Harta Kerajaan Moon

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ratu Jang menganti popok serta baju Pangeran Jin yang basah karena air seninya lalu mengganti kain yang digunakan untuk membungkus tubuhnya dengan kain yang kering dan bersih. Raja Joon yang selesai berganti pakaian pun mengerutkan dahinya heran melihat sang istri masih berada di dalam kamar.

"Ada apa sayang?" tanya Raja Joon bergerak mendekat.

"Ah tidak dia menangis karena bajunya basah terkena air seni saja Joon," ucap Ratu Jang kemudian.

"Begitu rupanya, syukurlah."

"Hemm... kau sudah siap sayang?" tanya Ratu Jang kepada Raja Joon.

"Sudah, ayo kita pergi sekarang?" ajak Raja Joon.

"Baiklah ayo kita menuju ruang bersantap ayah ibu kak Liu sudah menunggu kita di sana," ucap Ratu Jang sembari menggendong Pangeran Jin.

"Hemm baiklah," Raja Joon berjalan mengikuti Ratu Jang.

Raja Joon menggandeng lengan Ratu Jang yang sedang menggendong pangeran Jin menuju ke ruang bersantap.

****

Usai bersantap malam bersama Raja Joon dan Ratu Jang kembali ke ruangan mereka untuk beristirahat. Raja Joon meletakkan Pangeran Jin yang sudah tertidur kedalam keranjang bayi sementara sang adik Pangeran Bin masih asik meminum asi dari Ratu Jang.

"Apakah dia belum tidur sayang?" tanya Raja Joon lirih.

"Mungkin sebentar lagi sayang... bersabarlah."

"Hemm iya sayang."

Raja Joon mengusap usap pucuk kepala Pangeran Bin yang sedang meminum asi hingga pangeran Bin tertidur pulas dan berhenti meminum asi.

"Sudah tidur sayang." Ratu Jang menghela nafas lega.

"Ya kau benar sayang, baiklah aku akan meletakkannya di dalam keranjang bayi miliknya."

"Iya sayang."

Kedua pangeran sudah tertidur pulas kali ini giliran Raja Joon yang bermanja kepada Ratu Jang.

"Sayang kemarilah," ucap Raja Joon manja.

"Sebentar Joon aku berganti pakaian dulu."

"Tak perlu malam ini kita tak perlu mengenakan apa pun untuk tidur."

"Joon."

"Aku merindukanmu sayang," bisik Raja Joon sembari memeluk Ratu Jang.

Raja Joon mulai melepas hanbook Ratu Jang serta melepas jubah miliknya lantas memulai pergulatan panasnya dengan sang istri yang sempat tertunda tadi sore.

****

Sesampainya di istana Raja Joon mengingat akan sesuatu hal yaitu surat sang adik untuk istrinya Putri Wei. Raja Joon kemudian berinisiatif mengajak sang istri untuk pergi keruangan Putri Wei.

"Sayang aku akan ke ruangan Putri Wei, apa kau mau menemaniku?"

"Hemm tentu saja mari kita bawa Jin dan Bin agar Wei trhibur..."

"Ide yang bagus sayang."

Raja Joon menggendong Pangeran Bin sementara sang istri menggendong pangeran Jin. Mereka berjalan menyusuri lorong menuju ke ruangan Putri Wei.

"Ini kali pertamanya kita mengajak kedua pangeran kita berjalan jalan disekitar istana sayang," ucap Raja Joon memandang sayang Ratu Jang.

"Hemm kau benar sayang, mungkin kita bisa melakukannya lagi ketika pagi atau sore mengajak Jin dan Bin ke taman istana sepertinya ide yang bagus bukan?"

"Hemm kau benar sayang baiklah besok pagi kita akan memulainya."

"Aku setuju sayang."

Mata Putri Wei langsung berbinar kala melihat kedatangan Ratu Jang dan Raja Joon yang menggendong pangeran pangeran mereka. Putri Wei langsung menghampiri mereka dan menoel noel pipi keponakannya itu.

"Hormat hamba yang mulia," ucap Putri Wei sembari membungkuk memberi hormat.

"Terima kasih Wei."

"Mengapa kakak repot repot datang kemari? apakah ada yang penting?"

"Ah tidak aku hanya menyampaikan amanah yang diberikan adikku untukmu."

"Apa itu kak?"

"Ini buka saja."

"Surat?"

"Hemm.... Dong menulisnya untukmu, jika kau rindu kau boleh menulis surat dan mengirimnya ke wilayah perbatasan timur."

"Baik kak terima kasih."

"Mungkin Dong disana akan sedikit lama namun ia akan tetap pulang bergantian dengan panglima Hyun."

"Aku mengerti kak."

"Baiklah Wei kami harus segera pergi."

"Baik kak."

"Wei... akunpergi dulu ya."

"Iya Jang."

Raja Joon dan Ratu Jang pergi meninggalkan ruangan Putri Wei menuju ruangan miliknya untuk beristirahat sejenak. Menidurkan pangeran pangeran mereka diatas tempat tidurnya.

"Sayang."

"Hemm."

"Kapan kau kembali keperbatasan timur?"

"Aku belum tau sayang... ada apa?"

"Jika boleh kapan kapan aku ingin ikut denganmu."

"Dengan kedua pangeran kita?"

Ratu Jang mengangguk pelan kemudian melanjutkan ucapannya.

"Ya tentu saja, bukankah disana sudah aman?"

"Di sana memang aman tapi apa kau yakin ingin ikut disana? tempatnya sangat sempit tak seluas ruangan ini, apa kau bersedia?"

"Tentu saja kenapa tidak."

"Baiklah jika begitu tiga hari lagi aku akan pergi ke perbatasan timur."

"Aku akan mempersiapkan segala sesuatunya dulu kalau begitu."

"Mengapa kau ingin ikut dengan ku Jang?"

"Karna aku tak kuat jika harus menahan rindu Joon."

"Hahaha kau ini, sejak kapan kau jadi semanja ini hemmm?"

"Sejak kau pergi bertugas untuk pertama kalinya."

"Baiklah ratu ku aku akan mengajakmu ditugas tugasku selanjutnya."

Raja Joon mencium pipi Ratu Jang gemas lalu mencubit hidungnya yang membuat sang empunya mengaduh.

****

Di lain tempat Pangeran Dong dan Panglima Hyun sedang menjalan tugasnya yaitu mengawasi jalannya penambangan. Sesuai perintah Raja Joon hasil tambang mereka bagi bagikan kepada rakyat kecil sementara sebagian lainnya ia kirim ke istana yang akan dimasukkan kedalam pendapatan kerajaan.

Pangeran Dong berjalan menyusuri goa pertambangan ia menyusuri lorong demi lorong dilorong pertama ia merasa biasa saja dilorong kedua ia mendengar suara teyesan air dari dinding gua dan dilorong ketiga ia merasakan sesuatu yang aneh lainnya dimana dinding goa yang terdapat banyak emas dan juga batu permata tersebut jika dipukul dengan tangan bunyinya sangat nyaring seperti ada ruangan didalam goa tersebut yang terbatasi oleh dinding yang ia pukul pukul dan berbunyi tadi. Pikirannya semakin kuat kala ia mendengar jelas suara air yang menetes.

Pangeran Dong keluar dari lorong gua tersebut lalu memanggil Pqnglima Hyun untuk ikut dengannya.

"Kak Hyun, kemarilah."

"Ada apa? apakah terjadi sesuatu di dalam?"

"Tidak kak... kemarilah alu ingin menunjukkan sesuatu padamu."

"Baiklah."

Panglima Hyun mengikuti Pangeran Dong yang berjalan menyusuri lorong. Panglima hyun terkejut kala Pangeran Dong memukul dinding goa dan berbunyi nyaring.

"Dengarkan baik baik kak."

Dungdungdung

"Berbunyi Dong, itu tandanya ada ruangan dibalik dinding ini."

"Tepat sekali kak, sepertinya kita menemukan sesuatu."

"Tunggu di sini aku akan menyuruh beberapa penambang untuk kemari."

"Baik kak."

Panglima Hyun memanggil beberapa penambang untuk menggali dinding yang ditunjukkan oleh Pangeran Dong tadi dan mereka membelalakkan mata kala dinding tersebut hancur mereka melihat cahaya berkilauan dari dalam sungai  kecil yang tepat diatasnya terdapat celah kecil yang membuat sinar mentari menerobos masuk menyinari sungai tersebut. Air sungai itu bersinar karena didalam air didasar sungai tersebut banyak terdapat permata dan batu rubik serta jenis batu yang berharga lainnya.

"Dong lihat kita menemukan sesuatu."

"Ya kau benar kak, ini bisa membuat Kerajaan Moon semakin berkembang dan besar."

"Ya Dong dan lihatlah seluruh dinding di sini dilapisi batu batu yang indah yang jika dijual harganya mungkin akan jauh lebih mahal dari emas dan permata."

"Kita harus mengirim peaan kekerajaan kak agar kak Joon segera kemari dan menyaksikan secara langsung Harta kekayaan kerajaan Moon yang terpendam."

"Baiklah alu akan menyuruh prajurit untuk mengabarkan berita ini."

"Untuk sementara ini kita harus membangun tenda di sini kak, aku mengkhawatirkan sesuatu hal disini,  akan banyak orang yang mengincar goa ini jika kita tak menjaganya."

Panglima Hyun mengutus seorang prajurit untuk memberitahu kabar gembira tersebut kepada Raja Joon dan memerintahkan beberapa orang untuk membuat tenda tepat didekat mulut goa.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro