Dandelion

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kamu sangat menyukai sebutan dandelion dari Chanyeol. Sebuah bunga yang identik sederhana bahkan tidak harum semerbak ini, nyatanya mempunyai pesona tersendiri dengan makna jati diri yang ada.

Saat bunga dandelion tertiup angin, maka kepala bunga ini yang bak payung kapas tipis-tipis akan tercabut perlahan-lahan, serpihannya pasrah terbawa arus angin, lalu jatuh di tempat asing, tumbuh berkembang di situ.

Alasan Chanyeol menyebut kamu dandelion adalah pertama karena ini, pahlawan kamu ini menginginkan kamu bisa mudah beradaptasi di lingkungan manapun, mendapati kamu acap keki di tengah keramaian dan tempat asing.

Dulu, Chanyeol kerap menyemangati kamu bahwa kamu adalah seorang introvert yang memang lebih menyukai sepi dan ketenangan, tetapi bukan berarti kamu tidak bisa beradaptasi dengan orang asing, apalagi dalam skala besar. Bukan. Seorang introvert juga bisa mempunyai siklus pertemanan yang lebar jika kamu mau, jika kamu mencobanya, jika kamu kukuh keluar dari zona nyaman. Hingga, kamu perlahan-lahan mencoba itu sampai berhasil, sekalipun kamu tetap saja menyukai sepi dan ketenangan, memang beginilah jati diri kamu sesungguhnya.

Hal lainnya, alasan Chanyeol menyebut kamu dandelion adalah sebab dandelion terkenal dengan bunga yang rapuh, mudah terhempas angin. Sekalipun begitu, tetapi dandelion selalu bisa menjaga keutuhannya dengan kukuh menjaga bagian bunganya tidak rusak. Itulah faktor lain Chanyeol menyebut kamu dandelion, sebab saat masa SMA dulu, kamu tampak sangat rapuh dengan bully yang ada.

Chanyeol menginginkan kamu tetap kuat dengan sisi rapuh kamu yang kadang timbul ke permukaan, tetapi Chanyeol terus menekan agar kamu tetap tegar, membuang rasa takut kepada mereka yang mem-bully, agar tidak membiarkan mereka merasa senang melihat kamu tampak sangat tersakiti. Pada akhirnya, perlahan-lahan kamu pun merubah pola pikir kamu, berubah menjadi tindak nyata untuk masa bodoh dengan omongan negatif orang lain tentang kamu.

Pahlawan kamu ini, terlalu banyak berpartisipasi dalam proses tumbuh kamu. Proses tumbuh menjadi berani, menjadi kuat, menjadi mencintai diri sendiri, dan mensyukuri segala apa yang telah kamu miliki.

Di taman belakang rumah, seiring dengan mentari yang semakin menghangatkan pagi, kamu tengah duduk di bangku kayu, ditemani satu kanvas putih yang sedang kamu ulasi cat warna menggunakan kuas.

Pagi ini kamu sedang melukis padang bunga dandelion dengan terdapat kursi kayu panjang yang diduduki sepasang kekasih bercengkrama tampak dari belakang, nuansa senja.

"Pasti ini aku," ujar Chanyeol yang entah dari kapan sudah berada di belakang kamu, menunjuk lukisan lelaki yang sedang duduk di bangku kayu itu seraya merangkul punggung seorang wanita yang menyandarkan kepalanya ke bahu sang lelaki.

"Dan ini pasti kamu," lanjut Chanyeol dengan telunjuk tangan yang sudah menggeser ke arah lukisan wanita.

Mendapati tebakan antusias Chanyeol, kamu tersenyum simpul.

"Kamu salah," sangkal kamu sembari menengok ke belakang, sedikit mendongak untuk menatap wajah manis Chanyeol.

Bukan menjawab, sebelah alis Chanyeol terangkat.

"Pasti ini aku dan kamu, tidak mungkin yang lain, sudah ketebak sekali tempatnya saja di padang bunga dandelion yang hanya ada dalam imajinasi kamu. Jangan bohong kamu!" sangkal Chanyeol, mencubit cuping hidung kecil jenjang kamu.

"Siapa yang berbohong, nyatanya memang begitu, itu hanya sekedar lukisan pasangan kekasih yang siapapun sah-sah saja menganggap gambar itu adalah mereka," kata kamu, membuat pembelaan. Lalu membenahi posisi duduk, melanjutkan mewarnai langit senja yang ada.

"Dandelion," sebut Chanyeol sesaat kemudian dengan sepasang netra mengamat khidmat cara kamu melukis.

"Hmm?"

"Sudah satu tahun usia pernikahan kita, apakah aku cukup membahagiakan hidupmu, Dandelion?" tanya Chanyeol, nada bass miliknya membuat jantung kamu terasa berhenti sejemang.

***

Penampilan bukanlah sesuatu yang terlalu diperhitungkan oleh Chanyeol dalam memilih teman hidup, musisi hallyu ini justru lebih mengedepankan hal selera musik yang sama. Benar. Wanita idaman Chanyeol dulu adalah sosok wanita yang memiliki selera musik yang sama, suka memasak, dan berkepribadian jujur.

Untuk kamu, dalam hal memasak kamu sangat menyukainya dan jago, berkepribadian jujur juga kamu tipenya. Namun, dalam hal selera musik, kamu sangat bertentangan dengan Chanyeol karena kamu tidak menyukai semua jenis musik yang Chanyeol sukai, kamu justru menyukai musik alam; suara rintik hujan dan debur ombak.

Kadang kamu bertanya-tanya dalam senyap; apakah sosok Chanyeol tidak jenuh dengan kamu yang menjadi manusia dingin? Kadang kamu bertanya-bertanya pada sunyi; apakah sosok Chanyeol merasa nyaman hidup dengan kamu yang tidak sefrekuensi dalam hal musik, padahal idaman wanita lelaki itu adalah yang satu frekuensi? Ah, entahlah, yang jelas kamu sangat mencintai lelaki itu, kamu akan terus mengupayakan lelaki itu agar terus bertahan hidup dengan kamu, egois memang.

Siapa wanita idaman Chanyeol sesungguhnya? Adalah dia; sosok wanita cantik tinggi semampai di ujung sana yang kedua tangannya sedang bergelut dengan adonan roti.

Dialah Han Jieun, sahabat sekaligus mantan pacar Chanyeol.

Kamu tahu sosok Chanyeol sangat mencintai Jieun, mereka berpacaran dari saat SMA hingga sehari sebelum kamu menikah. Lama sekali hubungan berpacaran mereka hingga 12 tahun, pantas saja mereka tampak solid dari dulu, barangkali karena faktor sefrekuensi yang ada--menyukai selera musik yang sama.

Kamu merotasikan mata kamu ke cangkir vanita latte di hadapan. Ada rasa perih menyimak Chanyeol dan Jieun di sana; di dapur toko kue Jieun ini yang memang hanya tersekat dinding kaca pada ruangan berisi jajaran meja dan kursi tempat kamu berada.

Entah kenapa Chanyeol tidak seperti biasanya, suami kamu itu tega sekali malah meninggalkan kamu dan memutuskan ikut membuat kue bersama Jieun tanpa mengajak kamu. Mengesalkan memang, tetapi kamu tidak bisa berbuat apa-apa selain membiarkan mereka berdua asyik membuat kue, toh kamu masih bisa mengawasi mereka dari arah kamu sekarang, tidak masalah sedikitpun.

Lagu akustik milik Chanyeol yang tiga bulan lalu rilis sedang terputar memenuhi seantero ruangan toko Jieun yang bergaya vintage. Gelak tawa Chanyeol dan Jieun sesekali juga terdengar hingga rungu kamu yang sendirian di ruangan pengunjung itu. Kamu merasa risih dengan suasana ini, apalagi tatkala kamu melirik ke sana mendapati mereka berdua asyik bersisian mencetak roti dengan sesekali jemari mereka berdua tidak sengaja bersentuhan. Menyebalkan, kamu ingin segera toko kue ini dibuka agar sosok Chanyeol tidak lagi bisa lengket dengan Jieun.

Kamu menyesap vanila latte hangat kamu. Kemudian kamu memilih melepas alat implan koklea luar kamu agar tersamarkan dari suara-suara risih itu. Menjaga kedua mata kelam kamu agar terus menghindar dari menatap keakraban mereka berdua yang semakin membuat kamu tidak nyaman.

Sudah satu tahun usia pernikahan kita, apakah aku cukup membahagiakan hidupmu, Tuan Park? tanya kamu dalam batin, mengembalikan pertanyaan Chanyeol kemarin pagi.

Dalam imaji kamu, bukan wajah semringah Chanyeol yang kamu dapatkan setelahnya, melainkan sebuah keterpakuan yang lama sebab ragu untuk menjawab dengan kejujuran. Keterpakuan penuh kebisuan itu yang pada akhirnya hanyalah tatapan mata yang mampu menjawab segalanya.

Entahlah, aku ragu, Dandelion. Jawaban itu yang kamu dapatkan lewat bola mata Chanyeol dalam imaji kamu.

Dada kamu sesak. Tatapan kamu pada cairan cokelat susu vanita latte kosong nian. Kamu pakau sendirian, apalagi tatkala kamu mengingat kembali sebuah fakta; sesungguhnya kamulah orang ketiga itu di antara hubungan Chanyeol dan Jieun di setahun lalu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro