XXV: Art Museum

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Day 25
Buat cerita di mana tokoh utama di hari ke-6 bertemu dengan tokoh utama di hari ke-17

Riuh rendah suara lautan manusia memenuhi halaman dari museum kesenian. Mereka berbondong-bondong berkunjung ke museum yang baru saja buka ini, termasuk aku. Sebagai pecinta seni—tidak juga, aku cuma suka tempat yang aesthetic, tak akan kulewatkan kesempatan mengunjungi museum seni yang berisi peninggalan-peninggalan satu milenia yang lalu.

Museum ini bernuansa oriental. Yang paling unik adalah atap kayunya yang berupa atap jurai serta beberapa ornamen bangunan yang berwarna keemasan. Yah, bisa dibilang bangunan ini bernuansa kuno.

Makin siang, antrean mulai terurai dan kini saatnya aku yang masuk ke dalam museum. Kupindai barcode yang tertera di sebuah proyeksi hologram oleh jam tangan multifungsiku. Kini aku dibawa sebuah benda mirip eskalator yang berjalan horizontal ke depan, benda itu akan membawa para pengunjung mengelilingi museum tanpa harus berjalan dan tak ada kerumunan yang tak beraturan. Jadi museum ini memang ramai, tapi tetap terjaga keteraturan pengunjungnya. Dan tentu saja, eskalator ini berjalan sangat lambat agar para pengunjung tetap bisa membaca 'identitas' dari karya seni yang dipajang.

Di samping kiri tubuhku, kami dapat melihat berbagai karya seni peninggalan dinasti-dinasti yang ada di Cina. Ada lukisan, kriya, dan yang paling banyak keramik-keramik dan juga tembikar porselen yang dilindungi kaca.

Sedang asyik membaca identitas dari karya-karya seni kuno itu yang ditampilkan dari proyeksi hologram, mataku terpana pada sebuah bacaan dari salah satu tembikar porselen khas Dinasti Yuan yang berwarna putih-biru dan mengilap.

Di sana tertulis bahwa tembikar itu dibuat oleh seorang wanita yang bernama Hui Yin pada masa Dinasti Yuan lengkap dengan fotonya yang terpampang.

Aku ... ingat pernah bermimpi sebagai pengrajin tembikar Cina kuno yang bernama Hui Yin. Aku dapat mengingat jelas wajahnya, dan bagaimana orang tuanya merupakan seorang pemilik warung makan. Aku ingat keseharianku membuat porselen, dan bagaimana aku mengenang guruku, Tuan Yegu.

Aku dapat mengingat jelas detail mimpi tersebut. Dan rupanya, orang yang ada dalam mimpiku itu adalah orang sungguhan, yang benar-benar memiliki kehidupan di masa lampau, satu milenia jauhnya dari masa sekarang.


Kalau nggak inget, tema hari ke-6 itu setting tahun 2301, sementara hari ke-17 itu setting Dinasti Yuan. Tokoh utama hari ke-6 Yvainne si guru TK sementara hari ke-17 (meski nggak pernah di-mention nama dari si aku) adalah Hui Yin, yang ketemu orang Mongol pembuat tembikar.

Saya bakal pingsan kejengkang kalau saya nggak liat tema pas udah ngantuk.

Friday, February 25th 2022

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro