404

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kepanikan menjalar begitu cepat setelah para peserta seleksi meresapi apa yang terjadi. Segalanya berlalu cepat, terlalu cepat bagi Eliza yang hampir menuntunnya pada serangan panik berikutnya.

Namun, Eliza tetap berdiri. Countess Alchemilla yang ada di sisinya membantunya untuk tetap tegak, tidak menuruti kehendak gravitasi untuk menyuruhnya tunduk. Mereka seperti dua yang tersesat di kerumunan. Ada empat puluh kepala di sana, tapi segalanya terlintas semrawut: ada yang mulai berlarian, ada yang menuju pintu keluar, ada yang tersungkur, berlutut sambil memegang kepala.

'Ada hologram solid  yang membatasi pintu luar! Aku sudah coba melakukan penetrasi dengan virtual avatar tapi tidak bisa juga tembus!'

'Pintu akses lain juga terkunci!'

'Hologram solid itu ada di pintu belakang juga!'

'Tidak ada benda yang bisa melewati hologram solid ini! Tidak ada!'

Eliza membiarkan kekacauan itu berjalan. Membiarkan Sistema Cardis melakukan olah data sementara ia tidak berkomentar apa-apa untuk memberi perintah. Mungkin suara bising-lah yang membuatnya disorientasi. Atau keributan ini yang membuatnya merasa kepalanya penuh.

Suasana panik ini mengingatkannya pada sesuatu, walau tidak separah biasanya karena tidak ada api yang terlibat. Tidak ada ribuan orang yang berlarian. Tidak ada yang tumpang-tindih bahkan menginjak-injak orang atau anak-anak yang tak mampu berlari.

Terjebak. Mereka terjebak. Situasi meledak tidak terkontrol. Satu suara seperti ada untuk meredamkan suara lain. Satu orang berpikir untuk dirinya sendiri, bukan orang lain. Mereka terjebak. Mereka tidak bisa keluar. Mereka tidak aman. Empat puluh orang, semuanya terkunci di dalam area Neo-Virtual Area. Mereka semua–

"Harap tenang!"

Suara tersebut bukan milik satu dari ketiga Familia yang sedari tadi mengatur jalannya acara. Suara itu datang dari wanita pemilik surai lembayung, tuan rumah dari Subfilum Regelia yang mereka tapaki ini. Tempat yang telah mengunci mereka dari 'dunia luar'. Kedua tangan terkepal erat, Duchess Regelia maju membelah kerumunan yang tengah acak. Ia menuju pusat ruangan. Semua bunyi bising itu terhenti, hanya derap langkah dari sepatu sol tebal sang Duchess yang menggema di ruangan.

"Saya paham kondisi yang kita alami sekarang, tapi ini bukan saatnya untuk tenggelam dalam panik," pungkasnya. Suaranya mengisi ruangan yang barusan terasa sesak oleh ramai. "Saya telah menyiapkan ruangan untuk para tamu seleksi istirahat."

Istirahat. Sesuai dengan susunan acara, seusai seleksi pertama, mereka akan beristirahat sebelum seleksi kedua yang dilaksanakan di hari berikutnya. Kamar-kamar yang Duchess Regelia sediakan ada di bawah tanah, merupakan rombakan sel-sel tahanan. Tentu, hanya Eliza yang tahu kenyataan tersebut, tapi Eliza percaya Duchess Regelia sudah mengubah tempat tersebut menjadi layak bagi bangsawan berkelas.

Seburuk apapun namanya, Eliza yakin bahwa Duchess Regelia tidak akan mengecewakan tamunya.

"Saya menganjurkan agar kita semua mengambil waktu ini untuk menenangkan diri, dan kita akan kembali pagi nanti dengan kepala dingin untuk memikirkan solusi."

Duchess Regelia berdehem. Semua mata terkonsentrasi padanya, berdiri terkesiap menahan getar pada kaki atau pada seluruh tubuh.

"Saya rasa, itu saran dari saya untuk saat ini, Earl." Duchess Regelia kembali pada Tiga Familia yang keberadaannya nyaris terlupakan. Pemilik surai lembayung itu undur diri.

Apa yang ditawarkan sang Duchess sangatlah logis, segeralah Earl Gaillardia mengambil alih untuk memandu kerumunan. Ia mengulang ucapan Duchess Regelia, sebelum akhirnya lelaki itu menunjuk ke arah pintu yang Duchess Regelia sudah tunjukkan sebagai pintu keluar menuju lantai bawah tanah. Kondisi berangsur stabil karena satu-persatu orang telah berjalan keluar ruangan, menyisakan mereka yang memerlukan pertolongan. Tidak hanya Eliza yang didera syok akibat kejadian tersebut. Samar-samar, ia melihat Countess Kleine dan Duchess Sarachenia mulai bertanya pada tamu-tamu yang tersungkur atau masih menderita tremor hebat.

<ekspresi>Eliza pikir ia sudah cukup kuat untuk menghadapi kejadian seperti ini.</ekspresi>

Kerumunan itu masih berjalan bising di telinga Eliza, ia tidak memperhatikan terlalu banyak. Countess Alchemilla menarik lengan bajunya, menandakan bahwa ia akan mulai berjalan.

"Hei nak, kamu dengar aku?" ia berbisik.

"Ya, Countess."

"Mau duduk dulu atau mau langsung ke bawah?"

"Ah, erm, saya tidak apa-apa. Saya ikut saja."

"Oke. Tepuk saja aku kalau kamu mau berhenti sebentar, ya?"




Satu dari banyak hal yang tidak Eliza banyak pertanyakan di pesta adalah gelagat Countess Alchemilla.

Wanita itu tampak seperti tamu berkelas pada umumnya: pakaian yang tampak mewah, berkilau di bawah cahaya lampu, caranya berbicara dan memegang anggur atau alkohol, juga bagaimana ia menerima ajakan seorang pria tak bernama di dansa impromptu. Wanita ini mungkin apa yang Eliza bisa definisikan bangsawan yang bukan bangsawan, sama seperti dia melihat Madam.

Lagi, Countess Alchemilla tahu satu hal yang Eliza tidak ketahui: Elise Cardis. Sungguh, Eliza penasaran seperti apa orang yang mengetahui Madam Elise sejak dulu. Akan tetapi, kondisi gawat ini sepertinya tidak akan memungkinkan Eliza untuk memenuhi rasa keingintahuannya.

"Kamarmu, ah, nomor 31 ini," Eliza sudah kurang lebih merasa 'sadar' dibandingkan ketika ia berada di tengah ruangan utama, namun Countess Alchemilla tetap membopongnya dengan bantuan sebelah bahu. Tangannya menjadi tumpu, melingkar di pinggang Eliza.

Di bawah tanah itu, yang bisa dicapai dengan lift dan satu tangga darurat, terdapat lorong-lorong kecil yang berisi pintu-pintu berbahan kayu eboni. Kayu parquet yang menjadi lantai juga terlihat gemerlap, ada beberapa AI tengah menjaga lorong tetap rapi dan bersih. Mesin pendingin di sana terasa menyeluruh untuk satu lantai, karena Eliza merasakan suasana yang berbeda ketika ia turun; dingin, tetapi tidak menusuk tulang. Tidak ada citra penjara tersisa dari dinding-dinding yang dicat hijau pastel, hanya pintu-pintu kamar yang terasa rapat satu sama lain.

"Tidak masalah aku tinggal?"

"Cukup, Countess. Maaf merepotkan anda."

"Santai saja, nak. Selamat malam!"

Countess Alchemilla tampaknya tidak akan pergi sebelum ia memasuki kamarnya, jadi Eliza segera membuka pintu.

Kamar berwarna putih itu kecil dan sederhana: ada kasur berseprai putih di sebelah kanannya, sebuah meja dengan kursi di sisi kiri, juga pintu menuju toilet di selasar utara kasur. Di sudut utara kamar juga terdapat wastafel dan cermin, ada handuk kecil terlipat di kayu penyangga di atas cermin, beserta peralatan mandi yang bisa digunakan pemilik kamar.

Ventilasi ruangan itu kecil, sebuah persegi panjang di atas pintu, kemungkinan besar tidak akan ada yang bisa mengintip untuk mengganggu. Ia bisa membuka Sistema Cardis tanpa takut akan dihardik orang.

Setelah memastikan pintu terkunci rapat, Eliza duduk di atas kasur, merasakan beratnya perlahan diresapi oleh permukaan kasur yang empuk.

<refleksi>Mengapa ia begitu lemah?</refleksi>

Manusia tidak akan berubah dengan cepat. Eliza ingat kata-kata Madam. Juga, tidak masalah bila manusia punya rasa takut. Rasa takut itulah yang membuat manusia, manusia. Dan rasa takut itulah yang memanusiakan manusia.

Ia tidak merasakan berapa lama ia menggenggam erat lengan atasnya, menggigit bibir bawahnya sampai terasa tebal.

Enam sampai tujuh jam sebelum pagi, waktu ideal untuk manusia tidur. Akan tetapi, Eliza sudah membuang waktu lama untuk tenggelam dalam memori dan rasa takut.

Saat Sistema Cardis memberi notifikasi mengenai pengumpulan data telah selesai dilakukan, Eliza tengah melepas blus yang ia kenakan, beserta dua pasang sarung tangannya. Layar Sistema Cardis ia buka di arah dinding tempat meja tidak tersentuh, kemudian layar lain melayang di sisi kanannya.

"Buka feed kamera pengintai." Ia menyuruh layar kanan membuka lima kamera secara aktif dengan satu jentikan jari. Sementara, layar besar di hadapannya memberitahukan laporan kejadian yang baru saja berlalu, pengingat waktu yang ia punya, dan informasi geografis mengenai keadaan Neo-Virtual Area sekarang.

<log>
[00:22:19] Akses sinyal ditutup. Tidak bisa mengirim atau menerima data dari luar area.
[00:22:19] Akses fisik ditutup. Hologram solid milik Sistem tidak bisa ditembus materia apapun.
[00:22:19] Akses virtual ditutup. Tidak dapat melakukan visualisasi avatar di dalam dan di luar Neo-Virtual Area.
[00:22:19] Sistema Cardis tidak mendeteksi adanya kesalahan pada Sistem.
[00:22:19] Panik pecah di titik 1A.
[00:29:10] <nama: Iris Artemis Regelia> mengambil alih konsentrasi khalayak.
[00:32:02] <nama: Lance Masoni Gaillardia> memimpin evakuasi.
[00:35:11] <nama: Dahlia Kleine> dan <nama: Erika Sarachenia> membantu tiga orang yang kesulitan. Jenis kesulitan tidak dapat dispesifikasi.
[00:50:10] Titik 1A telah dikosongkan.
</log>

Eliza tertegun. 'Sistem' atau entah apa telah mengunci mereka dari dunia luar, memutus sambungan telekomunikasi dan menghilangkan kemampuan untuk memunculkan virtual avatar.

Selama acara terakhir berlangsung, Sistema Cardis tidak menangkap satu pun tamu melakukan hacking, atau melakukan hal-hal aneh seperti 'menanam' sesuatu untuk mengacaukan Sistem. Hampir semua tamu menggunakan fasilitas untuk bersenang-senang. Dan mungkin, selain Dahlia Kleine dan Iris Artemis Regelia, tidak ada orang lain yang menuju daerah <atap> dan/atau <rumah hijau>. Dari laporan pemindai, tidak ada deteksi anomali ditemukan di lima tempat yang bisa dijangkau di Neo-Virtual Area.

Ini terlalu rapi. Ada yang terasa salah.

"Aku juga perlu memeriksa 'hologram solid' yang dibilang orang-orang itu, mungkin sekitar jam 2 atau jam 3 ..."

Untuk sementara, Eliza berpikir untuk segera menelaah isi rekaman lima kamera yang ada, ketika ia menemukan ruangan utama kembali terisi di pukul satu dini hari saat ini.

Dua orang yang tidak asing bagi Eliza: Dahlia Kleine dan Iris Artemis Regelia.


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro