4

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Mungkin jika itu semua membuatmu tersenyum maka, aku akan melakukannya.

====

Hari ini mungkin adalah hari yang sial bagi (Name), sudah telat datang ke sekolah dan lagi ia lupa untuk mengerjakan PR yang diberikan gurunya.

Untung saja hukuman yang diberikan gurunya tidak begitu berat, hanya membawa tumpukan buku ke ruangan kantor--itu pikir (Name) tapi alangkah terkejutnya ketika melihat tumpukan buku tersebut.

Terdapat lima tumpukan buku dan itu tingginya setengah dari tinggi tubuhnya, salahkan gurunya yang memberi hukuman ini, tolong jangan salahkan tinggi (Name) yang pendek--ralat belum memenuhi ketentuan tubuh tinggi.

Percuma saja meminta bantuan teman sekelasnya karena teman sekelasnya baru saja diancam oleh gurunya, "yang membantu (Last name)-san akan diberi hukuman dua kali lipat." ucap guru tersebut dengan tersenyum innocent sontak teman sekelas (Name) hanya merinding walau melihat senyumannya saja. Walaupun tanpa diberitahu itu pun teman sekelasnya itu tidak ada yang membantunya.

Dan di sinilah (Name) dengan musuhnya yang baru saja ia dapatkan, tumpukan buku tebal di gudang yang berdebu, wajah (Name) langsung kesal melihatnya.

'Apa aku akan membawanya langsung?'

'Ah, itu tidak mungkin!'

'Bagaimana kalau satu persatu,'

'Tapi akan membutuhkan banyak waktu."

Begitulah perdebatan (Name) dengan dirinya sendiri, akhirnya ia memilih untuk mengangkat semuanya, tangan kecilnya gemetar saat mengangkat buku tersebut.

Dengan langkah pelan-pelan ia membawa tumpukan buku itu, wajah (name) tidak terlihat dan hanya kelihatan pucuk kepalanya, pelan-pelan tapi pasti--itulah mottonya membawa tumpukan buku ini.

10 menit berlalu

"Akhirnya," (Name) menyeka keringatnya,  "lelah!" ucapnya, ia sekarang berada di depan gedung olehraga, beristirahat sejenak itulah pikir (Name), tumpukan bukunya ia taruh di sampingnya.

Hendak menoleh melihat kearah gedung olahraga tiba-tiba,

Brak

Bola voli mengenai kepala (Name), pandangan (Name) buram, "Hinata boke! Kau memukulnya terlalu keras! Eh, ada orang di sana, Hinata boke!" itulah kalimat yang terakhir kau dengarkan.

[] 'Hinata! Nice kill!" ucap Daichi kenapa Hinata yang tadi mencetak angka di grup satu, Hinata mengangguk dengan semangat. Dan pada saat Kageyama meng-pass bola voli kearah Hinata dan pada saat itu Hinata terlalu bersemangat hingga akhirnya bola nya terpantul jauh sampai ke luar yang kebetulan pintunya terbuka. Dan mengenai kepala seseorang yang ada tepat di depan pintu.

"Hinata boke! Kau memukulnya terlalu keras! Eh ada orang di sana, Hinata boke!" Teriak Kageyama. []

.
.
.

Matamu terbuka iris (E/c) masih menyesuaikan cahaya yang ada si ruangan ini.

'Eh, putih?'

'Apakah aku sudah berada di Surga?'

Manikmu menelusuri ruangan dan berhenti pada pemuda bersurai silver yang tengah tidur dengan tangan yang jadikan bantal di kasur tempat tidur dan pemuda itu di sampingmu.

'Apa dia malaikat?!'

Pikiranmu mulai ngawur, Kau langsung menggubris pikiranmu itu, dan memilih untuk melihat pemuda dengan surai silver dengan tahi lalat yang ada disalah satu matanya, alismu bertautan kau sepertinya mengenal pemuda ini.

'Sugawara-san?'

Masih memperhatikan tidurnya, jika ada saksi mata yang ada di sini mungkin kau sudah dicap sebagai orang mesum yang suka memperhatikan orang tidur.

Tanganmu mulai mengelus surai halusnya, kau tidak tahu apa yang kau lakukan dan terus saja mengelus surainya, dengkuran halusnya terdengar, kau sangat menikmatinya, terasa nyaman saat berada di dekatnya.

Merasakan ada sesuatu yang menyentuh rambutnya, mata Sugawara pun terbuka, mata masih menyesuaikan cahaya, (Name) yang mengetahui Sugawara sudah bangun dari tidurnya langsung ia hentikan kegiatannya dan menatap kearah lain dengan wajah memerah.

Sugawara yang masih memproses hanya menatap (Name) bingung, "(Last name)-san? Kau sudah bangun?" ucapnya kepada (Name) yang direspon dengan anggukan kaku.

"Kau sudah tidak apa-apakan? Apa kepalamu sakit? Maafkan mereka ya, nanti kalau mereka mengulanginya aku akan menegurnya." kata Sugawara dengan khawatir.

(Name) yang mendengarnya hanya terkekeh pelan, "Sudah tidak apa-apa." (Name) berkata kepadanya dan akhirnya Sugawara menghela napas lega, 'Apa dia ibuku?' pikir (Name) yang tadi melihat Sugawara khawatir, seperti ibu yang khawatir pada anaknya. Ia tiba-tiba teringat ibunya, ibunya yang selalu memasak untuknya, ibunya yang selalu memberikan semangat untuknya, ibu selalu memberikan segalanya untuk anaknya.

Crash

Lagi-lagi hujan turun mengguyur deras semua secara acak, Kau tersenyum melihat hujan dari balik jendela itu, terbesit rasa rindu dan sedih yang ada dimatamu.

Sugawara yang melihatmu tersenyum ikut tersenyum juga, "Kau tahu," Sugawara langsung menatapmu, "Kau itu seperti ibuku yang selalu memperhatikanku." Ucap (Name) dengan tertawa.

Wajah Sugawara memerah, entah apa yang harus ia ekspresikan kewajahnya, apakah ia harus marah dipanggil ibu? Ataukah senang karena membuatnya tertawa?

--;Sugawara, ada apa dengan wajah merahmu?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro