Resonating with Vision 5

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Seorang wanita mengenakan jaket kulit turun dari mobil setelah mendengar kabar yang sangat mengejutkan baginya. Ia berlari menuju gedung maskas kepolisian tempatnya bekerja. Ia mengabaikan orang-orang yang melihatnya dengan pandangan tidak suka lantaran telah mengacaukan orang-orang yang berlalu lalang di lobby. Tanpa ampun ia menekan tombol lift berkali-kali sampai pintu lift terbuka. Ia buru-buru melawan arus orang-orang yang keluar hingga ia bisa menapakkan kaki di lantai lift. Sekali lagi ia menekan tombol lift berkali-kali ke lantai 5. Telapak kaki wanita berambut pendek itu tidak berhenti mengetuk lantai. Begitu pintu terbuka ia berlari menyusuri lorong gedung.

Di ujung lorong meja kubikal yang tersusun berbentuk U kini kosong. Mata Ha Neul mengedar ke seluruh ruangan. Ia mendapati ruangan atasannya yang ramai. Tanpa pikir panjang wanita itu berlari dan memasuki ruangan itu. Semua mata kemudian tertuju padanya. Sorot mata menyesal, kecewa sekaligus sedih memenuhi ruangan.

"Aku mendengar Jun Hwan dalam bahaya. Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Ha Neul. Wanita itu kemudian memandang satu per satu pasang mata di ruangan itu. Ia mencari jawaban dari pertanyaan yang baru saja ia utarakan. Seorang pria yang berpangkat lebih tinggi akhirnya membuka suara.

"Jun Hwan ditemukan tewas mengambang di sungai Han."

Raut wajah terkejut kini terpatri jelas dan tangan Ha Neul mengepal kuat.

"Tunggu apa orang itu benar-benar Jun Hwan? Nne, itu bukan Jun Hwan bukan?" tanya wanita itu lagi.

"Mayat itu sudah dipastikan benar-benar Jun Hwan yang kau kenal. Wajah, sidik jari dan DNA, semuanya sesuai dengan Jun Hwan."

Ha Neul jatuh terduduk dan menangis sejadi-jadinya. Wanita itu tidak menyangka akan kehilangan pria yang ia cintai. Jun Hwan adalah pria impiannya. Tinggi, gagah, dan tampan. Sayangnya saat pertama kali bertemu dengan Jun Hwan, pria itu sudah terikat oleh seorang wanita yang juga luar biasa. Jung Yu Seong, kekasih Jun Hwan yang dikagumi banyak pria. Memiliki paras yang cantik dan tegas. Tubuhnya terlihat tinggi semampai, namun para instruktur dan senior selalu memujinya. Divisi Cybercrime yang terkenal dengan taktik dan kemampuannya menyergap para pengedar narkoba atau para buronan, adalah salah satu divisi elit kepolisian. Tentu saja dengan segala kemampuan dan kharismanya Yu Seong berhasil menyulut api cemburu di hati Ha Neul. Tapi jauh dalam hatinya, Ha Neul menyadari bahwa dirinya tidak mungkin menyaingi Yu Seong. Namun anggapan itu berubah setelah ia mendengar kabar kekasih Jun Hwan harus keluar dari kepolisian dan dirawat di rumah sakit karena penyakit jantung. Tentu ini kesempatan emas bagi Ha Neul. Sejak saat itu, ia mulai mendekati Jun Hwan.

Sedikit demi sedikit ia mengetahui beberapa hal tentang Jun Hwan. Ambisi Jun Hwan untuk melampaui Yu Seong. Keinginan pria itu untuk mendapatkan jabatan tinggi. Harapan untuk bisa berkeluarga bersama seorang wanita dan hidup makmur berkecukupan. Ha Neul menyadari bahwa ketamakan Jun Hwan semakin  besar seiring jabatannya yang semakin meningkat. Kasus pembunuhan yang sedang diinvestigasi Jun Hwan selama sebulan terakhir bisa menjadi jembatan untuk menaikkan pangkat dan jabatan. Entah kenapa pria itu begitu yakin dengan keberhasilannya. Sayangnya semua sudah menjadi abu.

Sejak kapan semuanya berubah menjadi seperti ini? Pertanyaan itu pasti terngiang di kepala Ha Neul. Tapi ia belum bisa menemukan jawabannya. Meskipun begitu sudah terpatri di benaknya, siapapun yang membunuh Jun Hwan pantas mendapatkan hukuman. Pelan-pelan Haneul mulai mengingat aktivitas dan perkataan terakhir Jun Hwan. Pria itu sedang menginvestigasi pembunuhan para pengguna jantung buatan. Para korban pengguna jantung buatan khusus yang dibuat oleh Cheongug Enterprise.

Kebetulan sekali Yu Seong sebagai salah satu pengguna jantung buatan itu. Tak ayal mantan pacar Jun Hwan cepat atau lembat pasti akan terlibat dalam kasus ini. Dugaan polisi, pembunuhan ini muncul karena adanya malpraktek pada jantung buatan para korban. sayangnya pembunuhan terjadi lagi, namun di tempat yang diluar perkiraan para polisi. Cheongug Industry Private Hospital yang masih tergabung dalam Cheongug Enterprise jelas membuat alibi untuk pihak Cheongug Enterprise. Pembunuhan itu merepresentasikan bahwa Cheongug Enterprise tidak terikat dengan pembunuh. Terlebih pada kamera CCTV terekam jelas bahwa seseorang telah menyamar sebagai cleaning service masuk ke kamar korban. Tak hanya itu, korban juga ditemukan oleh Yu Seong dan seorang perawat. Secara tidak langsung, mata para penyelidik terarah kepada si "cleaning service".

Jun Hwan yang menyadari Yu Seong sebagai saksi pembunuhan. Karena itu ia mencari Yu Seong sebelum akhirnya jenazahnya ditemukan. Ha Neul masih mengingat betul, Jun Hwan pamit untuk menemui Yu Seong pagi itu. Jika insting yang melekat di otak Ha Neul tidak salah, maka Yu Seong tahu betul apa yang terjadi saat Jun Hwan menghilang.

"Bagaimana dengan hasil autopsi jenazah?" tanya Ha Neul.

"Luka tembakan di kepala. Tubuhnya juga dipenuhi air karena di tenggelamkan di sungai," jawab sang atasan.

"Kalau begitu, mobil yang dibawa Jun Hwan. Ada di Cheongug Industry Private Hospital?" tanya Ha Neul lagi.

"Bagaimana kau bisa tahu?" tanya sang atasan yang kini membelalak khawatir.

"Jadi itu informasi rahasia? Kalian berusaha menutupi bukti itu?! Apa kalian gila?!" seru Ha Neul yang mulai termakan emosi.

"Jangan bodoh melanjutkan investigasi Jun Hwan! Apa kau masih tidak mengerti apa yang terjadi pada Jun Hwan. Mereka sudah memberi kita semua peringatan. Aku tidak terlibat lagi dengan ini semua. Tidak, tidak ada satu orangpun yang akan terlibat lagi! Sudah cukup satu orang saja yang mati karena investigasi ini!" bentak sang atasan.

"Oke terserah! Aku akan menyelidikinya sendiri!" balas Ha Neul dengan penuh emosi.

Wanita itu keluar ruangan meninggalkan semua orang. Namun tidak ada satupun orang yang berani mengejar. Tidak pula teman-temannya.

Ha Neul berjalan cepat-cepat menuju area parkir. Ia segera masuk ke dalam mobilnya tanpa memperhatikan sekeliling. Begitu cekatan ia memasang sabuk pengaman dan menyalakan mesin mobil. Tapi aktivitasnya terhenti setelah ia merasakan benda metal menyentuh kulit bawah daun telinga. Seorang pria menggunakan mantel eboni bernama Lee Dae Suk menodongkan senjata api ke arah haneul.

"Siapa kau?" tanya haneul

"Kau tidak perlu tahu itu," jawab Dae Suk tanpa emosi

"Apa yu Seong yang mengirimmu?" tanya Ha Neul lagi.

"Yu Seong? Tidak, wanita itu lebih sulit diikuti dari yang kubayangkan. Kalian sangat jauh berbeda," balas Dae Suk yang sebenarnya tidak suka mengobrol di saat seperti ini.

"Kalau begitu apa kau yang membunuh Jun Hwan?" tanya Ha Neul lagi.

Ia mulai menyesali perbuatannya. Seharusnya ia mendengarkan apa kata atasannya. Ia tidak menyadari bahwa ia sedang diawasi. Tentu Jun Hwan juga sudah diawasi sejak lama.

"Itu bukan urusanmu," kata Dae Suk.

"Apa alasanmu berusaha membunuhku?" tanya Haneul terakhir kali dalam hidupnya.

"Bukankah jawabannya sudah jelas," ucap Dae Suk menutup pembicaraan mereka berdua.

Daesuk menembak kepala Haneul.

"Karena aku diperintahkan untuk membunuhmu." Lanjut Daesuk.

Pria itu kemudian berjalan keluar dari mobil. Ia menyusuri lorong parkir sambil sesekali melirik ke arah CCTV. Setelah keluar dari area parkir, pria itu membaur diantara kerumunan orang.

Di lain tempat. Ryujin memasuki ruangan yang sangat ia kenal. Dibalik pintu ia mendapati Yu Seong yang berdiri di depan jendela. Pria itu berjalan mendekati wanita pengguna jantung buatan. Dan yu Seong berbalik arah setelah mendengar langkah kaki Ryujin. Dengan bibir menjungkit pria itu menyapa Yu Seong.

"Senang sekali rasanya bisa menemuimu lagi. Aku yakin ada banyak pertanyaan yang ingin kau tanyakan. Aku akan menjawab semuanya," tawar sang dokter.

"Apa yang kau rencanakan sebenarnya? Kenapa Hye Seong harus menggunakan jantung buatan seperti aku?" tanya Yu Seong dengan suara yang lirih.

"Sudah jelas bukan? Karena dia dalam posisi yang sama sepertimu 3 tahun yang lalu," jawab Ryujin yang santai.

Pria itu kini berdiri tepat di depan Yu Seong. Mengamati seluruh jengkal tubuh wanita itu.

"Apa kau berencana menjadikannya baterai sepertiku?" tanya Yu Seong lagi.

"Kau masih belum menjadi baterai seperti yang aku inginkan. Ingat kataku kemarin? Aku hanya butuh jantungmu berdetak. Tapi aku yakin kau tidak mau hidup seperti itu. Jadi aku berpikir Hye Seong bisa menjadi penggantimu. Dia masih muda, ayahnya bekerja sebagai pembunuh bayaran ironis sekali bukan? Singkat kata, lee Daesuk memilih membunuh orang lain. Sebagai gantinya aku memberikan jantung buatan untuk Hye Seong. Well... Kalau kau mau menggantikan Hyeseong, tentu saja aku menerima. Kita bisa membuat perjanjian baru," jelas si pria berjas putih.

Yu Seong menatap Ryu Jin sejenak. Kemudian bertanya lagi.

"Semuanya seperti sudah diatur olehmu. Apa semua sudah berjalan sesuai keinginanmu, Ryu Jin?"

"Sebagian kecil. Tapi itu sudah cukup untuk mempersiapkan masa depan," jawab pria itu yakin.

"Masa depan seperti apa yang kau lihat?" tanya Yu Seong untuk kesekian kalinya.

Ryujin menghapus jarak antara dirinya dengan Yu Seong. Tangannya bergerak ke sebuah tonjolan segi enam di dada Yu Seong.

"Perang 15 tahun yang akan datang, semua orang akan mencariku. Satu-satunya orang yang bisa mengembangkan linkercore. Saat itu kita semua lari menuju lautan. Tapi sayang, kapal kita tertangkap. Disitulah aku melihat orang-orang itu mengambil paksa linkercore-mu. Lalu aku berdoa, kemudian aku membuka mataku. Kemudian aku berada di depan vending machine lobby rumah sakit beberapa waktu yang lalu," kata pria itu.

"Kau ini bicara apa sebenarnya? Aku tidak mengerti," keluh Yu Seong.

"Kau tidak perlu mengerti sekarang. Tapi suatu hari nanti kau akan mengerti. Mungkin 15 tahun yang akan datang kau baru mengerti," balas Ryu Jin.

Yu Seong hanya bisa menatap mata Ryu Jin. Berusaha membaca pikiran pria itu. Tapi ia tidak kunjung mendapat jawaban. Namun ada satu hal yang bisa Yu Seong simpulkan. Pria berjas putih itu hanya membicarakan tentang masa depan. Seolah-olah masa depan itu sudah menjadi masa lalu. Yu Seong menghela napas. Seandainya bisa Yu Seong ingin kembali ke masa lalu. Tiga tahun yang lalu tepatnya. Sekarang mati seakan-akan terdengar lebih baik di hati Yu Seong ketimbang hidup. Tapi ia tidak bisa mati sekarang. Masih ada nyawa dan kehidupan Hye Seong yang harus ia jaga. Setidaknya, sampai pesannya diterima bocah itu.

"Seperti keinginanmu. Aku akan menggantikan Hyeseong. Berjanjilah kau tidak akan pernah menggunakan jantung buatan Hye Seong untuk eksperimen," tantang Yu Seong

"Dengan senang hati aku akan mengabulkan keinginanmu. Tapi boleh aku meminta satu ciuman?" goda si pria berjas putih.

"Apa bayarannya?" todong Yu Seong.

"Oh ayolah, aku sudah tau setiap inchi tubuhmu meskipun baru diatas meja operasi. Jadi kau tidak perlu khawatir. Terlebih aku tidak akan pernah mengkhianatimu," kilah Ryu Jin.

"Omong kosong," sindir Yu Seong.

"Seandainya aku mengkhianatimu. Kau tidak akan pernah berdiri di depanku sedekat ini Yu Seong-ah," sahut Ryu Jin.

Sang dokter mengambil langkah mundur kemudian menarik dagu Yu Seong.

"Kau tidak perlu khawatir. Kau akan hidup lebih lama dari yang kau kira. Aku janji itu," ucapnya.

Ryujin melepaskan dagu Yu Seong dan berjalan menjauhi wanita itu.

"Kita akan bertemu lagi nanti, my love."

Pria itu benar-benar meninggalkan ruangan kali ini. Membiarkan prasangka dan pikiran Yu Seong menjelajah liar mencari arti setiap kata yang telah terucap.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro