Bagian 4

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Jadi cewek yang katanya nolak Arkan itu, lo? Biasa aja, enggak cantik sama sekali!"

Setelah makannya selesai, Nayla seharusnya kembali bersama Arini ke kelas. Namun, dikarenakan Nayla harus ke toilet, gadis itu meminta Arini untuk kembali ke kelas duluan saja.

Namun tampaknya Nayla sedang sial. Gadis itu malah dicegat oleh kakak kelasnya yang kebetulan sedang merias diri mereka di toilet.

Awalnya, saat Nayla masuk pintu toilet dan menuntaskan keperluannya mereka masih diam. Namun, setelah Nayla keluar, dia malah ditarik sampai sekarang dipojokan oleh Kakak kelas yang berjumlah tiga orang itu.

"Nolak itu bukannya hak gue ya, Kak? Urusannya sama Kakak apa?" tanya Nayla pada kakak kelasnya yang mengenakan baju seragam yang di crop top dengan rok yang ketat sekali.

Kalau tidak salah namanya Tari. Dan dua orang yang lainnya Natali dan Andini.

Mereka memang suka begitu, Nayla juga tidak heran sebenarnya. Teman-teman di kelasnya juga sudah beberapa orang terkena labrakan mereka sampai-sampai menangis saat masuk ke dalam kelas.

"Lo berani sama gue?!" tanya Tari pada Nayla.

"Alasan gue buat takut sama Kakak apa?"

"Enggak usah panggil gue Kakak, gue bukan Kakak lo!"

"Oke, Tari."

"Sok kenal."

"Iya, Monyet." Nayla mendengkus kesal dan menjawab asal.

Kenapa dia jadi serba salah begini, sih? Memang alasan dia ditahan begini untuk apa?

Rahang Nayla langsung dicengkeram dengan kuat. Nayla jelas tidak gentar, gadis itu malah menatap kakak kelasnya yang bernama Tari itu dengan sorot mata menantang. "Kenapa?" tanya Nayla.

"Lo yang monyet! Kurang ajar!"

"Hajar aja, Tar." Temannya yang bernama Natali itu mengompori.

Tari menengadahkan satu tangannya pada kedua temannya yang berada di belakang. "Gunting," pintanya.

"Denger, enggak usah muncul di hadapan Arkan lagi! Jauh sebelum lo masuk ke sekolah ini, dia itu udah pernah jadi cowok gue!"

"Dengan gue nolak dia, harusnya lo ngerti kalau gue enggak mau lagi berurusan sama dia." Nayla menjawab dengan seduktif.

Tari lantas beralih menjambak rambut milik Nayla. Ketika dia hendak menggunting rambut gadis itu, Nayla menahan pergelangan tangan Tari yang memegang gunting dan mencengkeramnya dengan sangat kuat sekali.

"Tadinya gue menghormati lo sebagai kakak tingkat gue. Tapi lihat tingkah lo yang kayak gini, gue juga ngerti kenapa Arkan enggak mau sama lo!"

Tari meringis dia yakin tangannya memerah karena cengkeraman adik kelas yang tengah ia labrak ini. Malah, gunting yang dia pegang langsung terjatuh begitu saja.

Saat Andini akan mengambil gunting itu, Nayla dengan segera menendangnya sampai jauh sekali.

"Silahkan aja ambil guntingnya! Gue bisa kok bikin temen lo rontok tanpa harus gue gunting." Nayla menatap sinis pada gadis itu.

"Lepasin! Dasar psycho! Kurang ajar banget enggak ada sopan santunnya!" Natali jelas takut. Dia juga tidak berani untuk mendorong Nayla.

Tidak disangka gadis yang kelihatannya lembut dan tidak suka cari masalah dan tampang yang kelihatannya bakal nurut-nurut saja ternyata semenakutkan ini.

Nayla melepaskan cengkeramannya. Lantas, gadis itu memilih melongos pergi keluar dari area toilet wanita.

Baru saja keluar, langsungkan berpapasan dengan Raja dan juga seorang gadis di sebelah lelaki itu.

Nayla ingat dia siapa. Namanya Alya ketua volly putri di sekolahnya. Semua orang juga tentu tahu siapa dia.

Nayla juga tahu kok gosip tentang mereka.

"Ayo, Ja. Kita harus ke ruang olahraga."

Alya sepertinya tidak suka pada Nayla. Terlihat sekali dari caranya berbicara dengan mata yang menatap sinis padanya.

Sebenarnya salah Nayla apa, sih? Kenal saja tidak pada orang-orang menyebalkan itu. Kenapa pada sinis banget kalau lihat dia?

"Duluan aja. Gue ada perlu bentar."

"Ini udah ditungguin, Ja! Cepetan!" Raja langsung ditarik oleh Alya dan melewati Nayla begitu saja.

Ketika ditarik, Raja menoleh ke belakang. Dia mengangkat tangannya dan mengkode gadis itu bahwa dia akan menghubunginya.

Nayla mengulum senyumnya.

Dia munafik tidak, sih? Padahal kemarin saat Arini membayangkan dirinya dengan Raja, Nayla menolak.

Kenapa dia sekarang malah berharap akan benar-benar dihubungi oleh Raja?

•••

Raja Elang XII-2
Terakhir dilihat 12.03

|Gue tunggu di halte, ya!

| Mau minta tolong sekalian anter belanja ke supermarket. Mau gak?

Oke gue ke sana sekarang|
_________


Nayla bergegas mengemasi barangnya dan pergi keluar menyusul teman-temannya yang sudah bubaran.

Lantas, dia langsung menyebrang ke halte dan menemui Raja yang sudah menunggunya di seberang sana.

Kenapa dia degdegan begini? Padahal kemarin biasa saja.

"Raja," panggil Nayla.

Raja menoleh. Lelaki itu tersenyum dan menyimpan ponselnya yang awalnya tengah ia mainkan.

Semua pasang mata tentu tertuju pada mereka. Jelas saja mereka bertanya-tanya kenapa bisa mereka tiba-tiba dekat.

"Naik, Nay."

Nayla naik. Lantas, Raja dengan segera melajukan motornya meninggalkan halte sekolah mereka.

"Pegangan, Nay!"

"P-pegangan?"

"Peluk juga enggak papa!"

Wajah Nayla rasanya panas sekali. Ditambah, Raja yang membenarkan letak spion motornya yang jadi mengarah padanya.

Dia bisa melihat Raja begitupun sebaliknya.

Lelaki itu tersenyum di balik helmnya. "Peluk aja, Nay," ucap Raja sekali lagi.

Nayla lantas menurut.

Sial!

Raja malah merasa jantungnya akan copot sekarang juga.

Dia tidak menyesal! Tapi dia juga tidak kuat jika pompaan jantungnya secepat ini.

Astaga, Nayla ini sangat kejutan sekali.

Bersambung....

Sekarang mau nulis yang ringan-ringan aja, enggak mau yang berat-berat kayak cerita merapi😭

Soalnya malah aku sendiri yang gamon hehe. Sebenarnya cerita merapi itu belum selesai tauuu, endingnya masih gantung banget. Yang baca juga pasti masih hah heh hoh karena endingnya sangat dipaksakan.

Sengaja soalnya siapa tau naik cetak muhehee😭

Btw gaiss! Jangan lupa baca versi chat nya juga ya!

Instagram : Octaviany_indah.

Atau kalian bisa baca di tiktok wattpad.oncom

Thank you!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro