dreide, kleine

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Menanggapi alur ekspresi Countess Kleine, Eliza menelan ludah. Tapi, ia tidak menarik diri, ataupun sedikit menggeser lengannya dari bersinggungan siku dengan sang Countess.

Seperti yang Countess Kleine katakan, ia tidak di sana untuk menjadi middle boss di tengah-tengah Seleksi. Entah kenapa, Eliza yakin bahwa Countess Kleine menyatakan kebenaran. Untuk pertama kalinya sejak Eliza menyandang Sistema Cardis, ia yakin bahwa pilihannya untuk mempercayai Countess Kleine adalah benar.

<ekspresi><daftar>Alasan</daftar>
<i: Ia tidak berbohong>
<kontra>Tapi senyumnya tidak sampai ke matanya.</kontra>

<i: Ia bukanlah seorang juri>
<kontra>Tapi dia adalah bagian dari Sistem.</kontra>

<i: Jadi, kenapa kamu percaya?>
</ekspresi>

Eliza mengulum bibir. Mata Countess Kleine mulai terasa membakar wajahnya. Ia menunggu, dengan sabar, dengan senyum yang sama, dengan ketukan teratur sepatu hitamnya.

"Tidak ada sihir," ungkap Eliza akhirnya, setelah sekian lama ia menimbang-nimbang jawaban.

Surat itu datang dua bulan setelah ia menjalani latihan sebagai kepala keluarga baru Baron Cardis. Madam Elise pun bilang, ia tidak pernah menerima surat undangan seleksi di dua puluh sembilan tahun hidupnya. Ini yang pertama kali untuk garis keluarga Cardis. Ini yang pertama kali untuk satu Baron dari belasan atau mungkin puluhan Baron. Bisa saja Eliza bilang bahwa ini adalah sebuah kebetulan - kebetulan yang sangat tidak diinginkan.

Ia hanya butuh Sistema Cardis. Ia tidak butuh masalah baru.

"... Mungkin? Saya, sebenarnya tidak paham kenapa saya bisa terpilih. Saya terima surat itu dan, sudah. Akhir cerita."

Countess Kleine terkekeh, lama dan puas. Ia menggeleng-geleng, satu tangan naik untuk menghapus jejak air mata yang keluar akibat ia tergelak.

"Surat itu tidak bisa dipalsukan, jadi kamu bisa tenang dari dugaan kalau-kalau kamu memalsukan surat undangan."

"Oh?" Eliza memasang nada pura-pura tidak tahu, membuat nadanya lebih melengking dari biasa. "Tapi surat itu berbahan kertas, kenapa tidak bisa dipalsukan?"

"Kertas itu menyerap tinta tulis yang hanya ada satu-satunya di KINGDOM, dan memuat rekaman tulisan satu orang. Kurang lebih seperti itu."

Eliza sungguh penasaran dengan botol tinta itu. Memang, tidak ada yang menulis surat secara manual lagi di era sekarang, tapi kenyataan bahwa hanya ada satu botol tinta tulis di KINGDOM? Pantas Sistema Cardis menyatakan tidak mampu menduplikasi surat tersebut - hasil cetakannya akan berbeda walaupun bentuk tulisannya bisa dibuat mirip, tinta yang terserap ke kertas antara hasil Sistema dan tinta tulis itu akan berbeda.

Sulit membuat tinta tulis tanpa melihat tinta aslinya secara langsung.

"Kamu menarik."

"Ada apa, Countess?"

"Baru kali ini aku mendapat pertanyaan kenapa surat itu tidak bisa dipalsukan."

"Bukankah itu pertanyaan umum?"

"Tidak juga, semua bertanya 'kenapa kertas'," pungkasnya. Eliza mengernyit. "Kurasa kita memang bisa berteman, Baroness."

Ah, lagi-lagi ada glosarium aneh meluncur dari diri sang Countess. Pertama, sihir. Kedua, teman. Sekali lagi, Eliza bertanya-tanya akan keputusannya di awal untuk percaya bahwa ini bukan bagian dari huru-hara Seleksi.

"Saya berkelas lebih rendah dari anda." balas Eliza cepat.

"Aku tidak peduli dengan kelas. Itu memuakkan," Countess Kleine mengerling. Ada sinar lain di mata ambernya, sejenak seperti terang cahaya mentari. "Kamu terlalu serius, Baroness."

Eliza terkesiap. "Anda juga memegang sepertiga dunia."

"Administrator hanya ranking. Aku adalah diriku sendiri," Countess dengan percaya diri menembak kembali. "Gelar admin itu akan diberikan oleh orang lain nanti. Tidak ada kali kedua dalam masa kepemimpinan."

Countess Kleine tidak menunjukkan tanda-tanda dirinya kecewa atau menolak kenyataan tersebut. Alih-alih 'Administrator' yang melekat di namanya bukan sesuatu hal penting. Ia mungkin punya prioritas lain.

"Atau,"

Wanita bersurai merah muda itu mencondongkan diri ke hadapan Eliza dengan lebih utuh. Memposisikan diri tepat di area nafasnya, Countess Kleine tidak gentar dengan perbedaan tinggi mereka. Malah, Eliza merasa dirinya kecil. Hina. Sang Countess tampak tengah menjatuhkan sebuah pertimbangan. Sebuah keputusan.

"Atau kamu ingin menjadi pemimpin, Baroness; menguasai KINGDOM?"

Eliza membuka mulut, tetapi tidak ada kata penolakan muncul sesegera mungkin dari apa yang ia pikirkan.

Yang ia inginkan adalah Sistema Cardis. Bukan mengepalai Sistem.

Yang ia inginkan adalah kekuatan untuk membela diri. Bukan kekuatan untuk meninggi diri.

Yang ia inginkan adalah kesetaraan. Bukan keserakahan.

<pertanyaan> Apakah setara bisa dicapai tanpa serakah? </pertanyaan>

<pertanyaan> Apakah kuat bisa dicapai tanpa serakah? </pertanyaan>

Baru kali ini, senyum Countess Kleine sempurna menyambang matanya. Seakan dirinya telah menemukan sesuatu, walau Eliza sama sekali tidak menjawab. Pemilik surai merah muda itu menarik diri, kedua tangannya menyapu sisi rok pensil yang ia kenakan, ia berkacak pinggang, matanya lurus menatap suasana kota di bawahnya.

"Jadi, apa tawaranku dapat diterima, kita dapat berteman?"

Countess Kleine menaikkan kedua alis seraya ia mencuri lirik. Eliza tidak habis pikir bahwa ia akan menjawab lebih cepat dibanding bagaimana ia berpikir.

"Ya."

(Mereka tidak berjabat tangan.)



<kompilasi>
Dahlia Kleine. 23 Tahun. Representatif dari keluarga Count Kleine.
Ia menjadi representatif sejak berumur 17 tahun.
Memiliki saham dan andil tinggi pada kemajuan mekanikal dan elektrikal KINGDOM.
Memilki nama panggilan Putri Metalurgi karena kiprahnya tersebut.
Tanpanya, kemajuan pesat industri drone tidak akan terjadi dalam beberapa tahun silam.

Sekarang ia adalah satu dari Tiga Familia yang memegang gelar Administrator di KINGDOM.</kompilasi>

Kumpulan informasi itu terus berjalan sesaat Eliza berjalan turun dari atap. Ia memutuskan untuk pergi, sementara Dahlia Kleine masih di sana menyendiri.

Bukan berarti ia tidak kuat diri atau ingin menghindar, atau malah gabungan dari keduanya, ia tidak tahu. Pembicaraan singkat yang baru saja terjadi membuatnya banyak berpikir. Setiap kata seakan memiliki arti tersembunyi. Andai ternyata Eliza benar diuji, pasti jawaban-jawabannya itu tidak ada yang mengimbuh poin.

Yang masih belum bisa Eliza terima adalah kenyataan bahwa Dahlia Kleine bilang dia menarik, lalu Dahlia Kleine ingin menjadi 'teman'-nya. Pesta seleksi ini adalah hal fana, mereka tidak akan punya ikatan apa-apa setelah segalanya berakhir dalam hitungan jam. Mana ada bangsawan kelas atas yang akan repot mencari bangsawan kelas di bawahnya? Tentu, apa yang Dahlia Kleine haturkan bisa dibilang sempurna fantasi.

Eliza mengelus-elus bekas luka di pelipisnya lagi, keringat dingin menjalar turun dari pelipisnya.

Pertanyaan terakhir sebelum mereka mengakhiri percakapan: kuasa dan kekuatan.

Lahir dan besar di daerah kumuh, Eliza tidak pernah memikirkan hal lain selain makanan untuk hari ini dan hari esok. Terlebih lagi ketika 'kejadian luar biasa' terjadi sepuluh tahun lalu di KINGDOM yang mengubah segalanya. Ia ingin menjadi kuat agar tidak tertindas, tentu. Ia ingin mengakses teknologi yang lebih hebat agar bisa mengembangkan kemampuannya, tentu.

Tetapi, untuk menyederhanakan dan menimbang keinginan tersebut dengan 'kuasa', Eliza tidak pernah memikirkan hal tersebut.

Seakan-akan, Dahlia Kleine hendak menawarkannya jalan pintas - jalan yang penuh risiko namun akan cepat menuai hasil.

Eliza tidak menyadari bahwa ia membawa langkahnya menuju tempat terjauh berikutnya yang mungkin tidak dikunjungi orang: <rumah hijau>, dengan masih ada sekitar satu jam lagi sebelum para peserta akan dipanggil kembali ke ruangan.

Rumah hijau, atau mungkin lebih dikenal dahulu sebagai 'rumah kaca' karena berbentuk kubah transparan berbahan plastik poliuretan, menempati area tepat di luar ruang utama. Dekat, sayang tidak ada yang menjangkau. Sekilas dari luar, rumah hijau tersebut gelap, cahaya yang mendampingi di sana terkonsentrasi pada satu tempat yang sepertinya terletak di tengah-tengah kubah, bertahtakan tanaman-tanaman hijau.

Eliza mencoba membuka pintu, membuat suara sesedikit mungkin sebelum melangkah masuk. Tempat sepi akan membantunya untuk berpikir lebih jernih, untuk memilah informasi dan mengosongkan otaknya dari ekspresi-ekspresi yang tidak perlu. Ada satu jam tersisa, ia masih bisa bersiap diri sebelum waktu 'istirahat' dan 'Seleksi Kedua'.

"Ah, ada tamu?"

Manik Eliza membulat mendapati ruang tengah yang penuh berjejal dengan deretan pot-pot kecil dalam rak dan juga yang menggantung di langit-langit. Satu orang yang ada di sana tampak sangat asing dikelilingi oleh kuncup-kuncup bunga yang masih bertumbuh, dan beberapa bunga yang bermekaran. Sebuah alat penyiram ada di tangannya, natural, seperti sudah merupakan ekstensi dari badannya. Bahkan, alat penyiram manual itu terlihat berbahan hampir mirip dengan tangan besinya yang segera ia sembunyikan ketika Eliza menatap. Sangat tidak biasa bagi seorang setingkatnya untuk merawat tanaman.

"... Duchess Regelia."

Seperti saat pesta tadi, ekspresi pemilik surai gandaria itu sempurna datar. "Selamat datang di pekaranganku, Baroness."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro