Anak Pintar

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Raja Joon membaringkan tubuhnya di samping sang istri setelah memberikan sebuah kecupan kepada kedua pangerannya.

"Anak pintar jangan menangis ya, Sayang ibu sedang sakit jadi kalian jangan nakal ya nak," ucap Raja Joon kepada kedua Putranya sembari mengusap lembut pipi putranya.

"Selamat tidur pangeran pangeranku," bisik Raja Joon sebelum Raja Joon beranjak pergi.

Raja Joon berjalan menuju ranjang, ia merebahkan tubuhnya di atas peraduan memposisikan tubuhnya miring menghadap sang istri mengelus lembut surai sang istri kemudian mengecup dalam bibir sang istri.

"Cepat sembuh sayang, anak anak sangat membutuhkan mu," bisik Raja Joon tepat di telinga Ratu Jang.

"Rakyatmu juga membutuhkanmu," lanjut Raja Joon.

"Aku juga sanggat membutuhkanmu."

Raja Joon mendekap tubuh Ratu Jang kemudian memejamkan matanya bersiap menuju ke alam mimpi.

Ratu Jang terbangun ketika mendengar suara tangis pangeran pangerannya. Ia lantas segera bergegas menuju tempat tidur kedua anaknya.

"Oek oek oek...." suara tangis Pangeran Bin yang kemudian disusul oleh suara tangis Pangeran Jin.

"Cup cup cup kau lapar sayang, baiklah ibu akan memberimu asi," ucap Ratu Jang yang terbangun karena suara tangis putranya.

"Kakak Jin yang pintar jangan menangis lagi ya, ibu juga akan memberikan asi untukmu nanti nak," ucap Ratu Jang kepada Pangeran Jin yang membuat sang putra tenang.

Ratu Jang mengulurkan tangannya untuk meraih tubuh pangeran Bin ia lantas menggendong pangeran Bin kemudian memberikan asi untuk putranya. Sementara sebelah tangannya membelai tubuh Pangeran Jin untuk memberikan ketenangan. Ratu Jang tersenyum ketika Pangeran Jin langsung diam dan tenang kembali. Ia sangat bangga terhadap putra pertamanya yang begitu pintar dan penurut.

"Anak pintar," ucap Ratu Jang sembari tersenyum.

Setelah memberikan asi kepada kedua putranya Ratu Jang kembali merebahkan tubuhnya di atas peraduan. Namun ketika hendak memejamkan mata perutnya berbunyi. Ia lantas kembali menegakkan tubuhnya. Berjalan pelan memanggil seorang pelayan untuk membawakan makananan untuknya.

"Pelayan, tolong kemari," panggil Ratu Jang kepada seorang pelayang yang kebetulan masih bekerja.

"Hamba yang mulia, apakah ada yang bisa hamba bantu," ucap pelayan tersebut lembut.

"Tolong ambilkan aku makanan dan juga teh hijau untukku," pinta Ratu Jang yang diangguki oleh pelayan tersebut.

"Baik Yang mulia," ucap pelayan tersebut berlalu pergi.

Ratu Jang duduk di kursi sembari menunggu makanannya datang. Ia langsung menyantap makanannya dengan lahap kala pelayan datang membawakannya makanan.

"Letakkan di situ saja," ucap Ratu Jang menunjuk sebuah meja kecil di hadapannya.

"Baik yang mulia. Apakah yang mulia menginginkan hal yang lain?" tanya si pelayan memastikan.

"Tidak, terima kasih kau boleh pergi."

"Baik yang mulia. Hamba undur diri."

Usai menghabiskan makanannya Ratu Jang merasakan matanya berat. Ia lantas bergerak pelan menuju ranjang dan membaringkan tubuhnya.

"Hoaam, aku mengantuk sekali. Sebaiknya aku segera tidur," gumam Ratu Jang setelah makan.

Hanya seper sekian detik saja Ratu Jang memejamkan matanya. Ia terlelap hingga pagi menjelang.

Mentari bersinar cerah pagi ini Dayang Han membantu Ratu Jang memandikan para pangeran serta menggantikan pakaiannya.

"Bibi Han boleh kah aku meminta tolong padamu?" Ratu Jang meminta pertolongan Dayang Han.

"Tentu saja Yang mulia, apa yang bisa hamba bantu?" tanya Dayang Han santun.

"Aku ingin mandi dan membangunkan Joon bisakah bibi menjaga Pangeran Jin dan Pangeran Bin?"

"Tentu saja yang mulia ini adalah salah satu tugas hamba yang mulia," Dayang Han berjalan mendekat ke arah kotak bayi tempat kedua pangeran tertidur lalu mempersilahkan Ratu Jang mandi.

"Biar saya pangeran saya yang jaga yang mulia," ucap Dayang Han memposisikan dirinya.

Ratu Jang tersenyum lembut, ia lantas menganggukkan kepala. "Baiklah kalau begitu aku ke ruang mandi dulu ya Bi."

"Silakan yang mulia."

Kondisi Ratu Jang yang sudah berangsur membaik membuat Ratu Jang sudah bisa melakukan aktifitasnya sendiri tanpa bantuan orang lain. Seperti hari ini misalnya. Ia sudah melakukan apapun sendiri.

"Jang, biar aku bantu!" seru Raja Joon yang baru saja bangun dari tidurnya.

"Joon, kau mengagetiku saja," ucap Ratu Jang sembari mengusap dada.

"Biarkan aku memvantumu Jang," ulang Raja Joon.

"Bantu untuk apa? aku sudah baik-baik saja Joon. Kau tak perlu mengkhawatirkanku. Lebih baik kau membantu dayang Han menjaga pengeran pangeran kita."

"Baiklah kalau itu mau mu. Aku akan menjaga pangeran pangeran kita." Raja Joon berlalu pergi dari kamar mandi kembali ke ruang kamar.

Perdana Menteri Hwang, Nyonya Yi beserta Panglima Hyun dan juga sang istri Nona Liu berkunjung ke istana hari ini untuk menjenguk Ratu Jang dan kedua Pangeran.

"Sayang cepat lah! ayah dan ibu sudah menunggu," seru Panglima Hyun kepada Nona Liu.

"Ya sayang sebentar," ucap Nona Liu sembari berjalan kearah sang suami.

"Sudah siap?"

"Hemm... Ayo kita berangkat," ajak Nona Liu sembari menggandeng tangan Panglima Hyun.

"Ibu ayah ayo kita berangkat," ajak Panglima Hyun kepada Perdana Menteri Hwang dan Nyonya Yi.

"Ayo... kereta kita sudah siap," ucap Nyonya Yi lembut.

Dua buah kereta kuda telah siap di halaman depan rumah Perdana Menteri Hwang. Mereka semua naik kedalam kereta kuda masing masing Perdana Mentri Hwang dan Nyonya Yi masuk kedalam kereta kuda yang pertama dan Panglima Hyun dan nona Liu naik kedalam kereta kuda dibelakangnya.

"Jalan," intrupsi Perdana Menteri Hwang kepada seorang pengawal yang menjadi kusir kereta kudanya.

Perdana Menyeri Hwang dan Nyonya Yi masuk kedalam ruangan Ratu Jang setelah seseorang membukakan pintu untuk mereka sementara Panglima Hyun dan nona Liu yang baru datang pun ikut menyusul kedalam ruangan Ratu Jang.

"Perdana Menteri Hwang dan Nyonya Yi tiba," seru sseorang penjaga ruangan Ratu Jang.

Ratu Jang menyambut kedatangan kedua orang tuanya dengan hangat. Ia sangat bahagia kedua orang tua beserta kakak dan juga kakak iparnya datang mengunjunginya dan memberikan perhatian untuknya.

"Ayah Ibu," ucap Ratu Jang sembari berjalan mendekat kearah kedua orang tuanya.

"Jang," ucap keduanya bersamaan.

Ucap mereka bersamaan kemudian langsung berpelukan satu sama lain. Sesaat kemudian Panglima Hyun dan Nona Liu pun datang.

"Panglima Hyun dan Nona Liu tiba," seru penjaga pintu itu lagi.

Panglima Hyun dan Nona Liu masuk kedalam ruangan Ratu Jang kemudian bergabung dengan ayah dan ibu mereka yang sudah lebih dulu datang.

"Kakak Hyun, kakak ipar," sapa Ratu Jang ramah.

"Jang bagaimana keadaanmu kami sangat mengkhawatirkan mu kemarin," ucap Nona Liu lembut sembari memberikan pelukan sayang kepada Ratu Jang.

"Baik kak Liu, aku sudah merasa jauh lebih sehat sekarang."

"Syukurlah Jang, aku senang mendengarnya," ucap Nona Liu mengusap lembut lengan Ratu Jang.

"Dimana Joon dan pangeran pangeranmu?" tanya Panglima Hyun.

"Oh... Joon ada di dalam kamar bersama kedua pangeran dan juga ada bibi Han di dalam kamar, ayo kita ke kamar untuk menemui mereka," ajak Ratu Jang kemudian.

Ratu Jang mempersilahkan ayah ibu beserta kakak dan kakak iparnya masuk kdalam kamarnya.

"Ayo silalan masuk." Ratu Jang membukakan pintu kamarnya.

Daun pintu kamar terbuka menampilkan Raja Joon yang sedang berjongkok di depan tempat tidur kedua anaknya sembari mengajak keduanya berinteraksi seolah putra putranya telah mengerti bahasanya. Raja Joon sama sekali tak mengetahui keberadaan Ratu Jang dan mertuanya yang sudah berada di dalam ruangan karena asik berbincang dengan sang putra.

"Selamat pagi Pangeran pangeran pintar dan hebat."

"Kalian tampan sekali pagi ini."

"Kalian sedang apa hemmm kalian lucu sekali."

Ratu Jang terkekeh melihat perlakuan sang suami kepada kedua putranya. Ia kemudia bergerak mendekati Raja Joon dan memberitahunya jika keluarganya datang untuk berkunjung.

"Sayang, ada ayah ibu kak Hyun dan juga kak Liu di sini," bisik Ratu Jang kepada Raja Joon yang membuat ia bangkit.

"Ah benarkah?" ia tak percaya.

"Sayang nenek kakek dan paman bibi kalian datang, ayo kita sambut," ucap Raja Joon sembari menggendong bayi Bin dan meminta Ratu Jang menggendong bayi Jin.

"Hormat kami yang mulia Raja," ucap mereka serempak sembari memberi hormat.

"Terima kasih ayah ibu kak Hyun dan juga kak Liu,  selamat datang di ruangan kami kembali."

"Terima kasih Joon," ucap Perdana Menteri Hwang.

"Joon boleh kah kami menggendong pangeran?" tanya Nyonya Yi hati hati.

"Tentu Bu, silakan," ucap Raja Joon kepada nyonya Yi sembari mengulurkan tubuh mungil pangeran Bin kepada nyonya Yi.

Ratu Jang juga memberikan pangeran Jin kepadasang ayah Perdana Menteri Hwang. Sementara sang kakak yaitu Panglima Hyun dan juga nona Liu menoel noel hidung sang keponakan sembari mencium gemas pipinya.

"Lucu sekali Jin dan Bin mereka sangat menggemaskan Jang," ucap Panglima Hyun sembari menggoda sang keponakan karena gemas.

"Ya kau benar kak... mereka pangeran pangeran yang manis dan juga lucu," ucap Ratu Jang membenarkan ucapan sang kakak sembari terkekeh.

Penjaga ruangan Ratu Jang kembali berseru sembari membukakan pintu. Kali ini yang datang adalah selir Yui bersama Putri Wei. Kedua orang ini adalah teman mengobrol Ratu Jang di istana ketika suntuk.

"Yang mulia Selir Yui dan Putri Wei tiba," seru seorang penjaga ruangan.

Mereka semua pun segera keluar dari kamar Ratu Jang menuju ruang tamu untuk menyambut kedatangan Selir Yui dan juga Putri Wei yang juga datang berkunjung.

"Hormat kami yang mulia selir Yui," ucap mereka serempak kepada Selir Yui.

"Terima kasih, wah rupanya kalian datang berkunjung kemari juga ya?" sapa Selir Yui ramah.

"Ahh seru sekali jadi banyak teman mengobrol," celetuk Ratu Jang yang membuat Selir Yui dan juga Putri Wei tertawa.

"Bagaimana kondisimu Jang? ibu sangat mengkhawatirkanmu," ucap Selir Yui kepada Ratu Jang.

"Baik bu, ibu tak perlu khawatir. Terima kasih atas perhatian ibu dan juga Putri Wei," ucap Ratu Jang tersenyum lembut.

"Kau putriku juga Jang dan Wei adalah saudaramu sudah sepatutnya kita saling memberikan perhatian bukan?"

"Iya ibu benar."

Mereka semua berbincang bincang sembari bergantian menggendong pangeran Hyu Bin dan Pangeran Hyu Jin dengan sabar.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro