Taman Bermain

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Musik mengalun riang. Badut berkostum yang lalu-lalang menawarkan balon, permen, atau sekadar selebaran. Di depan bilik-bilik loket, mengular panjang antrian. Aroma gurih pop-corn menguar dari satu kedai, sedangkan aroma manis gulali dari kedai yang lain. Tawa riang dan ramai celoteh anak di sebelah sini lalu jerit tangis yang lain dari sebelah sana.

Kacau. Chaos. Lelaki itu tidak paham mengapa dia harus berada di situ. Tidak ada satu pun dari taman bermain itu yang menarik perhatiannya.

Dia tidak suka wahana yang memacu adrenalin. Dia juga tidak bisa menikmati duduk diam selagi mengendarai perahu melintasi boneka-boneka yang menari dalam terowongan dengan lampu warna-warni. Camilan dan minuman khas yang menjadi daya tarik tempat itu bahkan terlalu manis untuk dia nikmati.

"Kau masih belum melunasi hutangmu padaku!" tegur perempuan yang menahan lengannya ketika dia bermaksud putar balik dari gerbang taman bermain.

"Akan kubayar lain kali ... Kalau memang ingin bermain, mengapa tidak mengajak kekasihmu saja, seniormu di kampus dulu—siapa itu namanya, aku lupa ... Peter? Fred?" kilah lelaki jangkung berambut cokelat yang terus saja melangkah.

"Tidak!" sergah perempuan berambut hitam yang kembali mengejar dan menarik lengannya. "Kekasihku tidak bisa datang. Aku tidak mau rugi ongkos tiket yang sudah terlanjur kubayar ini. Ayolah!"

"Jual saja tiketmu pada temanmu yang lain?" tawar lelaki itu lagi, masih berusaha melepaskan diri.

"AKU INGIN BERMAIN HARI INI!!!"

Beberapa pasang mata mulai terarah pada pertengkaran mereka, membuat lelaki itu terdiam. Dia tidak suka menjadi pusat perhatian.

"Maskot kesayanganku hanya menjual figure edisi terbatasnya seminggu ini saja," jelas perempuan itu. "Ini hari terakhir, jadi ... Temani aku, ya?" pintanya lagi dengan wajah memelas.

Lelaki itu menghela napas panjang. Dia memang berhutang budi pada perempuan yang menarik tangannya untuk kembali mengantre di gerbang masuk taman bermain. Kalau bisa membalas dengan hanya menemani sehari ini saja seharusnya tidak masalah.

Ternyata keputusannya salah.



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro