sumber suara yang terletak di kursi menumpang sebelahnya.

"Iya Fir, ada yang mau di omongin?"

Fira terlihat seperti orang yang ingin bicara tetapi tertahan.

"Mmm Ren ... Aku mau nanya boleh gak?, tapi kamu jangan marah ya," Fira sangat khawatir Baren tersinggung dengan pertanyaan yang akan ia lontarkan.

Baren tersenyum ramah kepada Fira.

"Iya bicara aja Fir, aku gak akan tersinggung kok."

"Ren, aku mau nanya, apa aku ada salah sama kamu, atau aku ada salah bicara sama kamu?"

Baren mengerutkan dahinya, dia heran dengan dengan pertanyaan Fira.

"Maksud kamu, emang nya aku kenapa, kok kamu nanya gitu?"

"Mmm...menurut aku akhir-akhir ini kamu kayak nya ngehindar dari aku ya, apa karena kejadian tiga bulan yang lalu?"

Deg...

Jantung Baren terasa seperti berhenti berdetak, sungguh sesak di hatinya kembali ketika mengingat kata-kata Fira waktu itu, bmBaren bukan sakit hati lantas menjauh dari Fira.

Sebenarnya Baeen memang sengaja menghindar dari Fira, karena menurut Baren kehadiran nya pun tidak berarti untuk Fira, dan sebelumnya Baren malah ber asumsi kalo menghindar nya dirinya tidak akan di sadari oleh Fira, ternyata perkiraannya itu salah.

"Gak kok Fir, aku gak ngehindar, mungkin itu hanya perkiraan kamu aja yang salah," alasan Baren, ya sebenarnya mana mungkin Baren beritahu hal yang sebenarnya, sedangkan dia tau jika Fira mengetahuinya ada kemungkinan dia akan semakin merasakan sesak di hatinya,atau yang lebih ia takutkan lagi Fira malah menjauhinya.

"Lagian aku gak ada marah sama kamu kok, kalo tentang kejadian tiga bulan yang lalu itu aku sama sekali gak marah kok," memang benar bukan Baren tidak marah, jadi dia tidak berbohong bukan.

Fira menghembuskan napas lega mendengarkan jawaban Baren, setidaknya dia tidak merasa bersalah lagi terhadap Baren.

Baren tersenyum melihat tingkah Fura, dia jadi lega setidak nya Fira percaya dengan penuturan yang Baren berikan tadi.

Mereka melanjutkan perjalanan nya tadi dengan tenang tak ada pembicaraan lagi, entah Fira yang memang sudah kelelahan ataukan Baren yang masih canggung.

*****

17.25

Di rumah Fira.

Fira dan Baren baru saja memasuki halaman rumah Fira, setelah pembicaraan Fira dan baren tadi, Tidak lama kemudia Fira terlelap dalam kantuk nya, Baren menengok kearah Fira ternyata Fira masih terlelap dalam alam bawah sadarnya.

*****

19.30

Di kamar Fira.

Fira mulai mengerjap kan mata kedua matanya yang baru saja terbuka dari tidur lelapnya, Fira menyentub ke area samping badannya, Fira merasa sepertinya dia tidak asing dengan tempat ini, ya benar ini adalah kamarnya.

Fira langsung terlonjak dan membuja matanya secara sempurna, dia langsung terduduk bersandar pada ranjang tempat tidurnya, perasaan Fira dia tadi berada di mobil Baren kenapa sekarang dia sudah ada di kamarnya, siapa yang membawa nya ke kamar nya.

"Apa jangan-jangan Baren yang gendong aku ke kamar!" seru Batin Fira.

Fira langsung bergegas turun dari ranjangnya dan langsung berlari keluar mencari uminya.

Nah itu dia keluarganya sedang berada di ruang tamu.

"Mi...Umi ... Tadi yang bawa... Fira ke kamar... siapa Mi?" Fira bertanya  dengan nafas yang tersenggal-senggal.

"Hey Fira, kalo mau bicara tuh duduk  dulu nak, jangan nafas masih kayak di kejer setan gitu langsung ngomong," Umi menegur Fira yang sekarang sedang duduk mengatur nafasnya.

Nafas Fira saat ini sudah mulai stabil dan Fira pun sudah mulai terlihat tenang.

"Coba sekarang bicara secara perlahan apa yang mau kamu tanyain?"

"Mi tadi yang bawa Fira kekamar siapa Mi, kan tadi Fira masih ada di mobil Baren kok bangun-bangun udah ada di kamar Fira mi?"

Arsya yang melihat hal itu langsung tertawa terbahak-bahak sampai memegang perutnya, sedangkan abi Irsyad dan umi Layla hanya tersenyum melihat ke arah Fira.

"Loh-loh kalian ini kenapa, kok bukannya jawab pertanyaan Fira malah ketawa sih," Fira mendengus kesal, karena saat ini dirinya sedang merasa sangat resah.

"Hehe sini Umi mau cerita dulu sama kamu," tutur Umi Layla.

Fira merasa bingung dengan keluarga nya, dia sangat penasaran dengan apa yang terjadi sebenarnya.

Yang awalnya Fira diduh di pojok sofa langsung berjalan menghampiri tempat kosong di samping kakaknya.

"Jadi...."

Saat melihat Fira yang masih terlelap dalam tidurnya Baren merasa tidak tega untuk terus membangunkannya, jadi Baren berfikir apakah ia harus menggendong Fira? tetapi saat ia pikir lagi ia memikirkan dampak kedepannya, ia takut Fira akan marah jika tau dia yang menggendongnya kedalam.

Jadi Baren langsung membuka pintu mobilnya dan berjalan menuju pibtu rumah Fira.

Ding...dong....

Tak lama kemudian langsung menampakkan Arsya di depan pintu rumah yang Baru saja terbuka.

"Oh kamu Baren ya, yang di ceritain abi tadi anak om Bagas sama tante Mit kan," Arsya mengetahuo pasalnya tadi di beritahu Foto Baren oleh Abinya.

"Iya kak aku Baren."

"Eh iya Fira sama kamu kan, sekang Fira nya kemana?" Arsya mulai heran mengapa yang di depannya ini hanya ada Baren saja.

"Siapa sya?" suara dari dalam pun mulai menghampiri mereka.

Mereka berdua langsung menengok ke aras sumber suara.

"Eh Baren, kirain siapa, Firanya mana nak?" Umi yang baru saja melihat Baren pun memberikam pertanyaan yang sama kepada Baren.

Baren menghela napas sebentar, sebenarnya dari tadi juga Baren ingin memberitahukan tentang Fira tetapi setial dia ingin memberitahukan tentang Fira tetapi perkataannya selalu di sela dari tadi.

"Fira ada di mobil Baren mi dia belum bangun."

Arsya langsung mendelik kaget.

"Hah adek gue lo apain!" Arsya membentak Baren dengan nafas memburu.

Hayo gimana ya kelanjutan cerita nya, apa yang bakalan terjadi sama Baren ya?

Tinggu kelanjutannya ya teman-teman.
Terimakasih udah baca dan mau memberi vote serta komennya.☺☺☺☺☺☺☺☺☺☺.

Lampung, 19 Mei 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro