Saat Terjones

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Author Vielnade28

****

Rama menghela napas untuk entah ke berapa kalinya untuk hari itu. Hot cappucinno yang dia pesan beberapa jam lalu bersama teman-temannya sudah mulai mendingin dan tidak terlihat enak lagi untuk diminum. Kepalanya terlalu penuh dengan ucapan Tyas dan Farah, kedua temannya yang kampret, yang membuatnya kepikiran tentang masa jomblonya yang terlalu panjang.

Sebenarnya cewek itu nggak pernah memusingkan keadaan dirinya yang dicap jones oleh teman-teman ceweknya, emang buat candaan sih seringnya, tapi kali ini Rama jadi kepikiran gegara kedua temannya itu membahas tentang nama panggilannya yang terlalu cowok dan gaya berpakaiannya yang juga sama-sama cowok. Belum lagi dengan rambut berpotongan sangat pendek hingga membuatnya terlihat sedikit maskulin.

Sebagai seorang cewek–untuk pertama kalinya, Rama menyadari bahwa ucapan teman-teman ceweknya selama ini ada benarnya juga. Penyebab utama dari dirinya yang tidak pernah punya pacar atau gebetan adalah karena tampilannya yang terlalu cowok dan teman-teman cowoknya yang selama ini selalu menganggapnya sesama cowok saat mereka hang out bareng, dia nggak punya kesempatan untuk mendapatkan pacar dan melepas cap jones itu dari dirinya.

Farah yang sebelumnya termasuk golongan dirinya, temenan sama banyak cowok, berpenampilan tomboy dan cuek–lebih cuek daripada Rama–sekarang sudah berubah drastis ketika Rio nembak dia. Cewek itu bahkan mengubah penampilannya menjadi feminim yang sebelumnya paling anti dia lakuin. Boro-boro kenal bedak, nyisirin rambutnya yang sering berantakan aja udah merupakan kejadian yang termasuk langka dan patut disyukuri.

Tyas sendiri–yang termasuk normal dari antara mereka bertiga–adalah seorang cewek yang udah sering gonta-ganti gebetan dari jaman SMA. Perilakunya yang sebenernya termasuk nggak terlalu baik untuk dicontoh pun pada akhirnya terhenti akibat dirinya yang sekarang bisa pacaran sama temen sebangkunya di kelas matematika dasar. Walaupun mereka juga sempet putus-nyambung karena berbagai hal, hubungan mereka pada akhirnya tetap bertahan sampai setahun lebih.

Terus kenapa kalau gitu? Bukannya lo nggak peduli selama ini? Sela pikirannya cuek.

"Gavin udah punya pacar, Ram," kata-kata Tyas terulang lagi di benaknya, membuat pikirannya segera terdiam dan teringat bahwa ucapan itu adalah alasan lain kenapa dia kepikiran dengan ucapan kedua temannya.

Gavin adalah orang pertama yang dia sukai selain keluarganya dan anjing peliharannya. Cowok itu lah yang membuatnya terbebas dari dirinya sendiri dan dapat berteman dengan siapa saja tanpa perlu meragukan dirinya yang selalu merasa rendah diri saat bergaul.

Yah, bisa dibilang cewek itu menganggap Gavin sebagai cinta pertamanya, tapi cowok itu malah sudah punya pacar sebelum dia bahkan kepikiran untuk menjadikannya sebagai pacarnya. Seharusnya dia lebih fokus pada Gavin daripada bermain dengan teman-teman cowoknya yang lain.

Sekarang semua teman seperjuangannya yang sesama jomblo sudah punya gandengan kecuali dirinya. Rama merasa sakit hati meskipun tahu bahwa semua itu adalah kesalahannya sendiri dan bukan salah teman-temannya yang keburu laku.

"Heh," sela seseorang dengan tiba-tiba dan sedikit menggebrak meja di hadapannya. "Diem aja lo kayak pajangan. Lagi sakit, Ram?"

Rama mengerjapkan matanya kaget lalu melotot ke arah cowok itu yang dengan santainya duduk di hadapannya dan meminum kopinya yang sudah tidak enak. "Bikin kaget aja lo, Tai."

Cowok yang duduk di hadapannya hanya tertawa sebagai balasan lalu mengangkat alisnya heran. "Tumben lo kagetan, Ram. Biasanya 'kan si temen-temen cewek lo yang berisik itu," ujarnya. "Seriusan, lo nggak lagi sakit kan?"

"Kagak, gue sehat walafiat kok, tenang aja."

Cowok itu memajukan badannya hingga nyaris ke tengah meja, melihat ke sekeliling kafe yang hanya terdiri oleh satu pasangan di pojokan dan pekerja kantoran yang sedang serius mengetik sebelum menatap mata cewek itu yang menatapnya balik dengan pandangan bertanya. "Gue denger, Gavin udah punya pacar, Ram."

Wajah Rama langsung berubah keruh ketika mendengar ucapan itu untuk kedua kalinya dari mulut temannya. "Maksud lo ngomong gitu ke gue buat apa, Bam?" tanya cewek itu jadi emosi. "Mau manas-manasin gue? Bikin gue jadi makin bad mood? Itu mau lo?"

"Woah, nggak gitu, Ram. Jangan langsung emosi gitu, sans lah, sans, oke?" ujar cowok itu agak panik, tapi diam-diam menahan tawa yang ingin dia keluarkan. Reaksi temen ceweknya yang jarang kebawa emosi itu sangat pantas untuk dinikmati. "Jadi lo udah tahu, ya."

Rama mendelik, tidak membalas ucapan Bambang yang bagaikan menyiram minyak ke dalam api.

"Serem banget tatapannya, Mbak," ujar cowok itu lagi menjahilinya.

"Bacot."

Bambang tersenyum mendengar tanggapannya lalu mengalihkan pandangannya untuk memanggil pelayan, menyebut menu yang diinginkan sebelum manatap cewek yang sedang kelihatan berpikir di hadapannya. "Lo kagak laper?"

"Gue kenyang."

"Yakin?"

"Iya."

"Beneran?"

"Hm."

"Seriusan?"

"Hm."

"Nanti lo–"

"Diem gak lo."

Ucapan singkat itu membuat cowok itu akhirnya mengangkat bahu menyerah dan mengecek HP-nya yang dari tadi berkedip-kedip meminta perhatian.

Rama sedikit melirikkan matanya, sedikit penasaran melihat Bambang yang sedang tersenyum kecil ketika membaca pesan yang bisa diduga dari pacarnya. Kenapa dia bisa tahu? Karena, kalau dari temen-temen mereka pasti cowok itu bakal ngasih unjuk pesan itu ke dia walau dalam situasi apapun dan nantinya bakal ketawa gaje bareng. Cewek itu mendecih pelan, mood-nya bertambah buruk. Bahkan cowok sengklek ini udah punya pacar lebih dulu dibanding dirinya.

"Gue mau balik, duluan ya, Bam," ujar cewek itu dengan cepat meraih tasnya dan bangun dari kursinya hingga kursi itu berderit menggores lantai. Saat ini dia hanya ingin bertemu dengan HP dan laptopnya. Sehingga, bisa menumpahkan perasaan galaunya ke dalam tulisannya.

"Eh, lo mau ke mana?" tanya Bambang ikutan berdiri. "Yang lain udah mau nyusul ke sini."

"Bilang aja tiba-tiba gue dapet," jawab Rama tanpa menoleh. "Dah."

"Woi, Ram–"

Pintu kafe yang tertutup menjadi hal terakhir sebelum Bambang menyelesaikan ucapannya.

~.~.~

Bukannya pulang ke rumah seperti rencananya yang sebelumnya. Setelah berjalan keluar dari kafe, cewek itu melangkah masuk ke dalam mall yang berada tepat di sebelah kafe. Dia beranggapan jika membeli novel bagus karangan penulis favoritnya akan jauh lebih baik daripada menulis hal-hal galau. Tapi saat ini, dalam hati cewek itu yang paling dalam, dia menyesali keputusannya ketika melihat berbagai pasangan berjalan di sekitarnya sambil bergandengan tangan dan mengobrol mesra. Seakan sedang mengejeknya yang sedang patah hati.

Tai, perasaan dia kagak pernah galau lantaran cowok, apalagi sama temen cowoknya sendiri.

Sambil mendecih pelan dia berjalan melewati para pasangan itu dan dengan cepat menaiki eskalator menuju lantai dua. Rama menghela napas lega ketika papan nama gramedia serta pajangan buku sudah terlihat di depannya. Dia akhirnya bisa bebas dari keramaian yang menyakitkan itu.

Matanya dengan cepat menyusuri judul buku yang berada di jajaran buku baru, mencari nama Dee Lestari di antara nama penulis ataupun judul lain selain buku yang dia cari. Kalau menurut informasi yang ada di laman toko buku ini benar, buku itu seharusnya sudah ada di sini dari empat bulan yang lalu dan siap untuk diambil oleh siapapun yang menginginkannya.

Pandangannya kembali bergeser menuju jajaran buku best seller yang berada di belakangnya. Beberapa judul yang dikenalnya ada di sana, tapi buku yang di cari tidak ada di manapun. Bukannya buku dari penulis favoritnya itu selalu mendapat peringkat minimal sepuluh untuk buku baru ya? Apa dia salah mencatat tanggal penerbitan di kepalanya?

"Lo lagi nyari ini?"

Rama mendongak dan bertemu pandang dengan satu sosok yang paling tidak ingin dia temui untuk hari ini, Gavin. Cowok itu berada di seberang pajangan buku dan sedang menunjukkan sebuah buku berkover putih yang sudah dicarinya sedari tadi, tersenyum seakan tidak ada apa-apa yang sedang terjadi di antara mereka. "Ngapain lo di sini?"

"Nyariin lo," ujarnya menurunkan buku yang di pegangnya dan berjalan mendekat. "Kenapa lo jadi ngambek begini, sih?"

Cewek itu hanya terdiam, matanya terasa memanas dan tanpa disadari air mata perlahan mengalir di pipinya. Terlalu banyak hal yang melintas di pikirannya sehingga dia sendiri bingung untuk mengatakan hal yang tepat pada seorang cowok yang sekarang berada di hadapannya ini.

Gavin menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal dan kemudian melangkah maju untuk memeluknya. "Maaf kalau gue jadian tanpa ngasih tahu lo dulu," ucapnya pelan. "Lo tersinggung ya gegara Farah dan yang lain tahu info ini lebih dulu dibanding lo?"

Rama menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"Lo lagi kesel sama Bambang?"

Cewek itu kembali menggelengkan kepalanya.

Cowok itu langsung melepas pelukannya dan menatap Rama dengan heran. "Terus kenapa lo ngambek sampe nangis begini?"

"Gue ... dapet, Vin," jawab Rama dengan nada penuh drama.

"Dapet apaan?"

"Gue dapet mens, banyak banget keluarnya....sakit lagi."

Gavin langsung mundur beberapa langkah darinya. "Oke."

"Kok lo ngejauh gitu, Vin?" tanya Rama makin melodramatis dan melangkah mendekati cowok itu yang langsung mundur beberapa langkah lagi. "Tolongin gue...."

Wajah cowok itu memucat, tampak ingin muntah dan menolak untuk membalas ucapan Rama yang masih tampak memelas sambil memegang perutnya yang terasa melilit. Dalam beberapa saat yang sangat cepat cowok itu segera pergi meninggalkannya di tengah toko buku dengan beberapa pelanggan yang memerhatikannya dan membisikkan rumor yang setengah benar tentang apa yang sebenarnya terjadi.

"Gavin...." Harusnya tadi dia tidak berbohong pada Bambang hingga kebohongannya menjadi benar-benar terjadi dan ditinggalkan dalam kejadian yang memalukan seperti ini.

Rama meringis pelan merasakan pelitiran di perutnya lagi. "Duh, perut gue...."

AndiAR22 whiteghostwriter glbyvyn NisaAtfiatmico irmaharyuni c2_anin deanakhmad Nona_Vannie megaoktaviasd umaya_afs primamutiara_ Icha_rizfia rachmahwahyu WindaZizty 0nly_Reader summerlove_12 bettaderogers Vielnade28

iamtrhnf spoudyoo TriyaRin Reia_ariadne TiaraWales beingacid nurul_cahaya somenaa realAmeilyaM FairyGodmother3 destiianaa opicepaka RaihanaKSnowflake umenosekai aizawa_yuki666

veaaprilia MethaSaja sicuteaabis brynamahestri EnggarMawarni  NyayuSilviaArnaz xxgyuu Nurr_Salma Intanrsvln YuiKoyuri HeraUzuchii holladollam JuliaRosyad9 fffttmh AnjaniAjha Jagermaster CantikaYukavers

demimoy Riaa_Raiye

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro