I : One Beautiful Soul

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Day 1
Buat cerita yang berawalan "Hari ini ketika aku terbangun, aku melihat ...."

Hari ini ketika aku terbangun, aku melihat wujud ibuku yang berdiri di pintu. Pintu kamarku telah menganga lebar, pasti ia hendak membangunkanku. Belum sempat ia berteriak membangunkanku atau mengguncang tubuhku, aku sudah bangun duluan.

Aku segera bangkit dari ranjang, lalu keluar kamar melewati Mama. Aku terperangah begitu melihat meja makan yang telah dipenuhi oleh berbagai menu makanan.

"Mandi dulu sana, baru sarapan," perintah Mama.

Tanpa sangkalan lagi aku langsung menyiapkan baju dan mandi.

***

Aku sudah menunggu momen di mana aku bisa memakai dress merah selutut ini. Tampaknya saking semangatnya aku untuk hari ini, aku sampai berdiri di depan cermin selama setengah jam, mulai dari merias wajah sampai mengagumi betapa cantiknya aku dalam balutan dress warna merah.

"Michelle, sudah belum?!" Mama berseru di depan.

"Sebentar, Ma." Aku mengambil ponselku di atas meja rias, lalu bergegas ke meja makan dan mendapati keluargaku sudah berkumpul di ruang makan.

"Sorry, sorry ...," ucapku sambil duduk di salah satu kursi.

Tahun baru kali ini tak ubahnya seperti tahun sebelum-sebelumnya. Selepas sarapan bersama, kami akan tancap gas ke rumah buyut kami, berkumpul bersama keluarga besar, mengobrol bersama tentang banyak hal, bersenda gurau bersama para sepupu, dan bagian yang paling kusenangi adalah bagi-bagi angpao, jika semua anggota keluarga hadir pastilah aku akan kaya mendadak. Acara keluarga akan ditutup dengan makan malam bersama dan karaoke bagi tante-tante dan om-omku—Mama juga tak mau ketinggalan. Biasanya sementara mereka tengah menyanyikan lagu-lagu bahasa Mandarin, aku dan sepupu-sepupuku bermain bersama, terkadang main ular tangga, kartu uno, dan lain-lain.

Namun, bagiku tahun baru kali ini terasa amat berbeda. Ada yang hilang, yang membuat keantusiasan tahun baru imlek berkurang.

Saban tahun seorang pria rutin datang ke rumah kami. Membawa motor tuanya dan sebuah kue keranjang di genggaman. Omku yang itu tinggal tak jauh dari rumah kami.

Biasanya ia datang ke rumah kami dulu baru ikut ke rumah buyutku naik mobil Papa. Biasanya setelah mandi aku akan pergi ke teras untuk mencium tangannya, lalu ia akan memberiku angpao. Angpao itu khusus diberikan hanya padaku, ia tak punya uang banyak karena ia adalah seorang pengangguran. Meski begitu, ia menyimpan begitu banyak cerita di masa mudanya, dan cerita-cerita itu yang membuatku betah mendengarkannya selama apa pun.

Ia pria baik hati. Ia terus-terusan berterima kasih kepada keluargaku karena telah peduli pada sang bujang lapuk yang pengangguran itu—begitu katanya, bilang bahwa kami adalah keluarga terdekatnya. Ia sering berkata bagaimana ia tak punya penyesalan dalam hidupnya, meski ia telah banyak melakukan kesalahan yang membuat hidupnya kurang mujur, meski ia selalu gagal dalam percintaan hingga akhir hayatnya.

Ya, pertengahan tahun lalu ia meninggal mendadak karena serangan jantung. Kabar itu pertama kali diketahui oleh tetangganya, lalu tetangganya menelepon mamaku. Hari itu duniaku runtuh seketika.

Om Titus mungkin gagal dalam hidup, tapi ia tak pernah meninggalkan penyesalan atas semua pilihan hidup yang membawanya ke nasib menyedihkan tersebut. Menurutnya, ketika semua telah terjadi, penyesalan tak akan ada gunanya, manusia hanya perlu memperbaiki kesalahan yang ia perbuat sebelumnya, dan sembari menunggu Tuhan membalikkan nasib, hidup itu perlu dinikmati. Semakin diberi cobaan, seorang manusia semestinya makin peka terhadap hal-hal kecil yang patut diapresiasi.

Aku mempelajari semua hal itu dari seorang pengangguran, ia tak punya apa-apa selain hati yang besar. Hal ini membuatku sadar bahwa tiap orang bisa jadi menginspirasi jika kita mengenalnya dengan baik, mengetahui seluk beluk kehidupannya, dan semua ketegaran yang ada dalam seseorang.

Happy Chinese New Year bagi semua yang merayakan! ( ' ')ノ~

Gong xi fa cai ❤️🧧🐯

Tuesday, February 1st 2022

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro