nelangsa

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sistema Cardis.

Sebuah komputer kuantum, menurut orang. Sebuah sistem yang menyerupai komputer kuantum, kata orang yang lain. Sebuah dongeng. Sebuah fantasi. Sebuah takhayul. Suatu trik sihir di dunia serba teknologi. Sebuah hal yang tidak mungkin terjadi mengingat semua orang yakin bahwa hal itu tidak mungkin. Sebuah oasis di padang pasir. Sebuah jerami di tumpukan berlian. Sebuah komputer kuantum. Sebuah sistem operasi yang dimiliki keluarga Baron.

Elizabeth hanya bisa mendeskripsikan Sistema Cardis sebagai satu: sebuah obsesi.

Komputer kuantum yang tidak terikat pada ruang dan waktu; itulah Sistema Cardis yang Elizabeth tahu benar adanya. Komputer kuantum yang ramah lingkungan, dapat memproses data dengan cepat, dapat mengumpulkan segala macam data, dapat melakukan sortir ratusan hingga ribuan data sekaligus, dapat melakukan multitasking tanpa overheat, dapat digunakan tanpa bergantung dengan listrik.

Intinya: senjata yang ia inginkan / segala yang dibutuhkan manusia.

Ah, ah. Mungkin Elizabeth memang sudah gila.

Tidak ada hari yang ia lewati tanpa mempersiapkan diri untuk eksekusi rencananya untuk mencuri Sistema Cardis dari sang Baron yang tersembunyi di dalam hutan. Elizabeth bahkan sudah menggambar peta itu di tempat persembunyiannya beserta koordinat lengkapnya: Hutan Lindung. Divisio Tessa. Juga, Elizabeth menempelkan semua informasi yang ia dapat dari berbagai sumber di dinding, menyambungkannya satu sama lain dengan benang merah membentuk rantai informasi yang konkrit. Ia juga sempat mendapat diagram rumah dan jadwal kapan saja rumah tersebut aktif. Ia tidak akan meleset.

Ya, Elizabeth sudah gila - dan mungkin ia sok menjadi detektif sekarang. Bukan kasus yang ia kejar, atau pun pencuri yang pergi dengan gelimang harta karun. Elizabeth mencari sesuatu yang akan menyelamatkan dirinya sendiri. Elizabeth mencari apa yang akan menolongnya dari segala hal yang ingin ia lakukan sebagai seorang peretas.

Mungkin, bila ada orang di Slum yang mengetahui apa incarannya, mereka akan dengan semangat memaki. Merundung bagaimana ia sudah satu langkah menuju ketidakwarasan.

Hei, dia sudah gila. Informasi mengenai Sistema Cardis ia sesap bagaikan candu. Untuk apa sok-sok bersikap tidak gila?

Elizabeth melihat peta daerah Divisio Tessa, peta hutan lindung, dan juga peta rumah milik keluarga Cardis.

Sistema Cardis akan menjadi milikku. Tidak ada pengamanan apa pun yang dapat menghentikanku.


Inisialisasi.

...

...

...

Sistema Cardis; status aktif.

Selamat pagi <Elizabeth Cardis>, waktu telah menunjukkan jam 07.10. Pertemuan dan jamuan akan dilaksanakan di ruang utama dalam 50 menit.

Anda telah menonaktifkan Sistema selama 02:44:20. Optimasi waktu tidur diperlukan. Tekan 'ya' di layar berikutnya apabila anda ingin membaca mengenai optimasi waktu tidur.

Anda memilih 'tidak'. Terima kasih. Masukan anda akan diproses.

Kondisi hari ini di Neo-Virtual Area. Cerah berawan. 20% kelembapan. 10% kemungkinan hujan.

Apakah anda ingin memainkan log semalam sambil anda memesan kopi dari room service? PIlihan pemutaran log dengan mode audio sudah dapat dipilih. Mode visual, mode baca, dan mode audio visual juga bisa dipilih. Silahkan tekan pilihan yang anda inginkan.

Terima kasih. Audio rekap akan diputar. Mohon diingat bahwa audio ini akan terhenti dengan sendirinya apabila pintu kamar diketuk oleh robot pembantu.

Disarankan untuk mandi di ruang mandi yang telah disediakan sebelum datang ke ruang utama. Pengingat untuk mandi telah dipasang.

Sistema Cardis.

Awalnya, Elizabeth mengira Sistema Cardis adalah sebuah komputer biasa. Paling tidak seukuran PC portabel berukuran persegi dengan model tipis yang modern. Elizabeth mencoret kemungkinan bahwa Sistema Cardis meniru visual layar hologram terkembang, terlalu simpel untuk dunia saat ini. Sebuah 'sistem' pastinya jauh dari kata sederhana, mengingat model komputer kuantum digambarkan sebagai sebuah corong raksasa dengan banyak kabel. Sesuatu yang rumit belum tentu bisa disederhanakan. Atau, ternyata Sistema Cardis adalah suatu temuan yang telah menyederhanakan suatu yang rumit.

Elizabeth sekarang mulai memikirkan suatu piranti yang praktis dan mudah disembunyikan. Mungkin Sistema Cardis ada berupa chip. Atau sebuah kartu memori yang mudah diselipkan di dalam dokumen. Atau ternyata rumah kecil itu punya tabung silinder tersembunyi dengan kabel-kabel transparan. Atau sang Baron membuat Sistema Cardis dalam bentuk sebuah buku yang ia sembunyikan di dalam perpustakaan. Atau, rumah itu adalah komputer kuantumnya.

Ada sangat, sangat banyak kemungkinan. Apa pun itu, Elizabeth yakin bahwa ia bisa mencurinya. Baik apabila Sistema Cardis itu tertanam di sebuah tempat padat atau terkubur di dalam jejaring Divisio Tessa.

Elizabeth duduk di bawah sebuah pohon rindang. Para penebang yang pagi-pagi sekali ada di sana untuk memeriksa pohon-pohon yang layak untuk ditebang atau dirapikan sudah pergi sesuai jadwal. Kamera yang ia pasang di pohon yang terletak berseberangan tidak jauh dari rumah target sudah ia ambil.

Daerah di sekitar rumah kayu itu bersih dari pepohonan rimbun. Lantai berupa batu-batu dan pasir tampak rapi seperti karpet sebelum disanjung oleh tangga menuju dek utama rumah. Rumah tersebut memiliki satu lantai, dinding luar rumah yang berupa kayu tebal membuatnya seakan menyatu dengan hutan. Agak aneh mengingat bahwa properti tersebut ada di dalam hutan lindung Divisio Tessa, padahal Baron Cardis tidak memiliki hubungan baik dengan Earl Tessa. Sebuah misteri tersendiri mengapa Baron itu bisa tinggal di sana.

Di pemindaian awal, tidak ada yang aneh dari rumah tersebut. Tidak mewah. Tidak megah. Tempat Baron Cardis tinggal hanya berupa sebuah rumah peristirahatan, ah, salah, Elizabeth salah mengartikan vacation house. Ya, intinya seperti itu. Bukan mansion dengan pembantu, namun sebuah rumah kayu, sebuah kabin dengan paling tidak tiga kamar yang terletak di tengah hutan.

Sekarang memang keluarga kelas Baron tidak memiliki tanah atau kekuasaan pasti seperti kelas-kelas di atasnya. Melihat kabin kayu itu, entah kenapa, Elizabeth merasa simpati. Keluarga kelas ini akan hancur setelah hartanya dia ambil. Mereka akan semakin melarat.

Sampai di sana, makin jelas kentara bahwa Elizabeth ada beberapa langkah menuju jebakan. Hal yang fana. Hal yang palsu. Obsesi yang hanya membawanya ke tebing keputusasaan dan jurang kehancuran.

Elizabeth menggelengkan kepala. Kapan juga ia berpikir untuk mundur?

Memastikan kembali bahwa rumah tersebut tidak memiliki sensor pengaman yang dapat mencegah orang asing masuk, Elizabeth segera mengambil jalan memutar dan mengincar pintu belakang kabin.



Eliza tidak masalah dengan kafein, tetapi ia bukan salah satu fans bagi kopi hitam. Untungnya, robot pembantu itu perhatian untuk membawakan pelengkap kopi bagi mereka yang memesan kopi hitam namun tidak suka hitamnya kopi: krimer, gula dalam berbagai jenis, susu (dengan pilihan untuk yang intoleran, tentu saja), dan madu. Atau, bila kurang puas, si robot pembantu bisa kembali lagi ke dapur kalau-kalau si tamu ingin mengganti pesanan.

Mereka terperangkap, lagi sepertinya Duchess Regelia sudah menyiapkan tempat itu untuk ditinggali selama beberapa hari, atau mungkin bulan. Ia tidak tanggung-tanggung dalam menjamu tamu.

Menerima troli itu dan memastikan si robot pembantu sudah pergi, fokusnya kembali ke Sistema Cardis yang tengah ia perbesar di beberapa layar. Sepuluh menit sudah bergeser dari waktunya terbangun, beberapa data yang ditampilkan sudah ia baca tuntas.

Audio yang tengah dimainkan berhenti di sekitar pukul dua pagi.

"Ubah menjadi mode audio visual, tolong nonaktifkan suaranya karena aku mau baca rekap yang lain."

Ia bilang begitu, namun nyatanya ia lebih sibuk terpaku ke figur yang ada di layar. Punggungnya menyandar nyaman di dinding, kopi yang semula terasa panas mulai menghangat di pelukan kedua tangannya.

Eliza menarik nafas dan membuangnya jauh lebih pelan. Tercekat pada satu demi satu bingkai yang terpotret dalam memorinya, yang kini dimainkan secara sinematik oleh Sistema Cardis.

Countess Kleine, atau, 'Dahlia', sesuai perjanjian mereka tadi pagi.

Kenekatan. Keinginan yang terhenti. Dansa tanpa dikawal. Pengakuan dosa. Secuplik malam yang menjelma menjadi pagi itu berjalan cepat, sangat cepat.

Tangan yang lebih kecil darinya. Sosok yang lebih kecil lagi lebih besar karena karisma dan piawainya. Sosok yang sama, yang tidak merendahkannya. Bahkan, sosok itu meminta maaf, walau mungkin bukan seribu kata yang dimaksud untuk memohon, tapi satu ajakan untuk mengenalnya lebih dekat di waktu yang singkat.

Eliza ingat ketika Countess Kleine memintanya untuk menjadi teman. Eliza tidak menjabat tangannya.

Eliza ingat ketika Countess Kleine menawarkannya - secara tidak langsung - kekuatan dan tahta. Eliza sekedar tercenung.

Eliza ingat ketika Countess Kleine membentangkan tangannya ke udara, seakan main-main. Eliza berusaha menariknya turun.

Eliza ingat ketika Countess Kleine berdiri, tanpa alas kaki, mengajaknya untuk menari tanpa arah dan tujuan. Eliza turut.

Eliza ingat ketika Countess Kleine memintanya untuk memanggilnya hanya dengan Dahlia. Eliza mengeja nama itu tanpa henti.

Ada banyak sekali tanya ketika ia menghadap wanita muda dengan segala lagu dan laku seperti Dahlia Kleine. Eliza ingin mempertanyakan mengenai tahta yang akan dia berikan. Eliza ingin mempertanyakan mengenai kekuatan yang akan dia berikan. Eliza ingin mempertanyakan seperti apa senyumnya yang asli. Eliza ingin mempertanyakan seberapa banyak kebenaran dan kebohongan yang sudah Dahlia bicarakan selama mereka berbicara.

Selama kurang lebih satu jam total mereka berbicara empat mata. Sudah berapa banyak yang seorang enigmatik seperti Dahlia Kleine palsukan darinya dan Sistema Cardis? Sudah berapa kebenaran yang ia selubungi di balik topeng? Sudah berapa orang yang tertipu oleh perilakunya yang manis lagi tak tersentuh?

Ketika mereka berbicara tadi setelah Eliza mencegahnya terjun, Eliza merasakan tidak ada lagi kebohongan - tidak ada lagi kaca tipis yang menghalangi mereka. Sentuhan bisa saja bohong. Mata bisa saja bohong. Ucapan bisa saja bohong. Akan tetapi untuk kali ini Eliza percaya ada kebenaran di sana.

<ekspresi> Ada diri 'Dahlia Kleine' yang rapuh, terbungkus kecil di senyumnya yang rapat. </ekspresi>

Eliza terpaku pada saat mereka selesai berdansa. Panas tangan yang lekat dan nafas yang dekat mulai menjauh, hilang dari kelima panca inderanya.

'Tidak ada manusia yang lebih rendah di KINGDOM dibandingkan anak hasil hubungan haram bangsawan.'


<notifikasi>

Pencarian tersimpan: Kabar Berita Daring milik 'KINGDOM Paparazzi Squad'. - tagar: Perselingkuhan Terungkap di Tubuh Keluarga Kelas Pemilik Usaha Metalurgi. Akurasi informasi dalam berita 89%, terverifikasi.

</notifikasi>


Untuk seseorang yang menjanjikannya kuasa, untuk seseorang yang belum lama dikenalnya, Countess Kleine memberitahukan satu kelemahannya untuk Eliza ketahui: untuk apa?

Dahlia seakan-akan ingin memberitahukannya pada sebuah rahasia, seperti penjaga pintu gerbang yang telah menanti seseorang yang memiliki kunci untuk datang dan masuk. Pintu gerbang ke neraka? Mungkin.

Wanita muda bersurai merah muda itu adalah salah satu dari Tiga Administrator Utama. Bisa saja ia berkilah sejak awal kalau dia bukan seorang penyeleksi. Atau, ternyata Eliza adalah satu dari banyak orang yang Eliza temui dan disampaikannya suatu 'naskah' yang sama.

Walau begitu, hanya Eliza yang melihatnya di tengah pagi, bermain-main dengan nyawa.

Kenapa harus dia, Elizabeth Cardis? Apakah semua ini telah diatur oleh yang mempunyai permainan? Apakah kejadian ini ternyata adalah panggung sandiwara?

Konsentrasinya kembali buyar ketika si pemutar kembali ke bagian ketika mereka berdua berdansa. Countess Kleine tampak bahagia. Senyumnya yang merekah, sekilas tidak berbeda dengan biasa Eliza lihat, namun ia paham ada perasaan bahwa sesuatu telah ada pada tempatnya. Insting. Naluri. Entah apa kata yang bisa mendeskripsikannya, tetapi Eliza menyimpulkan kalau Countess Kleine tidak menolaknya. Countess Kleine ada di dekatnya tanpa keinginan yang semu.

Dahlia menariknya lebih dekat.

"Dahlia ... Kleine."

(Kenapa ia mulai peduli sekarang?)

Masih ada pecahan yang hilang. Lagi segalanya terasa sempurna, terasa benar.

Atau, ia telah jatuh ke sebuah jebakan yang jelas di depan mata, untuk yang kedua kalinya?


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro