Resonating with Hospital 2

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Yu Seong begitu larut dalam perdebatan dengan bocah bernama Hye Seong. Wanita itu tidak menyadari seseorang pria berjas putih berdiri di sebelahnya. Ia baru tersadar saat tangan pria itu menyentuh pundak Yu Seong. Refleks wanita itu mengalihkan pandangan ke arah pria berjas putih itu. Name tag yang tertera di jas pria menyadarkan Yu Seong siapa orang yang berusaha menarik perhatiannya.

"Dokter Ryu Jin? Kenapa anda ada disini?" tanya Yu Seong. Pertanyaan itu menggelitik pendengaran Ryu Jin. Alis pria itu terangkat dan meraih sebagian rambut halus Yu Seong.

"Oh? Kau lupa? Kupikir kau ingin bertemu denganku?" Ryu Jin tersenyum manis berusaha menggoda si wanita berwajah datar. Seperti biasa, wajah Yu Seong terlalu datar untuk menanggapi senyuman dari si dokter tampan. Wanita itu menjawab dengan nada yang datar dan mimik wajah yang datar pula.

"Oh? Aku tidak lupa. Aku kira dokter sedang sibuk hari ini." Tapi Ryu Jin tidak menyerah, ia tetap memainkan rambut Yu Seong dan mulai melemparkan rayuan.

"Aku akan selalu meluangkan waktuku untukmu Yu Seong-ssi, karena aku adalah dokter cintamu." Yu Seong justru mengangkat sebelah alisnya dan menatap Ryu Jin dengan wajah yang tampak meremehkan.

"Pekerjaanmu memang aneh," balas Yu Seong. Spontan, Hye Seong menutup bibirnya sendiri sejak tadi, tertawa terbahak-bahak.

"Hahahaha, apa itu tadi? Hahahaha dokter Ryu Jin, rayuanmu benar-benar menyedihkan!" ledek si bocah 10 tahun. Ryu Jin kini menatap kaku sekaligus malu. Ini pertama kali dalam hidupnya ditertawakan setelah gagal merayu seorang wanita.

"Yak! Anak kecil sepertimu lebih baik diam. Kau membuatku terlihat bodoh," sanggah Ryu Jin yang memalingkan wajah karena malu. Tapi justru tawa Hye Seong semakin keras.

"Bwahahaha ya Tuhan aku tidak bisa berhenti tertawa. Hahahaha dokter, kau benar-benar lucu." Tawa bocah 10 tahun itu jelas melukai harga dirinya yang tinggi. Namun satu hal yang menarik perhatian Ryu Jin. Tawa Yu Seong yang lepas. Kini pria itu ikut tersenyum bersama dua orang di depannya.

"Aku senang kau bisa tertawa seperti ini Yuseong-ssi. Aku harap bisa sering melihatmu tertawa seperti ini." Perkataan Ryu Jin membuat Yu Seong terdiam. Ia baru menyadari sudah lama sekali tawa seperti ini muncul. Terlebih setelah jantung buatan ada di dada Yu Seong.

"Huh, menyebalkan jadi obat nyamuk disini," ucap Hye Seong yang mulai kesal melihat Ryu Jin dan Yu Seong yang semakin dekat. Wanita dewasa itu tersenyum, kemudian mengacak-acak rambut Hye Seong.

"Tidak, kau ini kan rivalnya dokter Ryu jin. Apa kau tidak ingin menggodaku juga?" Perkataan Yu Seong sukses membuat bocah itu ternganga. Wajahnya kini memerah karena malu. Ia memainkan telunjuknya, matanya melirik Yu Seong dan mulai mengutarakan isi hatinya.

"Aku ingin makan siang dengan noona. Aku yang bayar nanti." Ryu Jin menatap kearah bocah itu dalam-dalam. Entah kenapa rasa cemburunya muncul. Padahal yang ada di depannya hanyalah seorang bocah polos yang sakit-sakitan. Sudut mata Yu Seong menangkap tatapan cemburu dari Ryu Jin malah tertawa.

"Hahahaha, kalian berdua lucu sekali Hahahaha"

"Tunggu Yu Seong-ssi, kau menerima janji makan siang dengan bocah itu?" Tanya Ryu Jin yang kini merasa tidak terima.

"Sayangnya Hye Seong akan makan siang dengan ayahnya." Pandangan mereka bertiga berpindah ke arah seorang lelaki bertubuh besar yang kini berjalan tegap mendekati mereka. Lelaki itu berhenti tepat di samping Hye Seong. Tangannya menyentuh pundak bocah itu dan tersenyum ramah ke arah dua orang lawan bicara. Ryu Jin segera menyambut pria itu dan menyapa.

"Dae Suk-ssi, senang bisa bertemu dengan anda." Lelaki bernama Dae Suk itu sedikit membungkuk sebelum menjawab sapaan ramah dari Ryu Jin.

"Dokter Ryu Jin, lama tidak bertemu dengan anda. Apa keadaan anakku lebih baik?"

"Ya, kuharap perkembangan Hye Seong lebih stabil." Pandangan Dae suk beralih kearah Yu Seong.

"Lalu, nona muda yang ada disini..."

"Hanya pasien reguler yang kebetulan pertama kali bertemu dengan Hye Seong" jawaban Yu Seong disambut dengan senyum ramah dari pria bertubuh besar itu.

"Boleh saya tahu nama nona muda?"

"Yu Seong, Jung Yu Seong."

"Kalau begitu saya dan Yu Seong-ssi pamit dulu." Ryujin memotong pembicaraan dengan cepat dan menggandeng Yu Seong. Menarik wanita itu berdiri dari duduknya dan meninggalkan pria besar itu. Pertanyaan muncul melihat tingkah laku Ryu Jin yang seakan-akan berusaha menjauhkan Yu Seong dari pria besar itu. Namun wanita itu hanya diam. Tanpa sadar ia menatap punggung pria berjas putih itu dengan wajah datar. Sesuatu yang tidak benar telah terjadi. Ia tidak tahu apa tapi jelas bukan hal yang baik

Kemudian mereka berdua pergi dari ruang terapi dan berjalan menuju lobby. Ruangan besar itu tidak terlalu ramai, namun beberapa orang berlalu lalang, begitu pula dengan pegawai rumah sakit yang selalu ada disana. Mereka berhenti di depan sebuah vending machine yang menjual minuman soda kalengan.

"Yu Seong-ssi bagaimana menurutmu tentang pria bernama Dae Suk itu?" tanya Ryujin yang sibuk memilih minuman soda. Yu Seong yang dibelakang kini memiringkan kepalanya bingung.

"Hmn? Kenapa dokter Ryu jin bertanya? Aku kira dokter Ryu Jin lebih kenal dengan ayah Hye Seong." Ryujin tidak segera menjawab. Ia menunggu hingga dua kaleng soda keluar dari mesin dan mengambil keduanya. Ia berbalik dan memberikan salah satu minuman soda itu sambil berkata,

"Aku hanya bertanya karena penasaran. Lagi pula aku butuh memetakan potensi persaingan untuk merebut hatimu Yu Seong-ssi."

"Persaingan merebut hatiku? Apa game merayu wanita masih belum berakhir?" Kini Yu Seong bertanya sambil membuka kaleng soda itu. Pandangan keduanya masih saling bertautan. Ryu Jin menelan ludah dan tersenyum lebar.

"Tidak, ini bukan game. Aku benar-benar serius merebut hatimu Yu Seong-ssi." Wanita itu tidak menjawab. Ia hanya mengalihkan pandangan dan menghela napas. Ia masih belum siap jika harus berurusan dengan cinta saat ini.

"Tidak perlu memberi jawaban jika kau masih bingung Yu Seong-ssi. Karena mudah bagiku membaca isi hatimu."

Yu Seong tetap tidak bersuara, namun kali ini matanya kembali menatap langsung ke arah manik mata Ryu jin. Mereka berusaha saling membaca pikiran masing-masing.

"Terimakasih dokter, aku akan mempertimbangkan perasaanmu nanti." Jawaban Yu Seong yang datar tetap disambut dengan senyum lebar. Tanpa sepatah kata apapun Ryu Jin berjalan pergi. Diikuti Yu Seong yang mengekor dibelakangnya sambil menyesap soda ditangannya.

Yu Seong Dan Ryu Jin kini duduk sebangku disebuah lorong sepi rumah sakit. Jarak antara mereka cukup jauh meskipun di bangku yang sama. Ryujin sedikit membungkuk dan kedua sikunya bertumpu di paha. Tak lupa sekaleng soda yang ada di tangan. Pria itu melirik ke arah Yu Seong yang duduk bersilang kaki. Kaki yang jenjang dan postur tubuh yang tegap membuat wanita itu terlihat anggun dimata Ryu Jin. Tidak ada wanita yang seperti Yu Seong sepanjang hidup Ryu Jin.

Pertama kali ia bertemu dengan Yu Seong 3 tahun lalu. Seorang pasien wanita yang datang sendiri tanpa ditemani siapapun. Tidak seperti kebanyakan pasien yang selalu ditemani kerabat atau keluarga. Awalnya ia khawatir jika Yu Seong orang yang sebatang kara. Tapi dari data yang telah dihimpun dari Cheongug Industry menunjukkan wanita itu memiliki keluarga. Bahkan memiliki kekasih yang selalu menjemput saat pulang dari rumah sakit. Namun anehnya saat jantung buatan telah dipasang, tetap tidak ada seorangpun yang datang menjenguknya. Bahkan seorang perawat harus membawanya pergi dengan kursi roda hanya untuk mengurus tagihan rumah sakit. Seperti seseorang yang berdiri sendirian di tengah kehampaan.

Dengan rasa penasaran Ryu Jin memulai pembicaraan.

"Yu Seong-ssi, apa yang ingin kau bicarakan denganku?"

"Tentang tagihan rumah sakit. Seorang perawat mengatakan kepadaku kalau Cheongug Industry yang membayar tagihanku. Apa itu benar?" Yu Seong sama sekali tidak melirik pria itu. Ia hanya menatap dinding kosong di depan. Kini Ryu Jin ikut menatap dinding kosong itu dan memainkan kaleng sodanya.

"Itu benar Yu Seong-ssi. Aku tahu ini tidak sopan, tapi melihat kondisimu seminggu yang lalu cukup parah. Aku memutuskan untuk meminta bantuan beberapa teknisi dan peneliti dari Cheongug Industry untuk membongkar ulang jantung buatan di dadamu. Kami berhasil mengganti beberapa bagian dan memperbaharuinya. Tapi kami belum berhasil membuat pengaturan khusus yang lebih adaptif. Karena kesalahan ini menimbulkan efek samping overreacting secara berkala. Tapi aku tidak menyangka kalau berdampak besar sampai kau harus masuk rumah sakit lagi setelah beberapa jam keluar. Karena itu Cheongug Industry memutuskan untuk menanggung semua biaya perawatanmu," jelas sang dokter.

"Overreacting, apa itu? Apa itu minuman kaleng soda yang baru?" Jawaban Yu Seong membuat Ryujin kembali meliriknya. Ia hanya mendapati seorang wanita dengan wajah datar seakan tidak pernah ada lelucon tadi. Kini Ryujin dalam posisi tidak tahu harus tertawa atau bagaimana. Bahkan pria yang mengenakan jas lab putih itu hanya bisa menatap dengan mulut menganga.

"Dokter Ryu Jin?" tanya si wanita berwajah datar.

"Yu Seong... Setidaknya berikan aku lelucon dengan wajah yang ceria. Kau membuatku ngeri."

"Bukannya kau sendiri yang bilang aku harus menahan emosiku untuk menghindari overreacting."

"Apa menahan emosi sama dengan memiliki wajah datar setiap saat? Sungguh sekarang aku merinding melihatmu Yu Seong." Tanpa sadar Ryujin memanggil wanita disebelahnya tanpa honorfic. Tapi wanita itu sama sekali tidak keberatan. Anggukan dan jawaban yakin dari Yu Seong kembali membuat Ryu Jin tertegun.

"Dengan wajah seperti ini setidaknya aku bertahan selama bertahun-tahun. Jadi aku akan tetap menggunakannya. Lagipula tidak akan peduli dengan apa yang ada dihatiku." Mereka sama sekali tidak bergerak dari posisinya. Keheningan tercipta untuk waktu yang agak lama. Hingga Yu Seong berdiri dan pamit.

"Hanya itu yang ingin kukatakan padamu dokter Ryu Jin. Sampai bertemu lagi nanti." Melihat Yu Seong yang berbalik arah, Ryujin segera menegakkan punggungnya dan memanggil Yu Seong.

"Yu Seong!" Wanita itu berhenti melangkah dan berbalik menatap Ryu Jin dengan wajah datarnya. Wajah datar tanpa emosi yang hampa.

"Jika kau butuh sesuatu, kau bisa menghubungiku. Kau punya kontak account-ku bukan? Aku menunggu kabar darimu." Tak ada jawaban dari Yu Seong. Wanita itu hanya membungkukkan badannya dan pergi meninggalkannya begitu saja.

Pandangan Ryu Jin tidak lepas dari wanita yang berjalan menjuhinya itu. Saat bayangan Yu Seong hilang dari lorong, ia menghela napas dalam-dalam. Kini semua menjadi rumit untuk dirinya sendiri. Ya, untuk dirinya sendiri seorang. Ryu Jin berbalik dan menyusuri lorong terang yang sepi itu. Pikirannya kembali melayang berusaha meraba masa depan. Ia sendiri tidak pernah menyangka akan tertarik pada pusaran yang tidak seharusnya ia ikuti. Meskipun ia menganggap Yu Seong sebagai tikus percobaan, ia sendiri juga tertarik dengan wanita itu. Sebelum penyetujuan pasien masuk proyek Life Generator, sudah ada background check yang valid dari Cheongug Industry. Bagaimanapun perusahaan tidak akan mengambil orang yang beresiko tinggi menuntut perusahaan. Salah satunya dengan menerima orang-orang yang sebatang kara seperti Yu Seong. Bahkan dalam surat perjanjian dituliskan dengan jelas bahwa pasien tidak bisa menuntut perusahaan meskipun itu tindakan mal praktek. Bagaimanapun tikus percobaan pasti akan mengalami mal praktek bukan? 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro