II: Desire

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Day 2
Pergi ke website https://randomtarotcard.com/ klik satu kali kartu di tengah, lalu tulis cerita berdasarkan kartu itu. Boleh diambil meaningnya, boleh sejarahnya.

Keesokan harinya lelaki itu pergi ke sekolah seperti biasa, mencoba bersikap senormal mungkin seakan-akan tidak ada hal luar biasa yang patut diceritakan seisi kelas.

Siapapun di sekolah pastilah kaget jika tahu seorang Revan telah melepas keperjakaan bibirnya demi seorang Vanessa.

Dua orang itu sungguh kontras. Vanessa sang primadona sekolah, aktif dalam organisasi, dan digilai banyak laki-laki. Revan mungkin cowok terpintar di kelasnya, tampangnya tak memalukan amat untuk disandingkan dengan para cowok populer di sekolah, tapi ia tak ubahnya adalah seorang kutu buku, orang yang mengenalnya secara personal bisa dihitung jari.

Zidan, sang teman sebangku menyikut lengannya kala cewek idaman sejuta umat itu lewat bersama gerombolan kawannya. Revan mematung di kursi kantin. Ia tak tahu harus murka pada sobatnya itu karena telah mempermalukan dirinya yang membuat ia terpaksa untuk mengakui perasaannya atau berterima kasih karena telah membuatnya mencicipi bibir sang primadona.

Bibir itu, bibir penuh dan ranum yang terpoles liptint warna kemerahan, ia masih terbayang-bayang bagaimana lembut sekaligus agresifnya bibir itu bertaut dengan miliknya. Dari jarak sedekat itu, mungkin saja Vanessa merasakan detak jantungnya.

Gadis yang telah selesai mengambil pesanan somaynya itu melenggang meninggalkan kios penjual somay, lantas dengan sengaja lewat di depan sang cowok berkacamata yang masih kikuk mengingat semua hal yang ia lalui. Vanessa merogoh sebuah kertas kecil dalam sakunya dan kemudian menggamit tangan sang pemuda, kemudian menaruh kertas itu di tangannya.

Masih terdiam berusaha mencerna situasi, Revan membuka kertas itu. Susunan angka-angka yang dimulai dengan angka kosong dan delapan.

"Aduh, kayaknya gue salah nih," ucap Zidan sama herannya. "Hoki lu seumur hidup dipake sekali?! Gila lu, Van!"

"Nggak tau gue," jawabnya kikuk.

"Wangi banget, Cok!" Mata kedua cowok itu masih tertuju pada gadis berambut panjang yang kian menjauh.

Rupanya Vanessa tak berdusta. Ia sungguh-sungguh suka pada Revan. Kala itu mereka berkomitmen bahwa mereka tak akan pernah menjalin asmara. Sekarang, setelah Vanessa menyerahkan nomor teleponnya dan berniat lebih dekat mengenal sang kutu buku, apakah mustahil komitmen itu akan berlanjut. Apakah letupan asmara ini akan bertahan seterusnya, ataukah hanya antusiasme sesaat.

Kalau ada yang ngeh, ini lanjutan cerita dari salah satu chapter yang ada di DWC tahun lalu (PARACOSM). Kalau mau baca boleh aja sih, judulnya "little explosion", entah hari keberapa. Not my fav kind of story sih, tapi aku lumayan enjoy nulisnya haha, something new lah.

Wednesday, February 2nd 2022

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro