RTDA 9

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Jadi...."

Saat melihat Fira yang masih terlelap dalam tidurnya Baren merasa tidak tega untuk terus membangunkannya, jadi Baren berfikir apakah ia harus menggendong Fira? tetapi saat ia pikir lagi ia memikirkan dampak kedepannya, ia takut Fira akan marah jika tau dia yang menggendongnya kedalam.

Jadi Baren langsung membuka pintu mobilnya dan berjalan menuju pibtu rumah Fira.

Ding...dong....

Tak lama kemudian langsung menampakkan Arsya di depan pintu rumah yang Baru saja terbuka.

"Oh kamu Baren ya, yang di ceritain abi tadi anak om Bagas sama tante Mit kan," Arsya mengetahuo pasalnya tadi di beritahu Foto Baren oleh Abinya.

"Iya kak aku Baren."

"Eh iya Fira sama kamu kan, sekang Fira nya kemana?" Arsya mulai heran mengapa yang di depannya ini hanya ada Baren saja.

"Siapa sya?" suara dari dalam pun mulai menghampiri mereka.

Mereka berdua langsung menengok ke aras sumber suara.

"Eh Baren, kirain siapa, Firanya mana nak?" Umi yang baru saja melihat Baren pun memberikam pertanyaan yang sama kepada Baren.

Baren menghela napas sebentar, sebenarnya dari tadi juga Baren ingin memberitahukan tentang Fira tetapi setial dia ingin memberitahukan tentang Fira tetapi perkataannya selalu di sela dari tadi.

"Fira ada di mobil Baren mi dia belum bangun."

Arsya langsung mendelik kaget.

"Hah adek gue lo apain!" Arsya membentak Baren dengan nafas memburu.

Arsya langsung mendekati Baren, umi Layla langsung spontan berteriak dan Arsya hampir saja memukul Baren jika tidak ada yang mencekal tangannya.

"Arsya apa-apaan kamu!" Bentak abi Irsyad menatap tajam kepada Arsya.

Arsya mendengus kesal lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Dengerin dulu penjelasan nak Baren, siapa tau nak Baren gak salah di sini!" seru abi Irsyad sinis.

"Yasudah, coba di jelas kan nak Baren apa yang terjadi dengan Fira?"

"Tidak ada yang terjadi kepada Fira Om, dia hanya kelelahan saja karena tadi kebanyakan menangis setelah di tinggal Rina pergi."

Semuanya sudah bernapas lega, sedangkan Arsya malah jadi merasa bersalah di sini.

"Tuh denger Sya! sekarang cepetan minta maaf kepada Baren!"

Baren melihat ke arah Abinya setelah itu dia menuruti perintah abinya tersebut.

"Mmm ... Ren, maafin ya soal kejadian yang tadi."

Baren tersenyum melihat ke arah Arsya.

"Gak masalah kak, aku juga memaklumi hal itu, karena mungkin itu bentuk sayang kakak ke Fira."

"Yaudah kak ayo kakak gebdobg Fira masuk ke dalam Runah, kasian dia udah lama ketiduran di mobil."

Setelah itu Baren dan Arsya berjalan menuju ke tempat mobil Arsya berada.

Arsya menggendong Fira kedalam rumah menuju ke kamar Fira.

Tidak lama kemudian Baren juga langsug pamit pulang kepada keluarga Fira.

"Nah Gitu nak, jadinya kamu sekarang udah tau kan siapa yang gendong kamu?"

"Hehe iya Mi Fira udah tau," Fira menyengir tidak berdosanya.

"Huu makanya orang itu nanya dulu baik-baik jangan asal lari-larian kayak orang kesetenan!" seru Arsya di sertai ketawa mengejeknya.

"Halah kakak aja tadi udah asal-asalan mau mukul Baren juga kan padahal belum tau penjelasan dari Baren," balas Fira dan Arsya pun langsung kicep.

"Tuh kak enak, makanya sebelum ngelakuin tindakan itu di cari tau dulu kebenarannya," Tutur Umi kepada Arsya.

Fira tertawa bahagia melihat kakak nya di ocehi Uminya.

"Kamu juga Fira, kalo belum tau kebenarannya jangan langsung panik, apalagi lari kesetanan kayak tadi kalo misal kamu turun dari tangga lari-lari itu terus kamu jatoh kan itu bahaya nak," Tegur umi Layla dan Fira pun langsung berhenti tertawa.

Nah kan memang adik dan kakak tingkahnya tidak jauh berbeda.

"Yaudah sana kamu sholat dulu nak, tadi pasti kelewat kan sholatnya," tutur umi Layla kepada Fira.

"Nah Mi, emang nya boleh ya Qodo' sholat karena tertidur?"

Umi tersenyum mendengar pertanyaan uminya.

"Kalo gak boleh, ngapain Umi suruh kamu qodo' sholat nak?"

Hanya di balas cengiran bodoh nya dari Fira.

"Kalo misal kita ngelewatin waktu sholat kita gara-gara tertidur itu kalo udah bangun tidur di ganti sholatnya boleh nak, karena yang namanya orang tidur kan gak sadar mau jam berapanya," Umi menjelaskan secara detail tentang hal yang belum di ketahui anaknya tersebut.

Fira mengangguk tanda mengerti.

"Yaudah mi Fira mau sholat dulu ya," izin Fira.

"Iya, jangan lupa nanti abis sholat minum obat terus makan, kamu juga belum makan kan dari tadi!"

"Siap Mi," Fira memberi hormat kepada Uminya.

Semua orang yang ada di situ hanya menggelengkan kepala sembari tersenyum melihat tingkah Fira.

*****

Lima tahun kemudian

🎶Hari-hariku lalui sendiri di sini🎶
ku berteman sepi tanpa hadirmu
yang membuatku merasakan
rindu di hatiku

kini jarak memisahkan cerita ini
tapi bukan penghalang sebuah hubungan
yang ku harap hanyalah doa
semoga kita cepat berjumpa

oh Tuhan tolonglah
sampaikanlah salamku kepadanya
untuk dia yang belum bisa
🎶ku tatap indah wajahnya🎶

Seorang gadis sedang duduk di kursi kerjanya, gadis itu berumur sekitar dua puluh tiga tahun, hari-harinya di banyak di habiskan di tempat ini, di umur yang sebenarnya sudah cukup matang ini orang tuannya sudah sering kali menyuruhnya cepat menikah tetapi apa lah daya dirinya belum menemukan jodoh yang menurutnya tepat.

Tok tok tok.

Terdengar suara ketukan dari arah pintu.

"Assalamualaikum, permisi Bu!" suara dari balik pintu.

Perempuan tersebut masih saja sibuk dengan yang ia kerjakan dan belum mengalihkan pandangan nya menuju pintu itu.

"Waalaikumussalam, masuk aja gak di kunci kok," jawab perempuan tersebut dan masih saja fokus dalam membuat desain baju tersebut.

Ceklek

"Ck! dasar korban galon masih aja sibuk sama kerjaan terus, kapan nikah nya oy! udah mau punya keponakan baru juga," ibu hamil itu menyindir perempuan tersebut sambil mengelus-elus perutnya yang buncit.

Perempuan tersebut langsung melepaskan pandangannya dari pekerjaannya dan mendongak beralih menatapa sang empu yang menyindirnya tadi.

Mata nya langsung berbinar kala mengetahui siapa yang menyindirnya tadi.

"Rina!" serunya gembira dan langsung bangkit dari kursi kerjanya dan langsung menghamburkan pelukannya kepada sahabat tercintanya.

"Eh pelan-pelan dong kasihan nih dede bayi yang di dalem perut aku!" seru Rina kepada manusia ajaib di depannya ini.

Perempuan tersebut hanya menyengir tidak berdosanya.

"Hehe iya-iya maafin ya bumil," rayu Fira dari pada dia terkena sasaran amukan dari ibu hamil di depannya ini.

"Tadi kesini sama siapa?"

Rina mulai tersenyum jail kepada Fira.

"Di anter sama suami tercinta dong, emang nya situ suka udah dari dulu, bilang nya mau ngilangin rasa eh sampe sekarang masih tetep sama aja orang yang di hati," Rina tertawa terbahak-bahak setelah mengejek sahabatnya ini.

Raut waja Fira langsung datar, sialan!

"Julid amat sih ibu hamil!"

"Ya lagian gak nikah-nikah sih, apa gak pengen punya suami kan enak mau kemana-mana ada yang anter, gak sendiri mulu," Rina berlanjut ketawa sampai sakit perut.

"Kalo masalah di anter mah, mang Ardi juga masih bisa!"

"Hish dasar ngeyel! Maksudnya itu emang kamu gak pengen nikah gitu, Fira sadar Fir, buat apa kamu masih nungguin orang yang belum tentu bisa jadi jodoh kamu!" Rina memberi omelan kepada Fira, tuh kan ibu hamil mah gitu, sensian.

"Yang gak mau nikah itu siapa, aku juga pengen kali, tapi masalah nya jodohnya aja yang belum dateng!"

"Bukan jodohnya yang belum dateng tapi kamu nya yang nutup peluang buat jodoh itu dateng ke kamu, kenapa sih kamu masih tetep cinta sama kak Revan sedangkan aku denger-denger dari suami aku, sahabat nya itu udah di jodohin sama anak dari temen mamahnya."

Badan Fira langsung terasa lemas tak berdaya, sungguh walau dirinya sudah berusaha terus menghilangkan rasanya kepada Revan tetapi usahanya itu tetap sia-sia, perasaannya kepada Revan tetap sama, ternyata enam tahun sudah berlalu dirinya sudah lama tak mendapatkan kabar atau pun bertatap muka, tetapi dirinya tetap mencintai lelaki tersebut.

Fira langsung duduk bersandar di sofa yang berada di ruangan, tanpabdi sadari matanya sudah mulai berkaca-kaca dan mulai mejitihkan air matanya.

"Ya Allah Rin, kenapa ini harus terjadi ke aku Rin, aku juga pingin bisa ngilangin perasaan dari dulu kenapa aku gak bisa Rin, dan sekarang aku harus nerima kenyataan ini Rin," lirih Fira sambil terus menangis.

"Udah Fir udah, mungkin emang kak Revan bukan jodoh kamu Fir," Rina memeluk dan mengusap-usap Fira, berharap supaya sahabat nya bisa kembali tegar.

Tok tok tok

Fira langsung mengusap air matanya kala mendengar suara ketukan yang berasal dari pintu.

"Masuk!"

"Assalamualaikum Fir," suara itu muncul seiringan menampakkan orang dari balik pintu.

"Waalaikumussalam, oh kamu Ren, iya ada apa," balas Fira dengan suara sedikit serak karena habis menangis tadi.

Rina yang melihan kehadiran Baren pun hanya bisa melongo terkejut.

Baren pun merasa seperti tidak asing dengan wanita hamil yang berada di samping Fira.

Mereka sama-sama tidak terlalu ingat karena memang dari dulu tidak akrab, berhubung juga Rina memang baru beberapa kali datang ke butik Fira setelah kembali nya dia ke jakarta, dan berhubung setelah menikah Rina juga jarang bisa ke butik jadi Baren juga tidak pernah bertemu Rina.

Oh iya author belum jelasin ya.

Jadi Baren itu mulai bekerja sama sama butik nya Fira sejak dua tahun lalu Fira mendirikan butiknya, ya walau Baren yang menawarkan kerja sama ini sih.

"Fir kok aku kayak kenal ya, tapi siapa?"

"Dia Baren temen sekelas kita dulu, kamu inget?"

"Hmm Baren...," Rina sok-sok an berpikir sambil mengetuk dahinya menggunakan jari telunjuknya.

Fira terkekeh melihat tingkah Rina, tetapi tidak dengan Baren. Baren masih terfokus dengan raut wajah Fira yang seperti orang habis menangis.

"Oooww! aku inget, dia Baren yang nganterin kamu ke bandara waktu aku mau pindah dulu bukan?"

Fira langsung menutup telinganya, pasalnya Rina berbicara sedikit berteriak dan dia duduk di samping Fira.

Rina yang sadar suaranya terlalu keras pun langsung terkekeh merasa tidak enak kepada Fira dan Baren.

Baren pun mulai mengerti, ternyata wanita hamil itu adalah Rina teman sekelas nya dan sekaligus sahabat Fira.

"Oh iya tau gitu dulu aku sekalian ngasih undangan pernikahan ku ke baren juga sekalian," ujar Rina tiba-tiba.

"Biar apa?" Fora menaikkan satu alisnya.

"Ya biar tambah seru lah!"

"Heleh! nikah tempat nya di ujung pulau juga, lagian kamu tuh kenapa dulu nikah sama kak Bayu gak di sini aja, kan orang tua kamu juga waktu itu urusannya udah mau selesai!" seru Fira pasalnya Rina dan Bayu menikah di tempat perantauan, jadi Fira kesana pun harus menempuh waktu yang cukup jauh, tetapi Fira sebenarnya tidak keberatan kok demi sahabatnya hanya saja dia berbicara seperti itu untuk bercanda saja.

"Ya gimana geh, kan kak Bayu juga waktu itu masih ada kontrak kerja di sana," Rina mengerucutkan bibirnya serta menundukkan kepalanya.

Fira yang melihat sahabatnya menjadi sedih dengan bercandaannya pun langsung ingat hormon ibu hamil kan gak stabil gampang berubah.

"Eh-eh Rin jangan sedih dong, lagian aku tadi cuma bercanda kok."

Rina langsung mendongakkan kepala nya dan langsung tersenyum-senyum misterius.

"Ck! sifat ajaib nya gak ilang-ilang, ini pasti ngerjain lagi nih," tebak Fira dan ya memang benar Rina menjaili Fira lagi.

Rina tertawa dengan perkataan Fira, "Ngatain aku ajaib, gak nyadar diri sendiri mbak nya, kamu juga lebih ajaib dari aku!" seru Rina yang di sertai tawa menggelegarnya.

"Eh-eh udah Rin udah perempuan kok ketawa nya makin gak bisa di atur!"

Rina langsung kicep mendengar teguran Fira.

Baren yang melihat tingkat mereka sejak tadi hanya bisa diam, dia hanya berpikir ternyata tingkah kedua manusia di hadapannya saat ini tidak pernah berubah sejak SMA.

"Eh iya Ren jadi lupa hehe, tadi kamu mau ngurusin apa?"

"Ini Fir aku mau ngasih tau kamu ada bahan kain model baru, kamu mau ngambil gak, aku belum nawarin ke client lain, soalnya kain ini bagus siapa tau kamu juga mau pesen kain ini."

"Ouh gitu, aku boleh liat contoh kain nya gak Ren?"

"Iya boleh kok Fir."

Mereka mulai membicarakan urusan bisnis mereka setelah urusan bisnis mereka selesai mereka berbincang-bincang sebentar tidak terkecuali juga Rina yang ikut mengobrol santai.

Mereka pun sempat melakukan sholat berjamaah di ruang sholat di butik Fira, tenang Fira tidak mungkin tidak menyedia kan tempat sholat di sini pasal nya para pegawainya juga tinggal di butik ini dan Fira juga terkadang jarang pulang ke rumah nya, di ruangan kerjanya sudah di sediakan satu kamar yang di halangi oleh pintu, dan kamar itu di gunakan ia istirahat jika tidak pulang ke rumah, Abi dan umi Fira tidak keberatan dengan hal itu, karena Fira juga sudah dewasa dan berhubung butik Fira juga lumayan jauh dengan rumahnya, jadi kalau Fira harus pulang setiap hari itu akan sangat melelahkan.

Setelah itu Baren pamit karena ada urusan di kantornya.

Rina masih setia berada di ruangan Fira dan hari pun sudah mulai beranjak sore.

"Fir, kenapa kamu gak nikah aja sama Baren sih?"

"Hah, apasih Rin jangan ngaco deh kamu," Fira tidak habis fikir dengan kata-kata yang di lontarkan oleh sahabatnya itu.

"Ya lagian kamu cocok loh sama Baren, mana kalian juga udah keliatan akrab."

"Aku sama Baren akrab hanya sebatas teman dan rekan bisnis Rin, gak ada yang lain!"

"Ish tapi Baren itu keliatannya suka tau sama kamu Fir, masa kamu gak sadar-sadar sih!"

Fira yang awalnya ingin membalas perkataan Rina langsung tidak jadi di lakukan.

Hah apa iya bener sih? tapi ini gak mungkin, iya bener ini gak mungkin, Batin Fira.

Hmm gimana ya kelanjutan cerita ini ke depannya?
Jika ada yang melihat ada kesalahan dalam penulisan cerita ini tolong krisarnya ya.
Terimakasih.

Lampung, 20 Mei 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro