Part 10 : Change

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Masakan macam apa ini!!"

Pria itu membanting piring berisi makanan yang ada di hadapannya. Sohyun bergetar, di dalam hati ia sangat ketakutan. Tentu saja, momen saat ayahnya mabuk dan marah-marah tidak beralasan adalah yang paling dibencinya. Ketika itu, ia sungguh tak bisa bergeming. Bahkan, sejujurnya ada masalah yang ia harus bicarakan dengan sang ayah. Namun, melihat keadaan yang tidak begitu kondusif, Sohyun jadi mengurungkan niatnya.

"Kalo nggak bisa masak ya nggak usah masak!! Nggak usah jadi anak yang sok berbakti! Bahkan makanan ini sangat layak dimakan anjing!!"

"Cuiiihh!!"

Appa Sohyun meludah tepat di piring sisa masakan yang masih tersedia utuh di atas meja.

"Mewek lagi?! Dasar cengeng!!"

"Lebih baik kau susul saja sana ibumu yang brengsek itu!"

"Kau sangat merepotkanku!"

Pria itu pergi ke luar rumah dengan membanting pintu sangat keras. Hati Sohyun rasanya hancur berkeping-keping. Ingatlah, dia hampir 15 tahun... tetapi dia harus kehilangan dua orang yang sangat disayanginya. Ibu yang meninggalkan dan tak peduli padanya, serta ayah pemabuk yang setiap malam marah-marah bahkan sering menendangi tubuhnya.

"Pada siapa lagi aku harus mengadu?"

Seketika ia teringat dengan Taehyung. Hanya Taehyung yang selalu ada di kala Sohyun bersedih. Apa sekarang dan selamanya akan tetap sama? Sohyun yakin, seiring waktu berjalan, emosional manusia juga akan semakin berubah. Ditambah lagi kehadiran Irene yang tiba-tiba. Mungkin saja perhatian Taehyung akan teralihkan pada gadis itu dan ia akan segera melupakan Sohyun.

Sohyun meringkuk di bawah meja makan. Menyaksikan pecahan piring itu lalu menangis dalam diam.

Kapan semua ini akan berakhir? Aku sangat lelah...

....................................

"Sohyun.. tapi ini sudah tiga bulan sejak peringatan ibu yang kedua. Kamu harus segera membayar.. jika tidak.."

"Tolong Bu.. berikan saya waktu. Saya akan mendiskusikan masalah ini ke ayah saya nanti. Kemarin dia sangat sibuk, jadi kami tidak ada waktu bicara."

Sohyun tertunduk lesu. Akhir-akhir ini banyak keresahan timbul di hidupnya. Ia semakin tak yakin untuk melangkah maju dan tetap menjadi anak yang ceria seperti bagaimana Taehyung melakukan perannya.

Aku bukan Taehyung.. dan aku tidak mungkin bisa sepertinya..

.
.

.

.

.

.

"Oh! Jadi kau suka teh yuzu?"

"Iya! Sewaktu kecil, halmiku sering membelikanku teh yuzu langsung dari mesinnya. Dan aku sangat senang.."

"Sepertinya halmi sangat menyayangimu ya?"

Mereka terkekeh bersama. Taehyung dan - Irene.

Melihat keberadaan mereka yang semakin dekat, Sohyun menjadi minder. Ia benar-benar jatuh saat ini. Dan akan sulit baginya untuk kembali bangkit. Taehyung yang selalu di depan mata, yang tak pernah hengkang dari lubuk hatinya, dan tak pernah absen dari pikirannya. Apakah sekarang ia harus menghapus nama Taehyung?

Benar aku mencintainya! Tapi aku akan lebih senang jika melihatnya bahagia..

Lagipula.. apa yang bisa diharapkan dari gadis sepertiku ini???

"HEI!!"

Sohyun melonjak kaget. Seseorang datang secara mendadak membuat jantungnya hampir meledak.

"Ah! Kau membuatku kaget!!"

Ucap Sohyun setengah berteriak. Ia mencoba mengontrol emosinya gara-gara Yook Sungjae.

"Ayo ikut aku!"

Sungjae tanpa izin menarik lengan Sohyun dan menyeretnya pergi ke suatu tempat.

Sohyun dan Sungjae?? Ada apa di antara mereka?

Taehyung bergumam dalam hati saat tanpa sengaja maniknya menangkap kedua orang yang berada tak jauh dari tempatnya duduk itu.

.................................

Sohyun menampik tangan kekar Sungjae. Ia sangat risih dan ia paling tidak suka disentuh oleh pria manapun.

"LEPAS!!"

Sungjae pun terpaksa melepaskan tangan Sohyun.

"Be calm... please.. santai.. jangan marah-marah. Kau jadi semakin cantik tau..!"

"Kenapa sih kau selalu menggangguku! Aku sangat tidak menyukai sikapmu. Mengerti?"

Respon Sohyun begitu ketusnya. Sementara, Sungjae malah semakin dibuat kagum.

"Dengar. Kali ini niatku baik. Aku hanya ingin membantumu keluar dari masalahmu."

"Apa yang sunbae bicarakan? Aku tak mengerti. Aku mau pergi saja!"

Sohyun membalikkan badan dan hendak melangkahkan kaki sebelum akhirnya Sungjae memanggil namanya.

"Kim Sohyun!"

"Aku tau kau butuh uang untuk biaya sekolahmu!"

"Aku bisa membantu!"

.................................

"Sohyun-ah!!"

Sohyun menghentikan langkahnya. Suara berat yang tidak asing itu, membuatnya kembali terlena.

"Kau darimana?"

"Apa urusanmu?"

Ya. Sohyun masih kesal dengan sikap Taehyung akhir-akhir ini. Dia sedikit berubah. Bisa dibilang.. ia mulai mengabaikan Sohyun (?)

"Aishh... gadis kecil!"

Taehyung mengacak puncak kepala Sohyun membuat gadis itu sedikit terganggu.

"Hentikannn!! Jangan panggil aku gadis kecil. Aku sudah besar!"

"Berhenti mengacak-acak rambutku! Aku tidak suka!"

Taehyung menarik tangannya kembali. Ia memperhatikan intens raut wajah Sohyun. Gadis itu benar-benar marah. Tak biasanya Sohyun membentak Taehyung seperti ini.

"Kau kenapa sih? Jika ada masalah.. ceritalah.."

"Jadi tuan.. kau sudah punya waktu untukku ya sekarang?"

Sindir Sohyun.

Perkataan Taehyung tak digubris oleh Sohyun. Justru Sohyun langsung pergi meninggalkan Taehyung yang masih berdiri dengan rasa penasarannya.

Taehyung's POV

Kemana Sohyun? Kenapa daritadi ia tidak keluar dari kelasnya? Aku menunggunya hampir setengah jam. Dia tak biasanya pulang telat. Aku melongok ke dalam kelasnya sekali lagi. Namun kini tak kudapati tas dan buku-bukunya.

Apa dia sudah pulang?

Oh. Itu Yeri! Mungkin dia tau dimana Sohyun berada.

"Yeri!"

"Eo.. Sunbae. Ada apa?"

"Apa kau melihat Sohyun?"

"Sohyun? Bukankah dia sudah pulang sejak tadi. Aku melihatnya menuntun sepedanya setengah jam lalu."

Ahh.. tidak. Dia benar-benar meninggalkanku. Menyebalkan sekali!

Aku pun memutuskan untuk langsung mengambil sepeda dan angkat kaki dari sekolah ini. Tetapi, saat aku akan menaiki sepedaku di luar gerbang, aku kembali melihat Irene.

"Irene..."

"Taehyung?!"

Seperti biasa. Irene selalu tersenyum manis. Membuat hatiku terasa berdebar lebih dari normal.

"Kenapa belum pulang?"

"Ehm.. sebenarnya.. sopirku sedang ada masalah. Istrinya harus melahirkan di rumah sakit. Jadi aku menunggu taksi datang."

"Hey.. kenapa tidak bilang padaku. Aku bisa mengantarmu. Bahkan aku siap mengantarmu kapan pun."

Aku tersenyum menampilkan senyum kotakku.

"Kau sangat imut."

Taehyung melebarkan mata bulatnya. Terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan Irene. Pipinya bersemu merah sekarang.

"Kau bisa saja! Sudahlah. Aku jadi malu. Ayo naik! Akan aku antar. Hari sudah semakin sore.."

"Baiklah. Tapi.... dimana temanmu?"

"Maksudmu Sohyun?"

"Iya. Gadis kecil itu.."

"Seperti biasa aku memanggilnya. Dia gadis kecil, anak kecil. Entah ada apa dengannya.. tapi dia begitu kekanak-kanakan hari ini. Dia pulang duluan meninggalkanku."

"Aw.. sangat buruk."

"Tapi untungnya ada kau hari ini. Jadi aku tidak pulang sendirian.."

Kataku pada Irene. Apa aku terlihat menggombal? Lupakan. Kalimat itu memang benar adanya. Masa bodoh dengan Sohyun. Ia mengesalkan hari ini.

..............................

Sohyun's POV

Aku sudah berdiri di depan toko sepeda bekas. Sebenarnya aku masih sangat ragu. Haruskah aku melakukan ini? Menjual sepeda yang sudah sejak lama menemani hari-hariku ke sekolah? Satu-satunya barang yang pertama kali aku beli menggunakan uang tabunganku sendiri?

"Bagaimana ini? Aku masih tidak ikhlas!"

Aku menghela nafas berkali-kali. Ataukah aku harus membatalkan niatku saja? Gara-gara sepeda ini aku sampai meninggalkan Taehyung. Ia pasti marah dan kesal padaku. Tapi jika ia tahu aku menjual sepedaku, ia akan jauh lebih marah lagi.

Hiks... bagaimana ini? Jika aku tidak menjualnya, aku tidak akan pernah bisa sekolah lagi.

Lagipula apa yang bisa dilakukan seorang gadis berumur 15 tahun?

Baiklah. Mari coba saja Sohyun! Semoga hasil jual sepedamu cukup untuk melunasi biaya sekolah yang sudah menunggak banyak.

"13 ribu won? Apa tidak bisa lebih mahal lagi Ahjussi?"

"Itu sudah harga pas. Mau tidak?"

13 ribu won (sekitar 170 ribuan) tidak akan cukup. Bagaimana ini? Apa sebaiknya aku jual saja atau tidak?

"Maaf ahjussi! Tapi dia tidak akan jadi menjual sepedanya!"

Suara itu memecah kedilemaan jiwaku. Kulihat di arah belakang, pria itu berdiri dengan angkuhnya.

Oh... aku sangat membencinya!
.

.

.

.

.

.

"Ayolah! 13 ribu won? Apa kau bercanda! Itu bahkan terlalu mahal untuk sepeda bututmu!"

"Tutup mulutmu sunbae! Kau sangat keterlaluan. Tetaplah pada batasanmu! Kau tidak berhak menghina orang lain!"

"Yaakkk. Jangan marah. Bukankah aku tadi sudah memberikan penawaran itu? Kenapa kau sok jual mahal dan menolaknya mentah-mentah?"

"Jangan harap aku mau menerimanya! Aku masih waras! Dan syarat yang kau ajukan itu benar-benar tidak menguntungkan!"

"Apa yang tidak menguntungkan? Kau dapatkan sekolahmu kembali. Dan aku dapatkan keinginanku sekaligus. Jadi kita imbang!"

Sohyun masih mengerucutkan bibirnya. Ia tidak percaya jika ia harus terjebak dalam situasi ini. Namun sekali lagi. Sohyun menolak mentah-mentah tawaran playboy sekolah yang angkuh itu!





























Kami tidak tahu siapa yang berubah

Dia ataukah aku?

Mungkinkah kami akan saling menjauh?
























To be Continued.


Ada Irene di antara Taeso.. apa Taehyung juga akan semakin berubah?

Next (?)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro