Bab 8

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Lalu kabar tentang pesta pertunangan Raja Matahari menyebar. Mulai bangsawan dan rakyat biasa boleh ikut. Bahkan paginya akan di adakan parade Putri Milica dan Raja Eren. Waktunya hanya 2 Minggu sejak Eren mengatakannya padaku. Dan sejak itu para Dayang dan pelayan sibuk mempersiapkanku untuk pesta. Mulai dari perawatan kulit, aku benar-benar tidak boleh alfa mandi, ya walaupun aku rajin mandi, hanya saja mereka tidak tahu. Makananku juga di cek. Lagipula dengan tubuh kecilku ini, pakaian apapun pasti muat. Aku juga harus ikut kelas tari, padahal aku dulunya pernah ikut kelas balet dengan Arin. Tapi setidaknya aku bisa membuat para Dayang ini guling-guling.

"Aah, gaun ini membuatku terlihat kecil!"

"Kenapa warnanya norak sekali!"

"Kau bercanda aku harus pakai gaun seperti itu di bawah matahari!"

"Riasan macam apa ini, aku bukan tante-tante!"

"Apa cuma ini perhiasan di istana!"

"Kalian memang tidak becus. Sana pergi ke kota dan belikan lagi aku gaun!"

Aku melihat jelas bagaimana wajah frustasi mereka. Mereka tampak lelah, dan sangat kesal, tapi tidak bisa menunjukkan secara langsung padaku. Untungnya Lilia kusuruh mengurus Norin dan Niran, hanya dia yang nampak ramai

"Baik yang Mulia!" Jawab Giana dan Keyra berbarengan.

Setelah mereka pergi, seorang pria tua masuk. Dia adalah kepala pelayan istana sebelah, aku lupa namanya. Dia masuk dengan tenang, lalu memeberiku bungkuk hormat.

"Nona, ini waktunya sesi lukis dengan yang Mulia," ujarnya.

"Baiklah aku akan ke sana, panggil Lilia."

"Baik yang Mulia."

Ini sesi yang melelahkan. Aku harus berpose lama untuk dilukis. Salah satu tradisi kerjaan adalah melukis pasangan kerajaan. Tidak hanya pasangan suami-istri, hanya sebatas kekasih saja harus dilukis. Walaupun hubungan mereka berdua sudah berakhir, lukisan itu tetap akan terpajang di lorong khusus. Entah apa alasannya.

Lilia mempersiapkanku dengan gaun merah jambu, dan putih. Juga memberi hiasa pada rambutku pita bunga mawar pink. Aku merasa seperti boneka BJD, apalagi dengan wajah secantik ini. Setelah siap, aku keluar dari kamar. Aku tidak ingin membawa banyak orang, sehingga Lilia, Norin, dan Niran yang ikut denganku. Keyra dan Giana sudah terlanjur kusuruh menjauh sesaat.

Aku melangkah keluar istana Gold Rose melalui lorong khusus. Biasanya orang akan gugup jika akan dilukis. Tapi aku malah merasa malas membayangkan aku harus berpose sama dengan waktu yang lama. Padahal biasanya dalam 5 menit aku bisa Selfi 10 foto dengan pose berbeda. Andai aku membawa wajah seperti ini ke dunia ku dulu, pasti aku akan menjadi artis.

Dari kejauhan aku melihat Raja namun dia tidak sendirian. Ada seorang wanita yang sedang bersamanya, dan beberapa pelayan di sekitarnya. Wanita itu memakai gaun bangsawan mewah, jelas dia bukan orang biasa. Rambutnya lurus berwarna coklat muda yang berkilau dari kejauhan, matanya yang berwarna hijau bundar menatapku yang mendekat. Parasnya memang sangat cantik, apalagi saat ia tersenyum lugu padaku. Akhirnya ketemu juga, antagonis kedua cerita ini, Eletra Rusalxya.

Dia memang terlihat seperti malaikat di depan Raja dan rakyat. Tapi sebenarnya dia iblis yang terlalu terobsesi dengan Raja dan tahta. Setelah pertemuannya dengan Milica, dia berpura-pura menjadi teman Milica. Dan terus mengatakan bahwa dia sangat mencintai Eren. Diam-diam dia membuat Milica sengsara, namun di depan Milica dia bersikap baik. Wanita ular licik dengan topeng tebal. Saat wanita itu menjadi istri Raja atas permintaan Milica, barulah ia membuka topengnya dan secara terang-terangan menyiksa Milica. Dia juga membuat Milica dibenci oleh pergaulan sosialita dan rakyat. Rasanya sekarang aku ingin menjambaknya seperti saat dia menjamin Milica di dalam Novel.

"Salam yang Mulia," sapaku.

Mata sinis Eletra langsung mengarah kepadanku. Apa dia kesal karena aku mengganggu waktu berduanya denyan Raja. Atau dia terpesona dengan diriku yang sangat cantik ini. Namun dia tidak boleh berlama-lama dengan ekpresi seperti itu di depan Raja.

"Apa anda tuan putri Milica, maaf tidak mengenali anda, ini pertemuan pertama kita. Saya Eletra Rusalxya, senang bertemu dengan tuan putri," ujarnya dengan suara yang sangat lembut.

Aku memegang pipiku. "Sepertinya yang mulia sedang  kedatangan tamu, haruskah saya datang lain kali?"

Wajah Eletra jelas mengatakan, 'Ternyata kau tahu diri. Cepat pergilah dan jangan kembali.'

Raja hanya terdiam dan menatapku dengan datar. Sepertinya aku memang harus pergi. Aku membalikkan badan, namun belum sempat kakiku melangkah, Eren menahanku. Dia memegang pergelangan tanganku.

"Apa aku memperhatikanmu untuk pergi?" Ujarnya.

Aku kembali berbalik. "Tapi anda melihatku dengan datar. Anda tidak suka saya mengganggu anda dengan nona Eletra?"

Dia tersenyum tipis. "Aku hanya mengagumi tuan putri yang sangat cantik. Kau  benar-benar seperti peri."

Eren mencium tanganku, membuatku tersipu malu. Namun secara bersamaan aku merasa aura kecemburuan dari arah Eletra. Gini saja udah buat aku puas. Sepertinya aku tahu bagaimana caraku menyiksanya.

"Baiklah Eren, maksudnya yang Mulia. Mari kita ke aula bersama," ujarku dengan tersenyum lebar.

Eren tertawa kecil, "Kalau begitu kami undur diri dulu Nona Eletra," ujar Eren sambil menarik tanganku.

Sebelum pergi aku memberi senyuman lebar pada Eletra. Sebuah senyum kemenangan. Wah liatlah saat ini wajahnya sangat kesal. Dia sepertinya tidak pandai memasang topeng terlalu lama. Moodku langsung naik melihat ekpresinya.

"Kau terlihat senang sekali seperti habis memenangkan perang."

Benar sekali, aku baru saja memenangkan perang. "Aku penasaran berapa cantiknya diriku saat dilukis."

"Kau pasti yang tercantik di kerajaan ini."

Dia memujiku atau hanya sekedar menggodaku seperti biasa. Tapi gombalan seperti itu tidak mempan. Itu gombalan murahan yang biasanya dikatakan oleh cowok brengsek. Dan setelah itu dimulailah sesi lukis yang sangat lama dan melelahkan. Untung saja aku dan Raja cuma perlu duduk di sofa yang sama.

#

Gadis bercadar itu berlutut dengan satu kakinya di depan Zeron. Gadis itu tidak sendirian, ada teman-temannya yang juga dengan pose yang sama. Mereka adalah sekumpulan penari dan pemusik yang Zeron undang untuk hiburan saat pesta pertunangan Raja. Namun hanya dia yang memakai cadar.

"Kau yang memakai penutup wajah, sebut namamu!" Pinta Zeron.

"Saya Laya Tuan," jawab gadis itu dengan suara lembut yang sangat indah.

"Apa kau akan tetap memakai itu di acara pesta istana nanti?"

"Iya Tuan, ini adalah kepercayaan yang saya anut Tuan."

Dia menggunakan pakaian terbuka yang hanya menutupi dadanya, dia memakai rok panjang, namun dengan belahan di kanan kiri sehingga memperlihatkan kakinya yang kurus itu. Anehnya, hanya bagian wajahnya saja yang tertutup. Namun justru itu yang membuat daya tariknya semakin tinggi. Dari sorot matanya saja sudah terlihat dia adalah gadis yang sangat cantik.

"Baiklah, jangan kecewakan aku nanti."

"Dengan senang hati Tuan."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro