Pulang Malu tak Pulang Jones.

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Author : aizawa_yuki666

*****

Suara ketukan keras yang berasal dari pintu kos-kosan membuatku terbangun. Dengan malas--tanpa menggosok mata ataupun merapikan rambutku--aku bangkit. Kulangkahkan kakiku menuju ke pintu. Aku menguap lebar sambil membuka pintu di depanku itu. Seseorang yang sedari tadi mungkin sudah berdiri di depan pintu sontak mundur beberapa langkah sambil menutupi hidungnya.

"Bau!" pekiknya.

Dengan mata yang masih setengah terbuka samar-samar, kulihat wajah menyebalkan yang sudah sangat tidak asing bagiku. Rizal, teman baikku sekaligus musuh bebuyutanku yang selama ini ingin selalu kutikam sampai mati. Bagaimana tidak? Dia begitu populer dengan tampang pas-pasan yang dia miliki. Sudah pendek, jelek, bodoh lagi.
Si Cebol itu menyeruak masuk ke dalam kos-kosan, membuat tubuhku yang tidak berdiri dengan tegak membentur tembok.

"Astaga! Ini kamar atau kandang babi!" pekiknya.

Dengan malas kulirik dia dengan sudut mataku, cowok itu tampak menunduk mengambil kertas-kertas yang berserakan di lantai, meremasnya kemudian melemparkan benda malang itu ke tong sampah yang berada di samping ranjang. Mataku membulat seketika saat kulihat tangannya mulai meraih kertas yang ada di atas meja.

"Gambar apa ini?!"

"Kubunuh kau, kalau berani menyentuh itu!" raungku seketika.

Bagaimana mungkin aku membiarkan si Jelek itu menyentuhkan tangan kotornya ke tugas Nirmana Estetik yang membuatku sukses tidak tidur semalaman!?

Dia mengernyit menatapku. "Itu sebabnya sampai saat ini kau masih menjomblo! Kau terlalu serius menanggapi tugas-tugas dari dosen sesatmu itu," gumamnya.

Belum sempat aku menjawab ledekan Rizal, tiba-tiba ponselku berbunyi. Dengan segera kuanggkat panggilan itu.

"ED! PULANG SEKARANG JUGA!" Terdengar suara bentakan keras seorang laki-laki dari seberang.

"Mana bisa Pa, belum waktunya liburan dan tugas-tugasku juga menumpuk."

"Papa tidak peduli! Pokoknya kamu harus pulang!"

***

Pelajaran pertama dari Rizal, cara menggaet cewek di perpustakaan. Satu, dekati cewek yang terlihat membutuhkan bantuan untuk mengambil buku di rak yang terlalu tinggi darinya. Kedua, gunakan kesempatan emas itu untuk melihat buku apa yang ingin dia baca. Keempat, cari topik seputar buku itu untuk memulai pembicaraan.
Dan saat ini aku sedang membantu seorang cewek mungil mengambil sebuah buku dari rak paling atas. Dia berterima-kasih padaku tapi ... kenapa buku yang ingin dia baca adalah buku karya Shakespeare!

"Hanya cewek tanpa otak yang menghabiskan waktunya untuk membaca buku semacam ini."

Astaga mulutku! Buku laknat itu pun akhirnya mendarat di mukaku.

Pelajaran kedua dari Rizal, menggaet cewek yang duduk sendirian di kantin. Pertama, cari cewek yang sudah lebih dari lima belas menit tetap duduk sendirian di kantin.
Dan aku mendapatkan mangsaku itu. Kudekati cewek cantik berambut panjang bergelombang yang sedang meminum jus jeruk yang sepuluh menit tadi dipesannya.

Aku tersenyum. "Sendirian?" tanyaku.

Dia membalas senyumanku sambil menggeleng. "Tuh!" sahutnya seraya menunjuk sesuatu di samping kiri tubuhku dengan bibirnya.

Aku menoleh ke sebelah kiri, seorang cowok bertubuh kekar dan berkulit hitam berdiri memelototiku.

GORILLA!

Aku cuma bisa menelan ludah dan bergegas pergi meninggalkan tempat itu.
Sial. Aku harus segera mencari cewek yang mau kuperkenalkan dengan orang tuaku, jika tidak mau riwatku tamat! Aku tidak mau menikahi Lena, cewek gendut dan jelek seperti tidak pantas menjadi pendampingku!

NO! NO! NO! NO! NO!

Aku mau cewek tinggi, cantik dan sexy seperti model-model di majalah atau iklan di televisi. Paling tidak aku harus bisa berpacaran dengan cewek seperti itu terlebih dahulu sebelum ... tidak! Tidak! Aku tidak mau bilang dan aku juga tidak mau memikirkan hal itu. Yang jelas aku tidak mau itu sampai terjadi!

AKU TIDAK MAU MENIKAH DENGAN LENA! TITIK.

Lena itu cewek pilihan papaku, dia adik kelasku sekaligus kerabat jauh dari keluarga mamaku. Gadis itu lumayan tinggi tapi. dia sangat gemuk dan jelek seperti babi. Belum lagi dia memakai kaca mata ... oh! Kawat giginya meracuni mataku!

Ya ... Tuhan. Aku lebih memilih hidup sendiri daripada menikah dengan gadis jelek itu.

"Sendirian?"

Suara seorang gadis membuyarkan lamunanku seketika. Aku mendongak menatap gadis cantik berambut hitam panjang yang saat ini sedang berdiri di depanku itu.

Dia tersenyum lembut. "Boleh duduk?" tanyanya.

"Tentu. Tentu," sahutku sembari mengangguk senang.

Gadis cantik itu tanpa ragu langsung duduk di sebelahku. Ia tidak peduli meski anak tangga yang sedang didudukinya itu kotor dan penuh dengan debu.

Bodoh! Kenapa aku tidak membersihkannya tadi! Dasar otak payah! Apa yang tadi kupikirkan?!

"Kenapa duduk di sini seorang diri?"

"Aku cuma berpikir apa ada gadis cantik yang mau kuajak pulang menemui orangtuaku."

Astaga! Dasar mulut! Kenapa tidak bisa diam.

"Kenapa tidak mengajak pacarmu sendiri saja?"

Aku menatap gadis itu. "Sayangnya aku tidak seberuntung itu."

Gadis itu mengangkat kedua alisnya. Sepasang matanya menatapku penasaran. "Aku belum punya pacar," gumamku menjawab pertanyaan tak terkatakan dari gadis itu. Dia cuma ber'oh' lirih.

"Kalau boleh tahu kenapa kau ingin mengajak seorang cewek untuk menemui kedua orangtuamu?" tanya gadis itu lagi.

Sekali lagi aku menatap gadis itu. "Apa aku harus menjawabnya?" gumamku balik bertanya.

"Bagaimana jika aku bersedia kau ajak menemui orang tuamu, asalkan kau ceritakan terlebih dahulu kenapa kau mau mengajak seorang gadis untuk menemui mereka?"

Mataku membulat, senyum lebar merekah di bibirku. "Benarkah?" tanyaku antusias.

Gadis itu mengangguk, kemudian mengulurkan tangan kanannya. "Stevani."

Dengan senang hati aku langsung menjabat telapak tangannya yang halus itu.
"Edward," gumamku.

"Jadi ... bisa kau ceritakan semuanya sekarang?" Suara Stevani terdengar semakin renyah dan manis.

Tanpa ragu aku mulai menceritakan perihal kedatangan papa ke tempat kosku yang hanya untuk mengatakan bahwa, satu minggu lagi aku harus pulang dan menikah dengan gadis pilihannya. Bahkan aku juga menceritakan, jika aku tidak setuju untuk menikah dengan gadis pilihannya itu, aku harus bisa mencari calon untukkku sendiri dalam seminggu ini.

"Kenapa kau tidak ingin menikahi gadis itu?!" suara Stevani terdengar naik satu oktaf.

Aku mengernyit menatap gadis itu. "Maksudku apa kau sudah memiliki seseorang yang kau sukai?" tanyanya kemudian.

"Ohhh ...."

Aku cuma menggeleng sebentar. Stevani menatapku seakan dia tidak puas dengan jawaban yang kuberikan. "Aku tidak ingin menikah dengan gadis jelek seperti Lena. Dia itu sangat gendut, seperti anak gajah," gumamku.

Kenapa tiba-tiba aku merasa gadis itu menatapku kesal? Kulirik wajahnya yang sedang menatapku tajam.

Astaga. Gadis ini kadang terlihat menyeramkan, tapi aku tidak begitu yakin dengan apa yang saat ini ada di dalam otaknya.

"Apa gadis itu buruk sekali di matamu? Maksudku untuk ukuran orang sepertimu. Kuakui kau memang sempurna, tinggi dan tampan tetapi. Apakah ada cewek yang sudi menjadi pacar seorang gamer akut dan calon workaholic sepertimu?"

Aku cuma bisa menelan ludah sebelum akhirnya bibirku bergumam, "Darimana kau tahu tentangku?"

Gadis itu tersenyum. "Karena aku 'Aphrodite'."

Mataku membulat tidak percaya. Stevani adalah 'Aphrodite' rekanku dalam game online yang saat ini sedang kugandrungi.

Ya, Tuhan. Kenapa aku merasa dunia ini sangat sempit?!

"Benarkah?"

"Minggu lalu kau meminta ide dariku saat tugas Nirmana Estetika-mu stuck di tengah jalan."

Aku tertawa kecil, ternyata dia memang 'Aphrodite', temanku.

"Boleh aku meminta nomor ponselmu?"

"Buat apa?" tanya gadis itu datar.

"Bukankah kau mau menolongku minggu ini?"

"Oh iya."

***

Aku berjalan mondar-mandir di depan halte bus menanti sosok Stevani yang tak kunjung muncul. Dia sudah setengah jam terlambat dari waktu yang sudah kami rencanakan. Apa yang sedang dilakukan gadis itu saat ini? Apa mungkin dia lupa dengan janji yang sudah kami buat?! SIAL!

Ponselku berbunyi, kulihat di layarnya tertulis 'papa calling ....'
Aku mendengus kesal sebelum akhirnya menjawab telepon itu.

"Kenapa lama sekali mengangkatnya!" Terdengar suara papa dari seberang.

"Aku--"

"Kamu di mana sekarang? Lena dan keluarganya sudah ada di sini. Papa tidak peduli, pokoknya kamu harus pulang sekarang juga!"

Setelah papa memutuskan panggilannya, aku langsung menghubungi Stevani.

"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar service area. Silakan coba beberapa saat lagi." Suara operator telepon seluler yang kudapati.

Astaga! Kenapa tidak aktif?!

Aku semakin panik, kucoba sekali lagi untuk menghubungi gadis itu. "Nomor--"

AAAARRGGHHH ... CEWEK SIALAN! Dia menipuku!

Ponselku berbunyi, kali ini kulihat nama Rizal yang terpampang. "Ya?"

"Ed. 'Aphrodite' teman online-mu itu anak sastra dan dia seorang cowok!"

"APA?!"

"Seperti yang kaudengar barusan 'Aphrodite' temanmu itu seorang COWOK!"

Astaga! Kalau 'Aphrodite' itu cowok, siapa Stevani sebenarnya?! Kurang ajar! Aku tidak akan mengampuni gadis itu!

Lagi-lagi nama papaku yang muncul di layar ponselku. Dengan malas aku menggumamkan kata 'halo' untuk menyapanya.

"Ed! Pulang sekarang juga atau kau lebih memilih laki-laki tak berguna ini menusuk perutnya sendiri dengan pisau?!"

"Paaa."

"Papa tidak mau tahu! Pokoknya kamu harus sampai di rumah secepatnya!"

Orzz ... orang tua lebay itu kadang benar-benar ingin cincang!

"Apa sih kekurangan Lena? Dia cantik, pandai memasak, dan dia juga seorang pekerja keras. Apa lagi kelebihan yang kamu inginkan? Asal kamu tahu saja, cuma Lena calon yang paling sempurna untukmu!"

"Paaa, aku masih semester empat, jalanku masih panjang. Tidak bisa 'kah kita membicarakan soal ini setelah aku lulus nanti?"

"Setelah kamu lulus?! Kamu tahu alasan utama kenapa Papa menyuruh kamu cepat-cepat menikah? Karena Papa tidak ingin anak kesayangan Papa sakit! Yang lebih penting lagi, Papa tidak ingin melihat anak Papa meninggal karena maag atau kanker lambung saat dia lulus kuliah nanti!"

"Aku bisa menjaga diriku sendiri, Pa! Aku bukan anak kemarin sore yang pantas kau timang-timang--"

"Sudah lah Ed! Papa tidak ingin mendengar alasan kamu! Pokoknya kamu harus menikah hari ini juga, aku ingin Lena tinggal bersamamu di sana. Aku ingin Lena mengurusmu bukan teman cowokmu itu! Papa tidak ingin bicara lagi, pokoknya Papa ingin kamu pulang dan menikah dengan Lena."

Beberapa detik kemudian cuma bunyi 'tut tut tut' yang kudengar. Aku menghela napas panjang dan membanting pantatku di salah satu kursi halte.

Jika aku pulang sudah tentu aku akan menikah dengan anak gajah itu, dan jika aku tidak pulang, aku masih bisa pelan-pelan mencari cewek idamanku yang entah kapan baru bisa kutemukan. Aku cuma bisa menelan ludah.

Haruskah aku memilih hidup seorang diri sepanjang hidupku atau haruskah aku memilih si Anak gajah yang mungkin adalah satu-satunya cewek yang mau menerimaku itu?!

Selama beberapa saat aku cuma menatap kosong kendaraan-kendaraan yang berlalu-lalang di depanku. Sekali lagi ponselku berbunyi, membuyarkan lamunanku. Kulirik layar ponsel itu, lagi-lagi papa yang menelpon. Kugaruk kesal kepalaku yang sama sekali tidak gatal.

AAAAARRRRRGGGGHHHHH!!!

Kancing baju kemejaku untuk sesaat telah menyita perhatianku, dari urutan paling atas aku mulai menghitung sembari bergumam, "Pulang-tidak-pulang-tidak-pulang-tidak-pu--"

Di saat yang tidak tepat pula kenapa ada bus yang berhenti di depanku. Dan entah ada angin apa yang mendorong tubuhku ini untuk bangkit dan melompat masuk ke dalam bus itu. Saat aku hendak memutar balik badanku, bermaksud turun lagi. Pintu bus itu langsung tertutup dan bus itu pun melaju membawaku pergi.

Kepalaku sudah benar-benar pusing, aku sudah putus asa. Aku sudah tidak tahu apa yang harus kulakukan untuk mencegah pernikahanku dengan Lena. Seandainya saja aku tidak tergiur dengan tawaran si Ratu ular Stevani. Ah, menyesal pun sudah tidak ada gunanya.

Dengan tubuh lunglai kulangkahkan kakiku keluar dari bus laknat itu. Bus itu kembali melaju setelah semua penumpang di halte naik. Tinggal aku, seorang diri berdiri terpaku menatap kosong bokong bus yang samar-samar masih terlihat.

Beberapa menit kemudian sebuah mobil hitam berhenti tepat di depanku. Sopir mobil itu membunyikan klakson dua kali, dengan malas kubuka pintu bagian depan mobil itu. Aku masuk dan duduk di sebelah si sopir yang sudah pasti adalah Papaku sendiri. Senyum lebar merekah di bibirnya. Aku hanya bisa diam terpaku menatap kebahagiannya yang begitu menyakiti hatiku.

Selama perjalanan menuju ke rumah aku membungkam mulutku rapat-rapat, hanya sesekali mengangguk saat papa menanyakan sesuatu padaku.

Oh ... Tuhan, aku ingin kabur sekarang juga!

Mendengar siulan riangnya ingin rasanya kulompatkan tubuh ini keluar dari mobil laknat itu. Kenapa dia begitu tidak mempedulikan perasaanku?! Dasar orangtua egois!

Sekali lagi kulirik orang tua gila itu, sebuah senyuman lebar masih saja merekah di bibirnya.

Tapi ... jika aku kabur, mungkin aku tidak bisa melihat wajah papa yang sebahagia ini lagi.
Demi kebahagiaannya, haruskah kukorbankan diriku? Kukorbankan perasaanku? Apakah itu adil untukku?!

Kakiku terasa lemas saat mobil hitam itu berhenti.

"Ed! Ayo cepat!" teriak papa penuh semangat.

Ia menggelengkan kepalanya saat melihatku masih berdiri mematung di samping mobil, kemudian melangkah mendekatiku lalu menarik tangan kananku dan menyeretku masuk ke dalam rumah.

"Pa."

"Kenapa?! Tidak ingin menikah dengan cewek gendut dan jelek sepertiku?"

Suara yang cukup familiar selama beberapa hari ini terdengar lagi di telingaku. Sontak aku menatap seseorang yang saat itu sudah berdiri sambil berkacak pinggang di depanku itu.

MATI AKU!

"Kenapa Ed? Kau lebih memilih Lena si Anak Gajah atau Stevani yang sexy?!" bentak gadis di depanku itu dengan suara melengking.

Aku cuma bisa menelan ludah menatap gadis cantik dan sexy yang memasang tampang garang, berdiri tepat di depanku itu.

fin.

AndiAR22 whiteghostwriter glbyvyn NisaAtfiatmico irmaharyuni c2_anin deanakhmad Nona_Vannie megaoktaviasd umaya_afs primamutiara_ Icha_rizfia rachmahwahyu WindaZizty 0nly_Reader summerlove_12 bettaderogers Vielnade28

iamtrhnf spoudyoo TriyaRin Reia_ariadne TiaraWales beingacid nurul_cahaya somenaa realAmeilyaM FairyGodmother3 destiianaa  opicepaka RaihanaKSnowflake umenosekai aizawa_yuki666

veaaprilia MethaSaja sicuteaabis brynamahestri EnggarMawarni NyayuSilviaArnaz xxgyuu SerAyue Bae-nih Nurr_Salma Intanrsvln YuiKoyuri HeraUzuchii holladollam JuliaRosyad9 fffttmh AnjaniAjha Jagermaster CantikaYukavers

demimoy Riaa_Raiye

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro