Part 20 : Choice

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Hidup seorang diri bukanlah sebuah pilihan. Namun bila itu takdir yang mengatur, haruskah aku berontak?

Pada kenyataannya aku hanya manusia lemah dan terbatas. Aku tak bisa berbuat apapun, bahkan ketika melihat Halmi terbaring di atas ranjang pesakitan.

Aku melemas ketika dokter mengatakan bahwa Halmi harus cangkok ginjal. Ginjal kirinya tak berfungsi. Aku bisa saja mendonorkan ginjalku, namun uang 15 juta won tidaklah sedikit.

Aku pun kembali berpikir, mungkin ini memang sudah jalan takdir Tuhan yang diukir untukku. Menjadi anak terlantar yang miskin tanpa setitik kebahagiaan.

Bahagia??

Memikirkan hal itu.. aku jadi teringat. Kemarin malam adalah hal paling membahagiakanku bersamanya. Dan sekarang, musibah ini menimpaku. Aku takut tidak akan dapat tersenyum lagi. Aku takut kehilangan Halmi... orang terspesial pertama dalam jiwaku.

Aku harap.. pertolongan akan segera datang.

...........................

"Taehyung!"

Sohyun berlari secepat mungkin. Langkahnya untuk menghampiri sang sahabat yang tengah dilanda duka itu tak dapat dibendung lagi.

Dilihatnya Taehyung berjongkok dan menundukkan kepalanya di depan pintu sebuah ruang UGD. Tangannya mengepal, Taehyung tak sedikitpun melirik ke arah Sohyun. Pikirannya terlalu larut dalam kesedihan sampai-sampai ia tidak sadar Sohyun berada di sampingnya.

"Taehyung-ah!"

Sohyun memeluk tubuh rapuh Taehyung dan tiba-tiba saja tangis Taehyung pecah.

"Semua akan baik-baik saja Oke?? Jangan takut. Tuhan pasti menolong Halmi.."

"Sohyun..."

Taehyung bersandar pada pelukan Sohyun. Ingin sekali ia menumpahkan seluruh kegelisahannya saat itu. Tetapi ia tidak berani. Tindakannya hanya akan menambah beban berat bagi Sohyun. Taehyung harus memikulnya sendirian kali ini.

"Kumohon.. jangan menangis. Kau membuatku ikut menangis nanti.."

Taehyung terpekur. Ia sadar, ia tidak boleh menyeret Sohyun pada masalahnya. Ia harus tabah dan kuat.

"Baiklah. Aku tidak akan menangis. Aku ini laki-laki. Benar kan??"

Taehyung mulai melepas pelukannya. Ditatapnya gadis itu, matanya ternyata sudah berembun.

"Yak.. jangan ikut menangis!"

Taehyung menyeka air mata yang baru saja lolos dari mata Sohyun.

Saat itu pula, Taehyung terperangah.

Pipi Sohyun memar. Dan matanya sudah bengkak sejak awal.

"Sohyun.. katakan padaku. Apa Ahjussi menyakitimu lagi semalam?"

Sohyun tersentak.

Semalam memang ayahnya memukulinya lagi gara-gara sedang di bawah kontrol minuman beralkohol. Bagaimana ia menjelaskan hal tersebut pada Taehyung?

Sohyun takut akan membuat kegelisahan Taehyung bertambah.

"Ti-tidak apa-apa.. Semalam.. pipiku terantuk meja dengan keras saat aku mengambil bukuku yang jatuh di kamar.."

Sohyun yang polos. Taehyung tahu apa yang terjadi. Cara bicara dan cara pandangnya telah memberikan jawaban sejelas-jelasnya.

Ini semua memang ulah Ahjussi!

"Sohyun! Sampai kapan kau akan diam? Kau tidak bisa diperlakukan seperti ini terus!"

"Tae..."

"Sudahlah! Ini peringatan terakhirku. Kalau sampai aku masih melihat ada bekas luka padamu.. aku tidak akan membiarkannya bebas!"

Ketegangan di antara mereka melerai sesaat setelah Taehyung membantu mengobati luka Sohyun.

Inilah yang selalu membayang di pikiranku Sohyun.

Hidupku kacau. Begitu pula dengan hidupmu.

Memilih bersamaku hanya akan menambah penderitaanmu.

Mata Taehyung kembali sayu. Hatinya kembali bimbang.

Apakah tindakannya memperjuangkan Sohyun sudah benar??

Tujuannya adalah melihat Sohyun bahagia. Namun bagaimana jika ia gagal??

"Nah. Selesai. Bukankah seharusnya hari ini kau sekolah? Kau berseragam. Tapi kenapa malah ke rumah sakit.. eoh?"

Sohyun terdiam. Haruskah ia menjelaskan masalah ini?

Biaya pendidikan yang sudah dibayarkan Sungjae waktu itu dicabut.

Tentu saja karena Sungjae sudah tidak mau lagi berurusan dengan Sohyun. Jieun ssaem memberinya sekali lagi kesempatan untuk membayar ganti uang itu.

Sohyun merasa begitu putus asa. Ayahnya tidak memberinya uang untuk sekolahnya. Setiap hari, uang ayahnya hanya berakhir menjadi beberapa botol alkohol yang berserakan di pojok rumah.

Sohyun menghela nafas.

"Tak apa Tae.. aku hanya ingin membolos saja hari ini."

"Hei! Apa kau ketagihan?? Aku hanya mengajakmu membolos sekali saja. Dan itu kemarin! Kenapa kau malah membolos lagi?? Aishh!! Gadis kecil in!"

Taehyung mencubit pipi Sohyun yang berisi.

"Aa..ah.. sakit Tae!"

"Maaf.. maaf.. aku lupa. Pipimu masih memar.."

Taehyung mengelus-elus pipi yang sedikit membiru itu. Ia jadi menyesal.

"Jadi Tae, bagaimana kau akan membayar biaya rumah sakit Halmi?"
.
.

.

Deg!

Apa mungkin Sohyun tau kalau aku butuh biaya operasi saat ini? Ah.. mana mungkin!

"K-kee..napa kau tanyakan itu?"

"Ayolah Tae.. setiap orang yang masuk rumah sakit pasti akan memikirkan biayanya. Apalagi Halmi menginap disini. Ngomong-ngomong.. apa yang sebenarnya terjadi pada Halmi? Ia sakit apa?"

Sohyun berusaha mengalihkan pembicaraan.

Dan topik yang dibicarakan Sohyun justru memojokkan posisi Kim Taehyung dalam menutupi kesulitannya.

"Ah.. benar juga. Entah.. aku.. mungkin akan cari pekerjaan dan meminjam uang pada bosku nanti."

"Dan.. kau tidak perlu takut. Halmi baik-baik saja. Ia hanya kelelahan. Biasa.. penyakit tua."

Lanjutnya.

Bohong! Taehyung terpaksa berbohong agar Sohyun tidak ikut panik sepertinya.

Bagaimana mungkin penyakit gagal ginjal kronis bisa dibilang hanya kelelahan saja??

Sebegitu bahayanya bahkan dokter meminta persetujuan Taehyung agar segera dilakukan transplantasi.

Maaf Sohyun. Aku terpaksa membohongimu.

.................................

Sohyun dan Taehyung sepakat. Mereka akan mencari pekerjaan bersama. Sebenarnya Taehyung agak curiga, kenapa anak umur 15 tahunan seperti Sohyun harus mencari pekerjaan juga?

Jika ditilik dari problematikanya sendiri, Taehyung mencari uang karena terdesak biaya rumah sakit. Namun Sohyun?

Biaya apa yang mendesaknya??

"Kenapa kau juga ikutan kerja?"

Tanya Taehyung seraya mengelap meja yang ada di depan kasir, tempat Sohyun berdiri.

Mereka pada akhirnya mendapatkan pekerjaan di sebuah cafe yabg ramai pengunjung. Walaupun itu pekerjaan kecil, setidaknya cukup membantu keduanya.

"Aku hanya ingin berusaha mandiri saja.."

Andai kalian tahu. Sekarang ini mereka saling menyembunyikan masalah masing-masing.

Sohyun yang terbelit biaya sekolah.. dan Taehyung yang terbelit biaya rumah sakit.

Bukankah sahabat seharusnya saling berbagi nasib?

Tidak dengan mereka. Mereka peduli satu sama lain. Permasalahan yang menjadi beban berat bagi mereka, tidak akan begitu saja diungkapkan. Karena mereka tahu, mereka akan saling menangis ketika salah satu di antaranya menangis.

Seperti saat tubuhmu demam, maka seluruh tubuhmu akan terasa ngilu dan fungsi kerja tubuhmu melemah.

Begitulah mereka. Satu tubuh. Jika satu merasakan sakit, maka yang lainnya juga.

"Apa kau sudah berusaha meminta pinjaman ke Bos?"

Tanya Sohyun kepada Taehyung memastikan.

Bukankah itu tujuan Taehyung mencari pekerjaan? Yaitu untuk mencari pinjaman uang. Darioada harus ke bank malah jatuhnya mendapat bunga yang membuat angsuran membengkak.

"O iya. Aku jadi ingat. Ya sudah.. sehabis ini aku akan ke ruangan Bos. Terima kasih sudah mengingatkanku.."

.............................

Udara Daegu terasa dingin di malam hari. Kedua sahabat kecil itu lantas berjalan saling memeluk menuju sebuah halte untuk segera menuju ke kediaman masing-masing.

Sembari menunggu bus yang belum tiba, keduanya saling mengobrol.

"Bagaimana? Apa Bos meminjamimu uang?"

"Uh.. iya. Bos sangat baik. Aku beruntung sekali.. aku sungguh sangat bersyukur.."

"Baguslah..."

Sohyun tersenyum tipis. Taehyung yang melihatnya juga ikut tersenyum.
.
.
.
Bus yang ditunggu telah tiba. Keduanya segera masuk dan merebahkan diri pada kursi penumpang. Menikmati perjalanan pulang dengan angan yang menjalari otak masing-masing.

Terlihat tenang namun sesungguhnya benak mereka sedang beriak.

.........................

Kamu ini baru sehari kerja di cafe saya. Saya tidak bisa memberikan pinjaman yang sebanyak itu. Kamu pikir 15 juta won dapat diambil semudah pemulung mengais sampah?

Jika kamu masih mau kerja disini.. lupakan saja! Jangan pernah meminjam uang padaku di hari pertamamu kerja. Atau sebaiknya kamu cari tempat kerja lain.

Taehyung mengacak rambutnya kasar. Digenggamnya surat persetujuan operasi transplantasi ginjal yang baru didapatnya dari bagian administrasi tadi.

Dokter mendesaknya. Lagi-lagi mendesak.

Operasi tidak akan berjalan tanpa uang.

Taehyung sangat kacau. Ia benar-benar bingung.

Tuk . Tuk . Tuk....


Suara sepatu berhak tinggi tiba-tiba mendekati arah Taehyung termenung.

"Ambilah... kau bisa mengisi jumlahnya seberapapun asalkan kau mau menuruti perintahku."

Dari suaranya terdengar seperti seorang gadis.

Taehyung lekas mendongakkan kepalanya.

"K-kau? Bagaimana kau tahu aku membutuhkan ini??"

"Tentu saja aku tahu. Aku megawasimu Tae. Ambillah dan isi sejumlah yang kau butuhkan."

Taehyung meraih lembaran berupa cek yang disodorkan gadis itu.

"Benarkah?. Tapi bagaimana aku menggantinya nanti?"

"Kau tidak perlu menggantinya. Asalkan kau melakukan satu hal untukku."

"Apa itu??"



































"JAUHILAH SOHYUN SELAMANYA!"








































To be Continued.

Maaf.. baru update. Lagi kosong ide soalnya. Heheh😅😅

Suka nggak sih? Takut kalau arah ceritanya semakin absurd.

Next (?)



Peluk cium dari TaeSo😘😘

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro