Frozen 2 : After Story (fanfic, historical)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tiupan kerasku menerbangkan debu-debu kotor. Mataku otomatis menyempit dan tanganku menutup mulut.

"Apa ini kotor sekali?" Di sebuah gudang istana dengan minim cahaya, mataku berusaha melihat.

"Nostalgianya, itu fotoku dan ibu." Anna menjadi sangat bersemangat.

Foto dalam bingkai itu menampilkan Ratu Iduna yang terduduk menggendong Putri Anna—yang sekarang sudah jadi Ratu. Aku penasaran bagaimana reaksi seorang Ibu yang melihat anaknya jadi ratu menggantikannya.

Suara konstan ketukan pintu terdengar. Kami serempak melihat ke sumber suara. Daun pintu dibuka sedikit, memperlihatkan pelayan.

"Putri Elsa sedang dalam perjalanan ke sini, apa yang mulia ratu dan tuan ingin menyambutnya?"

"Tentu saja, ayo Kristoff." Anna semakin bersemangat. "Dan tolong jaga foto itu untukku, aku ingin menaruhnya di dalam kamar," perintahnya pada si pelayan.

"Tidak usah, biar aku saja." Aku masih belum terbiasa dengan suasan istana. Bahkan Anna sudah jadi ratu sekarang, seorang sepertiku menjadi raja, yang benar saja.

"Baiklah," angguknya. Kemudian Anna keluar gudang dan hendak ke gerbang istana, disusul oleh pelayan itu.

Aku juga hendak menyusul, namun kakiku tersadung sesuatu dan bingkai foto terlepas dari tanganku. Suara berisik terdengar, bingkai itu pecah jadi beberapa bagian, membuat fotonya keluar.

Gawat, ini benda berharga milik Anna.

"Apa itu?" teriak Anna dari luar ruangan.

"Bukan apa-apa, hanya aku yang sedang olah raga pagi, kau duluan saja, aku menyusul." Teriak balasku berbohong.

"Tapi sekarang siang."

Oh benar, dia pintar juga.

"Selama ada sinar matahari, olahraga pagi bisa dilakukan kapanpun."

"Tapi kau di gudang bawah tanah, cuma ada cahaya obor."

"Yang penting ada cahaya untuk melihatkan."

"Baiklah, pastikan kau menyusul ya."

"Pasti."

Setelah acara teriak-teriakan itu, langkah kakinya terdengar menjauh sampai akhirnya menghilang. Sementara aku hanya terduduk lesu memandangi foto dan bingkanya yang rusak.

"Pasti gawat jika Anna tau."

***


Potongan bingkai kayu kurekatkan dengan lem yang kubeli tadi. Sisa uangnyaku hanya beberapa koin sekarang. Anna pasti sudah di pelabuhan sekarang, aku harus cepat.

"Akhirnya, bagus seperti baru," seruku kala melihat bingkai foto dengan lem basah yang berantakan. Beberapa bagian, salah posisi. Beberapa bagian lainnya hilang, jadi kuganti dengan tusuk gigi.

Mungkin 'tak sebagus itu hasilnya, namun aku hanya perlu untuk menjaganya sampai lem kering. Di ruanganku yang hanya ada aku—

"Hello, Kristoff."

Suara tiba-tiba membuatku kaget dan terjatuh. Kutakut itu Anna, namun ternyata hanya Olaf.

"Aw, bisakah lain kali ketuk pintunya dulu?" rintihku.

"Maaf, Kristoff tadi aku—Waw, kenapa ada serpihan kayu di mejamu?"

"Itu bukan serpihan, itu bingkai foto."

"Foto dengan bentuk seperti apa yang akan disimpan di bingkai itu, apa fotonya juga serpihan?"

"Sebentar, apa yang kau maksud ...." Tanpa kusadari saatku terjatuh tadi, tanganku mengenainya dan hancur untuk yang kedua kali.

"Sial."

Di sekitarku yang sedang gelisah, Olaf melihat-lihat. "Oh ada surat, oh bukan, ini foto, tapi ini bukan serpihan."

Hah, surat?

Ku ambil lembar foto dari ranting–maksudku tangan–Olaf. Di baliknya, terdapat tulisan tangan yang sangat indah. Di pojok kiri bawah terdapat nama Iduna, ini tulisan Ibunya Anna.

Aku punya ide ....

"Olaf, aku ingin memberikan ini pada Anna sebagai kejutan. Bisakah kau membantuku dengan diam saja?"

"Oke, aku akan diam seperti patung."

Aku berjalan cepat ke luar pintu ruangan yang terbuka.

***

"Anna, Elsa, coba lihat ini," teriakku menunggangi Sven.

Anna sedang berpelukan melepaskan rindu dengan Elsa. Roh air berbentuk kuda menjauh dan tenggelam. Tunggangan yang keren.

Anna dan Elsa melihatku. Lalu aku menyodorkan surat itu.

"Apa ini?" Anna mengambilnya.

"Kupikir ini untuk milik kalian, yang mjembatani manusia dengan roh."

"Ini dari ibu," lirih Elsa.

"Untuk kita," tambah Anna. "Terima kasih Sven, Kristoff, Olaf—tunggu, dimana Olaf?"

***

"Aw, pegal." Olaf masih mematung di ruanganku.

Tamat

Didedikasikan kepada
Blackpandora_Club

Prompt:

"Berlatar di 1800an"
Cerpen

Sebagai fanboy,
Aku gak sabar nunggu Frozen 3 😆

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro