[DWC DAY 3] Warung Cyberpunk (scifi)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Beli rokok satria 5 batang sama serum rahwana 10, teh." Pelanggan ini tampangnya seperti jamet bandung.

"Aduh, rahwana cuma ada 3, A. Gak apa-apa?" Serum itu sedang viral, wajar saja laris.

"Ya sudah atuh, rokok aja."

Sial, malah tidak jadi.

Itu sering terjadi, sudah 7 kali di hari ini. Ngomong-ngomong aku belum perkenalan. Aku Galdis, penjaga sekaligus ahli waris warung tradisional yang jelek ini. Bapak sudah sakit-sakitan, kadang aku heran kenapa dia tidak menyewakan tanahnya saja alih-alih bisnis kecil seperti ini.

Padahal di sekitar kami banyak sekali gedung-gedung menjulang. Lahan juga tidak dipakai semua, 1/6 dipakai untuk warung, 3/6 dipakai untuk tempat duduk dan meja pelanggan yang main catur atau sekadar ngobrol biasa, sisanya cuma tanah dengan rumput liar.

"Teh, kopi satu," teriak salahsatu pelanggan padaku.

Seperti yang kamu pikirkan, sekarang aku membuat kopinya. Aneh sekali, ini sudah tahun 2085 tapi tetap saja pakai cara tradisional. Padahal semua ini sangat bisa dikerjakan mesin.

Saat aku mengantarkan kopi, vending machine minuman di sebrang warung selalu kutatap. Dia mendapatkan pelanggan setiap 5 menit, sedangkan di sini paling cepat setiap 7 menit, tapi biasanya lebih lama.

Lalu kutatap orang-orang yang nangkring di warung ini, mereka berisik sekali. Bapak yang tadi memesan kopi, main catur dengan si jamet bandung dan dilihat oleh bapak-bapak lainnya.

Geser ke meja sebelah, ada anak SMA yang sudah pulang sekolah. Mereka dengan tenang menghisap rokoknya, setelah melepas baju seragam. Mereka mengobrol apa saja, bahkan menganggap warung ini sebagai markas. Dan dari obrolannya, ternyata si jamet adalah alumni sekolah mereka.

Mengurus warung ini membuat jiwa introvertku tidak tenang. Capek juga melakukan apapun dengan manual, padahal aku lulusan Teknik Informatika. Pokoknya besok-besok aku akan buat trobosan, lagipula warung ini nanti jadi milikku.

***

"Nah, canggih gini warung teh."

Aku menutup warung secara offline dan  membukanya hanya untuk online, dengan cara mendaftar ke aplikasi online shop.

Pelanggan akan membelinya lewat aplikasi. Drone kurir datang ke warung untuk menggambil barangnya, lalu aku memberikannya, dan langsung diantar ke pelanggan.

Ditambah dengan mesin yang kubuat, aku tidak perlu memberikan barangnya ke drone, mesin itu sudah melakukannya karena terhubung dengan aplikasi online shop di smartphone.
Kursi dan meja sekarang hanyalah lahan kosong untuk drone mendarat.

Warungku jadi seperti vending machine yang bisa diakses kapanpun dan dimanapun. Kerjaanku sekarang hanya diam dan menonton series terbaru tanpa ada suara berisik dari penggalan yang nongkrong. Nikmatnya hidupku ini.

Besok juga sepertinya kenikmatan ini berlanjut.

***

Besoknya bapak datang. Mukanya semerah cabai ditanam di neraka. Nafasnya berat, seperti domba yang mengamuk. Mukanya seram, lebih dari leak bali yang memamerkan taring panjangnya.

"Bapak kenapa, apa salah Galdis?"

"Kamu masih nanya, hah? Kenapa warungnya jadi sepi begini?"

"Enggak sepi pak, aku cuma buka di online, dan bapak bisa lihat kalau pendapatannya meningkat drastis."

Bapak terbatuk lalu berdiam, hanya diam, 'tak seperti yang aku harapkan. Lalu dia terduduk di tempat yang awalnya terdapat kursi. Menatap kosong ke arah langit tanpa awan, hanya langit biru dan mobil terbang berlalu-lalang.

Aku duduk sopan di samping bapak, dan mengikuti arah penglihatannya. Sebuah pemandangan yang normal.

"Galdis tau kenapa bapak buka warung di sini?" Tanya bapak dengan nada pelan dan dalam yang 'tak pernah ku dengar. Bahkan aku tidak bisa bergeming.

"...." Aku diam, kaget mendengarnya.

"Di zaman mobil bisa terbang ini, 70% orang di dunia sudah antisosial. Apalagi di daerah gedung-gedung menjulang seperti daerah ini, hampir 95% menurut data terbaru.

"Warung ini adalah satu-satunya tempat untuk 5% orang. Jika tidak ada lagi tempat untuk mereka, apa kamu mau anakmu tidak punya teman?"

"...." Lagi dan lagi aku terdiam. Hanya bisa menangis, pertanda maaf.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro