pertaruhan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Duke Lakspur ... sudah tewas?"

Suara-suara kembali memenuhi ruangan. Pekikan kaget yang terdengar seperti tertahan di antara rongga tenggorokan. Orang-orang yang mulai berbisik satu sama lain. Orang-orang yang menatap Eliza dengan sangsi. Duchess Regelia yang membelalakkan mata menghadap ke arahnya, separuh nyalangnya telah hilang dimakan riuh-rendah keramaian. Countess Kleine yang melihat ke arahnya dengan mulut terbuka, dengan wajah pucat namun matanya terarah pasti.

Eliza menelan ludah, beberapa kali. Rasanya ia ingin menekuk semua jari di dalam sepatunya, atau mencengkeram sesuatu erat-erat untuk menghilangkan rasa gundah yang ia rasakan. Untuk menyingkirkan rasa tegang yang memuncak. Untuk memilah emosi yang berkelebat tidak karuan di dalam dirinya.

"Duke Lakspur dipenjara seumur hidup karena apa yang dia lakukan!" Duchess Regelia menghardiknya. Sontak Eliza menahan nafas, mungkin wajahnya mulai memerah, atau bahkan memutih di bawah kerling mata yang begitu intens, menyalahkan dirinya. "Ketika dirinya memegang akses Sistem, dia menyulut ledakan di berbagai tempat, salah satunya adalah Slum, dan juga kediaman tempat Pesta Seleksi sepuluh tahun yang lalu."

Eliza tahu betul berita itu, tetapi ia menunggu saat Duchess Regelia kembali menjelaskan.

"Memanfaatkan situasi itu, ia meminta saham kesehatan untuk dialihkan sepenuhnya kepadanya, sebelum akhirnya ia berhasil dibekuk oleh Sistem. Ada milyaran credit yang berhasil direbutnya."

Wajah Duchess Regelia yang semula terbakar oleh amarah kini merutuk sendu, seakan melihat sesuatu yang jauh dari pandangan. Ia menunduk sejenak, sebelum mengangkat kepalanya kembali dengan siratan kecut yang sama. Hela nafas panjang yang ia keluarkan seperti pertanda bahwa ia sedang menahan sesuatu, sementara tangan kanannya menarik lengan kemeja kirinya, alih-alih menyembunyikan tangan besi yang seakan belum diketahui orang lain.

"Duke Lakspur hanyalah boneka. Ia telah dibunuh di Slum," Eliza mulai berargumen. "Bila nanti anda memeriksa sel tahanan Duke Lakspur, yang anda temukan hanyalah dummy brain yang mengenakan sebuah skin yang biasa dipakaikan ke virtual avatar."

Countess Kleine memicingkan mata di penjelasan tersebut, "Dummy brain? Maksudmu, basis dari virtual avatar itu sendiri?"

Dummy brain, bukanlah sesuatu benda yang awam di khalayak orang-orang yang melek teknologi seperti para bangsawan. Semua pasti mengetahui paling tidak penjelasan dasar dari 'otak bohongan' ini, karena teknologi ini digunakan untuk membuat virtual avatar menjadi lebih solid dan nyata, walau dengan keterbatasan fungsi panca indera.


<kata benda>Dummy brain</kata benda>

<deskripsi>

Manekin yang merupakan dasar dari virtual avatar sebelum akhirnya memiliki kode khusus yang dicirikan untuk orang yang memiliki avatar tersebut. Sebenarnya, benda dalam bentuk dummy brain tidak bisa didapat cuma-cuma dari produsen, karena mesin pencetak virtual avatar tidak bisa memilah antara bahan awal dan bahan jadi. Setelah seseorang berhasil mengkreasikan dummy brain polos untuk produksi massal, dummy brain dipakai secara luas di masyarakat atas KINGDOM.

</deskripsi>


"Yang anda ingin sampaikan kepada kami, kalau ada banyak orang menggunakan dummy brain untuk membuat identitas palsu?"

Eliza mengangguk pelan. "Tapi hal ini tidak bisa dilakukan pada Society Auction Ball kali ini karena tidak ada yang bisa membuat tinta kertas dan menggandakan sidik jari tulisan surat."

Gemuruh di ruangan memuncak dengan teori-teori. Eliza menangkap Count di sampingnya berbisik ke kursi di depannya mengatakan kalau Eliza berbohong. Walau begitu, banyak deru setuju yang bisa Eliza dengar. Perubahan ekspresi Countess Kleine dan Duchess Regelia juga cukup menjadi bukti bahwa penjelasannya itu masuk akal.

"Dari mana kamu merangkai hipotesis ini?" Earl Gaillardia dengan nada suaranya yang monoton angkat bicara. Duchess Sarachenia tidak lagi sulit diatur di kursinya, ia kini diam dan menjadi salah satu pemerhati yang menunggu.

"Saya punya testimoni dari pembuat dummy brain ini, yaitu Elise Cardis dan ... salah seorang donaturnya," tangan Eliza tegas di samping tubuhnya, hendak segera menekan tombol perintah apabila diperlukan.

Data mengenai pengakuan Madam ada di layar Sistema Cardis, beserta rekaman-rekaman yang sudah Madam kumpulkan selama ia menjual dummy brain ke beberapa kliennya. Hampir sembilan puluh persen dari klien Madam tidak menggunakan dummy brain ini untuk keperluan yang bersifat 'bersih'.

"Saya ... bisa menyerahkan bukti ini untuk diperiksa oleh semua yang ada di ruangan ini, tetapi saya harap data ini tidak jatuh ke tangan orang yang tidak berhak."

Earl Gaillardia mengerjap. Ia kembali berdiri, menyuruh Countess Kleine untuk duduk.

Duchess Regelia yang semula terlihat di puncak amarahnya, telah menarik pandangan nyalangnya dari kerumunan. Ia tidak terlihat malu, malah ia tampak tegar. Pandangannya cerah, tidak lagi tertutup awan ilusi dan dendam. Seperti ia telah mendengarkan sesuatu yang ingin ia dengarkan setelah sekian lama. Duchess Regelia tampak sama ketika ia menawarkan teh kepada Eliza; tenang, lagi prihatin.

Empati yang ada di air mukanya bukanlah sebuah kebohongan.

Countess Kleine di kursinya duduk dengan kedua tangan di atas pangkuan. Ketegangan sudah tidak ada lagi di wajahnya, namun ia tidak sehampa dan sestatis yang Eliza tahu. Ia tidak tersenyum, bibirnya ia tarik di garis datar. Wajahnya tidak lagi pucat, walau masih ada sedikit cemas dari bagaimana Countess Kleine mengetuk-ngetuk lantai dengan sepatunya. Pandangan mata mereka bertemu, hanya dalam beberapa ketukan. Eliza berusaha tersenyum.

"Karena kondisi yang kurang memungkinkan untuk melakukan cross-check, saya akan memegang kata-kata anda untuk saat ini, Baroness Cardis," ucap pria bersurai keperakan itu. "Dari Duchess Regelia, apa anda punya sanggahan lain?"

"Saya ingin rangkuman mengenai apa saja yang telah kita temukan saat ini," Duchess Regelia meminta. "Tentang apa yang terjadi di luar sana, dan tentang 'kebenaran' yang disampaikan oleh Baroness Cardis barusan."

Dua orang Duke yang tadi berdiri untuk membantu Duchess Sarachenia dalam usaha menyambung kembali komunikasi internal Neo-Virtual Area dengan KINGDOM menaikkan tangannya, mereka bersedia untuk mengumpulkan, mengolah, dan menampilkan informasi yang telah dikumpulkan ke layar utama.

Situasi yang mencekam berangsur kondusif. Pembicaraan yang mengalir di bisik demi bisik yang memenuhi ruangan kini produktif mengenai masalah yang mereka hadapi: kemungkinan adanya orang luar yang memanfaatkan Sistem untuk mengunci mereka dari dalam, penggunaan dummy brain untuk aksi peledakan di Ibu Kota, ide-ide untuk menghemat bahan makanan, usul untuk meningkatkan frekuensi komunikasi agar ditangkap oleh satelit.

Memang, dengan adanya ledakan di Ibu Kota, belum tentu tim penyelamat akan segera datang menuju lokasi mereka. Ada prioritas tertentu dalam mitigasi bencana; kondisi mereka terlampau lebih aman dibandingkan orang-orang yang ada di tengah-tengah ledakan. Urusan mereka membongkar sindikat terorisme dan kejahatan KINGDOM bisa menunggu waktu.

Apa yang Eliza haturkan masih berupa 'teori' bagi sebagian orang, lagi tidak ada pilihan lain bagi tiga puluh sembilan kepala di sana untuk menerima hipotesis itu sebagai sebuah fakta yang memiliki bukti.

<daftar>

<i: Administrator yang sudah log off dari Sistem tidak dapat mengakses kembali Sistem.>
<ii: Komunikasi terputus dan piranti komunikasi baru hanya bisa menjangkau dunia luar Neo-Virtual Area selama 3 menit.>
<ii: Percobaan koneksi tingkat lanjut belum di uji coba.>
<iii: Duke Lakspur telah mati, yang mengontrol kejadian sepuluh tahun lalu adalah orang lain.>
<iii: Merujuk pada teori dari [Elizabeth Cardis=kelas:Baron], penggunaan dummy brain sebagai alat bantu kriminal perlu dikaji lebih dalam.>
<iv: Duke Lakspur di kambing hitamkan untuk peristiwa terorisme siber. Pemeriksaan penjara perlu dilakukan.>
<v: Sindikat lain, dengan tujuan terorisme, bergerak di jejaring KINGDOM.>
<v: Ada kemungkinan bahwa bangsawan ada di balik jejaring ini, karena mereka mampu membunuh Duke Lakspur tanpa jejak.>
<vi: Apabila modus operandi sindikat ini sama, kondisi saat ini pun ditimbulkan oleh sindikat tersebut.>

< ... >

</daftar>

Sembari menunggu, Eliza menunduk, kakinya yang awalnya terasa dingin dan berat ketika mengangkat tangannya untuk menyampaikan interupsi, kini terasa ringan. Tekanan yang ia rasakan lambat laun sirna, digantikan oleh sedikit demi sedikit dorongan adrenalin.

'Seorang kepala keluarga harus terlihat percaya diri, walau situasi di lapangan sangat tidak mendukung.' - salah satu petuah yang disampaikan Madam Elise di sela-sela latihan dan tugas.

"Ada yang ingin kalian tambahkan, Duchess Regelia, Baroness Cardis?"

Pertanyaan Earl Gaillardia dijawab Eliza dengan gelengan pasti. Sementara, Duchess Regelia membaca baris demi baris tulisan di layar. Bibirnya menggumam, mengisyaratkan kata demi kata, lalu ia terdiam, monokelnya ia lepas untuk dirinya memijat batang hidungnya.

"Saya masih belum bisa menerima dengan sempurna teori dari Baroness Cardis," Eliza terkesiap. Duchess Regelia kemudian menolehkan kepala ke arah Eliza, dari kursi nomor satu membelah jauh ke kursi nomor tiga puluh satu. "Tapi, saya akan memegang kata-kata Baroness Cardis untuk saat ini. Kita harus memikirkan jalan keluar terlebih dahulu dibandingkan menuduh satu sama lain."

Eliza menghela nafas lega. Duchess Regelia melempar senyum ke arahnya, disertai satu anggukan. 'Terima kasih', ucapnya, tidak dalam suara tapi dalam gerak bibir.

Earl Gaillardia hendak menutup topik tersebut dan bergulir ke masalah-masalah lain yang ada dalam daftar, Eliza menaikkan suaranya sekali lagi.

Ada satu jalan yang tidak terpikirkan di benak Eliza sebelumnya, tidak ketika ia memerhatikan lamat-lamat poin nomor satu dari daftar panjang kesimpulan awal.

"Sa-saya punya usulan," di saat itu, pupil mata Countess Kleine terbuka lebih lebar. "Agar bisa keluar dari sini bagaimana kalau ... kalau kita meretas Sistem?"

Sudah saatnya semua melihat kebenaran.
Sudah saatnya orang-orang yang terkekang oleh masa lalu dan dendam dibebaskan.
Sudah saatnya kepalsuan ditarik dari dasar laut yang menganggap segalanya sebagai rahasia umum, dan ditampilkan ke permukaan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro