🕑 02 | Beautiful Disaster

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Classic Piccolina Residence
Pejaten, Jakarta
03:15 pm

Naeva tersenyum sumringah dengan sebuah es krim coklat di tangannya yang sisa setengah; matanya membulat kesenangan sembari berjalan melewati pagar rumah berwarna emas dengan pilar warna coklat bernomor 3A. Gadis berusia 17 tahun itu melepas sepatu hitam dan keheranan ketika terdapat sepasang heels warna putih mengkilap di rak sepatu dengan alas kakinya yang lain.

Pikirannya tertuju pada satu orang. Gadis itu segera membuka pintu utama bercat putih dengan gagang emas. "Mama!" teriaknya tergesa-gesa. Es krim coklat disimpannya di atas meja kecil di ruang tamu beserta tas sekolah sebelum berlari menaiki anak tangga.

"Mama!" Suara teriakannya terdengar menggema di rumah berukuran luas ini.

"Mama di sini."

Suara yang terdengar sayup-sayup samar berintonasi lembut itu membuat Naeva berlari ke arah kanan, masuk ke dalam kamarnya yang terbuka sedikit. Senyumannya terbit ketika melihat seorang wanita paruh baya yang masih jelita tengah duduk disisi tempat tidurnya sambil melipat baju.

"Kenapa teriak-teriak, Cathania? Malu didengar tetangga," ucap wanita tersebut meletakkan pakaian yang dilipatnya bertumpuk di samping. Pakaiannya yang terlihat rapi berupa sebuah terusan warna merah dan ikat pinggang berukuran kecil melilit pinggangnya yang masih terlihat lekuk di sana.

Naeva menyengir, tidak akan terdengar karena jarak antar rumah yang cukup memakan area. Tanpa berpikir panjang, dia duduk di samping Ibunya. "Mama kok sudah pulang? Sudah selesai kangennya sama Mas Pacar?" tanya gadis tersebut dengan senyuman jahil.

Sang Ibu hanya menggeleng kepalanya, berdiri dengan setumpuk pakaian yang telah rapi dilipat untuk diletakkan di lemari anak semata wayangnya. "Kamu tidak kangen Mama?" tanyanya balik.

"Kangen. Kangen banget. Makanya senang lihat Mama sudah pulang, biasanya lembur di kantor," kata Naeva yang memeluk wanita tersebut dari samping, mengabaikan bahwa wanita di usia 42 itu kesulitan bergerak.

"Nanti Mama keluar lagi. Ada urusan."

Gadis tersebut memajukan bibirnya dan mengomel, "Di kantor? Sampai jam berapa, Nyonya Allison? Tapi katanya sudah tidak ada lagi masalah di kantor. Jadi nggak lembur lagi."

Wanita dipanggil Nyonya Allison itu tersenyum diam-diam; mengambil satu setelan pakaian anak perempuannya dan melirik ke arah anak gadis tersebut. Naeva mengangkat alis matanya keheranan.

"Nona Cathania, apakah perkataan Anda berarti menolak penawaran saya untuk makan malam bersama?" tanya Nyonya Allison dengan senyum lembut khas keibuan.

Naeva langsung berbinar. Namun, kembali mempertahankan ekspresinya seperti semula, "I think I have misunderstanding about you, Miss Allison. I accept your invitation."

Naeva mengikuti permainan drama singkat dan tertawa bersama sang Ibunda.

Tidak ada yang lebih bahagia daripada menghabiskan waktu dengan satu-satunya keluarga yang dimilikinya sekarang.

Amuz Gourmet
Jakarta Selatan
07:00 pm

My L
[Babe, have you already woken up?]
[Maaf karena terlambat menghubungimu.]
[Si pak tua itu menyimpan handphone-ku dan baru dikembalikan sekarang.]

Naeva L. C
[Lion, that's your dad, not si pak tua.]
[Aku tidak jadi tidur siang karena Mama mengajakku untuk keluar jalan-jalan hari ini.]
[Tapi, tadi sempat pejamin mata di bus.]

My L
[Okay, sorry.]
[Good for you. Bukankah sayangku ini sudah lama ingin jalan-jalan dengan Mamanya?]

Naeva L. C
[Lionnn!]
[Enough. Pokoknya aku kesal denganmu.]
[Don't talk to me.]

My L
[Did my baby salah tingkah because of I'm calling you sayangku?]
[How cute.]

Naeva mengabaikan pesan terakhir pacarnya, menyimpan ponselnya di dalam tas kecil yang dibawanya. Meja dengan empat kursi itu menjadi tempat duduk mereka, sudah 15 menit berlalu tapi Nyonya Allison masih tidak memesan makanan selain wine untuknya dan black tea untuk Naeva sendiri. Gadis itu melihat sekitaran interior ruangan khas Eropa yang cukup luas untuk berdua.

Wanita karir yang menjadi President of LC Group itu memilih VIP Room untuk malam ini sedang melihat raut anaknya. "Who? Your boyfriend?" tanya Nyonya Allison dengan mata yang mengerling jahil.

"What?! No. I didn't have a boyfriend. Mama sendiri yang minta aku untuk tidak pacaran dulu," sanggah Naeva yang tidak bisa mengatakan kebenarannya.

"Yeah. Tentu saja."

Setelah itu pintu VIP Room itu terbuka, seorang pelayan wanita mempersilakan sosok dari luar masuk ke dalam, "Mereka sudah sampai, Nyonya."

Naeva tidak bisa menahan dirinya untuk kepo dan menantikan siapa yang diundang makan malam bersama mereka hari ini. Sebuah pentofel hitam berada menapak area dalam ruangan. Seorang pria paruh baya hadir di depan mereka serta seseorang lainnya di sampingnya menatap Naeva terkejut.

Begitu juga dengan Naeva sendiri.

"Jay?"

"Cathania?"

Hidangan khas prancis telah dihidang di depan empat pasang mata tersebut. Terlebih lagi Naeva yang gugup karena bersebelahan dengan sosok yang diakuinya hanya sebagai teman kelas saat ditanya oleh dua orang tua itu.

"Berarti kalian sudah mengenal satu sama lain, ya?" tanya Nyonya Allison sambil memotong steak wagyu di depannya.

Jaden mengangguk ketika menangkap tatapan wanita itu mengarah padanya. "Sudah dari Menengah Pertama, Nyonya Allison," katanya sopan sambil menikmati Beef Bourguignon yang sekilas di matanya mirip dengan makanan khas Indonesia.

"Don't address me like that, just address me with Aunty Kyle. It must be your dad told you to call me Miss Allison," balas Nyonya Allison yang tersenyum ketika melihat pria di sampingnya itu meringis.

"Kalau begitu, anakmu harus memanggilku Om Sam," kata pria di sampingnya melihat kearah gadis tersebut yang hanya tersenyum canggung menikmati Soupe A L'oignon yang sangat nikmat di indera pengecapnya.

"Oh, ya. Kami di sini mau memberitahu kalian, aku dan Samuel akan melangsungkan pernikahan sebulan lagi." Kyle Allison mengangkat tangan kirinya yang tersemat sebuah cincin polos dengan diamond di jari manis, begitu juga dengan Samuel Adhitama di tangan kanannya.

Naeva tertegun, rautnya kacau ketika mendengar berita tersebut. Kemudian, dia tidak bisa mendengar apapun lagi. Semuanya terasa memberikan bunyi dengungan di telinganya.

"Kami sudah menyiapkan semuanya, undangannya sudah disebar. Outfit kalian akan dicoba besok karena kalian tidak masuk sekolah di hari Sabtu. Mungkin ada dua atau tiga outfit nanti di hari pernikahan. Bagaimana? Nanti kalau merasa ada yang kurang, bisa minta kepada designer-nya untuk merubahnya."

Suara kursi bergerak dari sampingnya membuat Naeva ketakutan, apalagi mendengar suara Samuel yang terdengar tegas dan menghardik.

"Jaden! Mau kemana kamu? Balik dan duduk kembali! Jangan bersikap seperti itu!"

Namun, sepertinya pewaris tunggal Adhitama itu menulikan telinganya; melangkah keluar dari ruangan yang bersuasana tegang itu. Suara tabrakan pintu dengan sisi dindingnya terdengar kuat dan emosi.

"Ma, Om, biar aku yang berbicara pada Lion."

To Be Continued

Hello!

Oh, ya, nggak perlu kaget kalau tanggal di chaoter pertama diubah, karena Sky baru ngerasa ada yang salah dengan tanggalnya.

Lalu, Sky kenalin pemain di sini, ya. Karena harusnya dikenalin di chapter pertama. Tapi, sepertinya terlalu buru-buru jadinya kelupaan.

Yang pertama ada Jaden Lionel Adhitama. Si paling pintar, paling tampan, paling baik, paling diburon menjadi prom night sekolah nanti.

Sayang aja, dia sudah punya pasangan untuk ke sana.

Naeva Lotus Cathania. Anak tunggal yang hidup berdua dengan Ibunya. Sang jelita yang duduk semeja dengan Jaden. Umurnya masih 17 karena dia belum ulang tahun. Dia itu manja dengan siapapun yang dirasanya nyaman. Contohnya saja sang Ibu.

Kyle Allison atau kerap kali dipanggil Nyonya Allison karena menjabat President of LC Group itu menjadi sosok Ibu dan Ayah sekaligus untuk Naeva. Dia memiliki darah campuran Amerika-Korea.

Beliau juga tidak ingin lagi menikah. Namun, prinsipnya harus dipatahkan ketika bertemu dengan orang yang benar-benar mengerti dirinya.

Orang tua tunggal untuk Jaden setelah mendiang istrinya meninggal. Dialah yang berhasil mendapatkan hati Nyonya Allison ini bernama Samuel Adhitama. Si paling senang bertekak dengan anak tunggalnya setiap kali bertemu. Namun, diam-diam dia peduli dengan anak laki-lakinya itu.

Nah, sekian perkenalan para pemain Rain of April.

Bagaimana chapter kedua dari cerpen ini?

Honestly, Sky pengennya cepat-cepat ditulis, biar habis selesai. Jadi tidak menggantung lagi.

Sudah deh, itu aja dulu cuap-cuapnya.

Sampai jumpa di Bab Ketiga.

See ya ^^

21 Desember 2022

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro