Epilog

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sudah enam bulan setelah peristiwa 'penyegelan' Thiye. Aku mengalami koma selama sebulan dan saat terbangun sempat berpikir bahwa selama ini yang kualami hanyalah mimpi. Aku kemudian tersadar kalau itu semua adalah kenyataan ketika ingat bahwa aku sudah tidak memiliki orangtua lagi. Dan sekarang, di sinilah aku. Di tempat peristirahatan mereka yang terakhir. Aku menyimpan sebuket bunga di makam masing-masing; untuk Ayah dan Ibu. Terakhir aku ke sini adalah tepat saat mereka dimakamkan dan aku menangis histeris di pelukan Arga. Ah, Arga. Aku benar-benar rindu anak itu.

Pembangunan kota dan daerah-daerah terdampak bencana lainnnya terus dilakukan. Aku pun ikut menjadi relawan untuk membantu pekerjaan-pekerjaan yang sekiranya bisa kulakukan seperti mengangkut barang-barang untuk keperluan anak-anak, misalnya baju dan makanan.

Setelah kejadian itu, banyak dari anggota Reinc yang terpencar untuk menggapai keinginan mereka. Sesekali aku bertemu dengan anggota Reinc yang lain di saat yang tidak terduga. Seperti saat aku mengantar obat-obatan, aku tidak sengaja bertemu dengan dokter Lian. Atau seperti saat aku mengantar pakaian di daerah pantai, aku bertemu dengan Jati.

Sekarang, aku tidak perlu lagi pusing memikirkan bagaimana pendidikanku. Bukan karena aku putus kuliah atau karena universitasnya hancur, tetapi karena aku sudah mendapat beasiswa penuh sampai S3, terima kasih berkat seseorang. Siapa lagi kalau bukan Pak Ficus? Orang kaya itu bahkan membiayai pengobatanku—ralat, pengobatan kami—sampai benar-benar sembuh. Aku tidak tahu bagaimana lagi harus berterima kasih padanya. Dia hanya berpesan agar aku tidak menyia-nyiakan waktu yang diberikan dan jadilah orang yang berpengaruh agar dunia menjadi tempat yang lebih baik. Tentu saja aku akan mewujudkan itu. Itu sudah seperti utang yang harus aku tuntaskan.

Meskipun baru beberapa minggu berpisah dengan mereka, aku sudah sangat kangen. Apalagi dengan anak menyebalkan itu. Aku jadi tidak memiliki orang yang selalu menempel padaku. Aku jadi tidak punya sahabat untuk ngobrol ke sana-kemari. Tidak punya sahabat untuk menatap langit malam yang penuh bintang seperti yang biasa kulakukan. Tidak punya sahabat untuk diajak saling ejek dan sindir. Tidak punya sahabat untuk saling menceritakan perasaan. Tidak punya sahabat untuk sekadar menyandarkan bahu ketika beban melanda. Tidak punya sahabat untuk dijadikan saudara.

Seakan duniaku hilang setengah. Seakan aku kehilangan sesuatu yang paling berharga setelah orangtuaku. Aku ... tidak punya Arga. Tubuhku bergetar. Tidak terasa mataku berair. Aku memeluk lutut di tengah dinginnya tenda pengungsian. Membenamkan wajahku di antaranya.

"Ga, aku rindu. Aku ... sangat rindu padamu. Arga."

-oOo-

END

Author's Note

Akhirnya! Reinc benar-benar tamat!
Semoga pembaca semua terhibur dengan karya saya ini.

Salam literasi!

Diterbitkan: 12-7-2019

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro