Chap 7

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Malam hari usai sholat tarawih dan membaca al-qur'an di masjid secara berjamaah. Rangga dan teman-temannya pulang ke rumah masing-masing dengan berjalan kaki melewati jalan setapak yang lumayan luas sambil berbincang-bincang tentang kegiatan mereka hari ini dan apa yang ingin mereka lakukan besok. Adik Rangga, Andi tampak berjalan mendahului kakaknya bersama dengan temannya yang berlari-larian sambil tertawa.

Setelah berpamitan dengan teman-temannya, Rangga dan Andi masuk ke rumah sambil mengucapkan salam, "Assalamualaikum. Kami pulang."

"Waalaikumsalam."

Rangga dan Andi mencium tangan ibu mereka, Andi memilih untuk masuk ke kamarnya sementara Rangga duduk di samping ibunya.

"Mak, ada yang ingin Rangga bicarakan."

"Bicarakan saja, emak bakal dengarkan."

"Besok mbah Haryo buka pengajian sama bu Karin di rumah mbah Haryo. Pengajian khusus untuk anak-anak."

"Oh, berangkat jam berapa?"

"Sore setelah ashar."

"Masya Allah bagus sekali. Kalau begitu kamu ajak Andi saja untuk ngaji bareng, selama bulan ramadhan ini memang kita diharuskan untuk memperbanyak ibadah. Ini salah satu hal yang bagus."

"Iya mak, nanti Rangga bilang ke Andi dulu ya."

"Iya."

Rangga menghampiri kamar Andi yang tampak terbuka sedikit itu, tampak Andi sedang memainkan mainannya di atas meja. "Andi, mau gak besok ikut ngaji bareng mas?"

"Ngaji dimana?"

"Di rumah mbah Haryo."

"Sama siapa?"

"Ya sama mas, mas Dimas, mas Yandi, mas Supri juga Yanto."

"Banyak ya. Ya sudah kalau begitu Andi mau mas, Andi mau belajar baca al-qur'an juga kayak mas."

"Bagus, besok kita mulai ngaji ya. Nah sekarang ayo tidur." kata Rangga mengusap kepala adiknya.

"Iya."

Keesokan harinya selesai sholat subuh Rangga memilih tidur lagi karena semalam ia tidak bisa tidur sama sekali. Matanya tak mau terpejam hingga sekitar jam 2, dirinya tak bermain handphone karena sedang di cas dan saat sedang tidur pulas-pulasnya waktu sahur pun tiba dan alhasil dia tidak tidur. Bahkan saat sahur tadi pun dia masih mengantuk, untuk makan saja dia tak nafsu dan akhirnya hanya makan sedikit saja. Dia tertidur dengan lelapnya hingga matahari terbit.

Sementara itu Andi yang tampak sedang bermain bersama Yanto dan Mira di lapangan rumput depan mushola. Kebetulan, mbah Haryo sedang membersihkan mushola tersebut seorang diri, air mancur yang dipasang di lapangan rumput itu bergerak memutar dengan air yang menyembur ke segala arah. Mereka tampak sangat senang hanya dengan benda seperti itu, mereka berkejar-kejaran, berteriak-teriak hingga tidur-tiduran di atas rumput yang basah karena tersiram air dari pancuran tersebut.

"Ah jadi haus nih." kata Yanto.

"Iya nih, minum yuk." kata Andi.

"Ayo." kata Mira.

Mereka bertiga bergegas mengambil air di dispenser yang diletakkan di depan mushola itu, mereka bertiga meminumnya hingga 2 gelas. "Aaaahh segernya." kata mereka, saat mereka ingin mengambil lagi mbah Haryo langsung menegur mereka.

"Eh kalian lagi ngapain?" tanya mbah.

"Minum mbah." jawab Yanto.

Seketika Andi menepuk punggung Yanto sambil berkata, "Eh puasa."

"Oh iya." kata Yanto yang sudah menelan air minumnya.

"Yah, kita batal dong puasanya." kata Mira.

Mbah Haryo hanya tersenyum sambil berkata, "Tidak batal kok, kalian kan lupa. Kalau ada orang yang berpuasa tapi dia lupa maka tidak batal baginya."

"Berarti kita masih bisa lanjut puasa kan ya mbah?" tanya Andi.

"Iya."

"Alhamdulillah... kamu sih tiba-tiba ngajak kita minum. Untung gak batal." kata Andi.

"Ya maaf, lagian kamu juga mau-mau aja diajakin sama aku."

Mbah Haryo hanya tersenyum melihat sambil melanjutkan bersih-bersihnya. Andi yang melihatnya langsung menawarkan bantuan pada mbah Haryo, "Mbah kita bantuin ya."

"Boleh, kalian tolong sapu lapangannya. Itu sapunya ada di dekat pintu."

"Iya mbah."

Ketiganya segera mengambil sapu dan segera menyapu lapangan hingga daun-daun yang berserakan itu terkumpul rapi di pojokan. Setelahnya ya mereka malah main asik bermain penyihir-penyihiran sambil menaiki sapu dan melompat-lompat layaknya sedang terbang. Dimas yang kebetulan lewat di depan mushola sambil membawa keranjang buah pun menyapa mereka.

"Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam, mas Dimas!"

"Lagi ngapain kalian?"

"Habis bantuin mbah Haryo."

"Oh, si Rangga mana? Kok gak kelihatan."

"Dia tidur mas, semalam mas Rangga gak bisa tidur."

"Wah kenapa tuh?"

"Gak tahu." kata Andi yang langsung pergi meninggalkan Rangga yang tampak sedang berpikir.

"Samperin saja ah, siapa tahu sudah bangun."

Akhirnya Dimas mendatangi rumah Rangga, terlihat bahwa Rangga sedang sibuk menjahit pakaian di dekat jendela yang terdapat pohon rambutan yang sangat lebat. Dimas mengucapkan salam, "Assalamualaikum Rangga."

Rangga menoleh lalu melihat ke arah orang yang memanggil namanya dari luar, "Waalaikumsalam, Dimas. Ada apa?"

"Nih ada buah dari bapakku. Katanya suruh dibagi-bagi."

"Alhamdulillah. Terima kasih Dimas."

"Sama-sama, oh iya kamu sibuk nanti sore?"

"Tidak. Nanti sore memang mau ada acara apa?"

"Buka bersama bareng teman-teman SMA. Si Ahmad yang ngajak."

"Hmm kayaknya gak bisa ikut deh. Soalnya aku mau ngajak ngaji adikku di mbah Haryo."

"Mbah Haryo buka pengajian?"

"Iya. Nanti sore sehabis ashar."

"Kalau begitu gimana kalau kita ajak teman SMA kita buka puasa di sana aja? Kan warung mbah Haryo nanti tambah ramai juga."

Mendengar ide Dimas yang bagus itu Rangga pun setuju sambil menganggukkan kepalanya, "Boleh juga tuh. Ya sudah nanti sore aku bilang ke mbah Haryo ya."

"Oke. Kalau begitu aku pamit dulu, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, hati-hati."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro