Resonating with Vision 4

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"In Hong-ah," pria yang mengenakan jas cokelat berhasil mengalihkan perhatian sang pria bermantel cokelat.

"Mau apa kau Ryu Jin," balas In Hong dengan nada sarat akan kemarahan. Bukan karena keduanya saling membenci, tapi karena In Hong tidak suka diinterupsi.

"Mengamankan tikus kesayanganku," balas Ryu Jin. Bahkan pria itu tidak melupakan ekor bibir yang menjungkit ke atas. Sedangkan In Hong berdecak tidak suka dengan jawaban sahabatnya.

"Aku sedang membereskan informasi bocor Ryu Jin. Kau bilang sendiri bukan? Jangan sampai informasi kita bocor ke publik," jelas In Hong yang kini berjalan mendekati Ryu Jin.

"Dia tikus laboratoriumku In Hong-ah. Aku sudah mengatakannya bukan? Jangan pernah ikut campur dengan persiapanku," ucap Ryu Jin yang juga bergerak mendekati sang lawan bicara. Kini mereka berdua saling berhadapan. In Hong dengan tatapan penuh amarahnya dan Ryu Jin masih dengan senyuman aneh yang tidak luntur sejak tadi. Mereka saling menatap selama beberapa detik hingga pria bermantel abu-abu menghela napas. Dengan satu kali gerakan, para pengawal In Hong menurunkan senjata dan mundur dari posisinya.

"Aku harap kau sudah memperhitungkan ini, Ryu Jin." Kata-kata In Hong justru membuat raut wajah Ryu Jin semakin aneh.

"Aku hanya ingin polisi tidak berguna itu mati dan nona Yu Seong yang cantik tetap hidup. Seperti yang kau lihat rencanaku berhasil. Aku menantikan kerjasama yang lebih menarik lagi nanti," ucap pria itu.

"Ya, ya... Terserah." Pria bermantel abu-abu itu kemudian pergi dari ruangan. Tak lupqa para pengawalnya yang juga menyeret tubuh Jun Hwan keluar. Sedangkan si pria bermantel cokelat kini duduk di ujung brankar tempat Yu Seong terbaring.

Kedua tangan Ryu Jin mencengkeram bahu Yu Seong. Tatapan mereka saling bertemu.

"Kalau aku menjadi dirimu, aku tidak akan mengatakan apapun kepada polisi bodoh itu. Tapi kau sengaja membuat polisi bodoh itu datang ke sini. Apa kau memang sengaja ingin membunuhnya Yu Seong-ah?" tanya pria bermantel cokelat. Tapi Yu Seong hanya mengalihkan pandangannya ke arah tempat Jun Hwan meregang nyawa.

"Tak apa kalau kau tidak mau mengatakannya. Aku bisa mengerti betapa terkejutnya dirimu. Tapi aku tidak bisa membiarkan informasi bocor lebih jauh lagi." Ryu Jin melepaskan Yu Seong dan berjalan menuju nakas. Ia kemudian membuka laci dan meraba isi laci sampai ia mendapatkan sebuah Nerve device. Alat itu sengaja Yu Seong sembunyikan supaya ia bisa mengakses internet. Wanita itu bahkan tidak mengerti bagaimana Ryu Jin bisa menemukan alat itu.

"Aku akan menyita ini untuk sementara waktu. Sejujurnya aku menghargai usahamu Yu Seong-ah, hanya saja aku tidak menyangka kau akan bekerjasama dengan polisi bodoh itu. Seharusnya kau tidak perlu repot-repot meretas akunku, kau perlu menanyakan apapun yang ingin kau tau kepadaku. Aku akan menjawab semuanya," jelas Ryu Jin.

"Kenapa kau tidak membunuhku?" tanya Yu Seong yang akhirnya angkat bicara.

Ryu Jin kembali mendekatinya. Pria itu kemudian menunjuk dada Yu Seong. Tangannya memegang sesuatu yang menonjol di tengah-tengah dadanya.

"Apa kau pernah berpikir dalam tubuh manusia ada banyak jaringan seperti jaringan syaraf, pada aliran darah, dan lainnya? Jaringan inilah yang membentuk tubuh manusia dan juga menghidupi manusia. Untuk hidup tentu jaringan-jaringan ini membutuhkan energi dan menghasilkan energi. Sehingga tubuh manusia memiliki energi dan komponen yang menghasilkan bioelektromagnetik."

"Terdengar mudah di cerna bukan? Dalam tubuh manusia terdapat energi kehidupan yang membuat manusia hidup. Para ilmuan boleh menyebutnya bioelektromagnetik. Aku hanya ilmuan yang berpikir sedikit out of the box. Bagaimana kalau energi bioelektromagnetik ini bisa disimpan dalam suatu wadah tertentu? Bukankah itu hal yang menarik?"

"Jadi aku melakukan percobaan siang dan malam sampai aku menemukan caranya. Bioelektromagnetik bisa didapatkan dari kandungan mineral yang bergerak dalam tubuh sel hidup. Dalam pergerakan/aktivitas sel hidup itu, terdapat energi yang dikeluarkan. Dari energi yang dikeluarkan itu akan diambil sebagian. Meskipun ada efek samping yang mempengaruhi sel-sel percobaan. Energi ini dapat di simpan dengan cara diubah menjadi bentuk energi yang lain. Dengan kata lain seperti baterai yang diisi ulang."

"Bayangkan jika tubuh manusia atau hewan sengaja diambil energi bioelektromagnetiknya dan disimpan di dalam sebuah baterai. Itulah dirimu Yu Seong. Sebuah baterai energi yang hidup. Tentu saja ada sesuatu yang membedakan dirimu dari baterai-baterai yang lain. Kau memiliki potensi menyimpan 60 persen lebih besar, itu berarti kau punya energi kehidupan yang sangat besar dalam tubuhmu. Aku sangat menginginkan energi ini, tidak aku menginginkanmu supaya bisa terus menghasilkan energi. Kau tidak perlu khawatir dengan yang lainnya. Kau hanya cukup hidup, bernapas, dan jantungmu terus berdetak. Kalau kau mau, aku bisa membuatmu masuk dalam tidur panjang. Jadi aku lebih mudah mengambil Linker Core di dadamu," jelas Ryu Jin.

Si pria bermantel cokelat bergerak mendekati pintu ruangan.

"Itu informasi yang bisa kuberikan padamu hari ini Yu Seong-ah. Aku menantikan dirimu nanti di waktu yang tepat. See ya my love," ucap Ryu Jin yang kemudian pergi meninggalkan Yu Seong sendirian. Suara napas panjang Yu Seong terdengar menggema di ruangan kecil yang kembali suram. Bubur kimchi yang ada di depannya masih tampak seperti tidak pernah disentuh. Jelas Yu Seong tidak bisa mengembalikan napsu makan yang sudah hilang entah kemana. Ia meraba nakas dan mengambil remot kontrol brankar. Setelah sandaran kepala brankar turun sesuai keinginan, Yu Seong menarik selimutnya tinggi-tinggi. Tubuhnya tertutup sempurna seperti mayat yang ada di kamar mayat. Untuk kedua kalinya setelah sekian tahun lamanya, ia menangisi dirinya sendiri.

Para perawat tidak berani mengganggu Yu Seong. Mereka hanya membereskan nampan makanan yang tidak lagi disentuh wanita pengguna jantung buatan itu. Bahkan para perawat tidak lagi protes dengan nampan makanan yang sama sekali terbuka dari plastiknya sejak kemarin. Beruntungnya selang infus yang masih menancap di pergelangan tangan Yu Seong menjaganya dari dehidrasi. Meskipun demikian para perawat diam-diam membicarakan Yu Seong saat berada di luar ruangan. Yu Seong salah satu pasien yang terlalu lama berada di rumah sakit. Kebanyakan perawat dari lantai 4 mengenalnya sebagai wanita sebatang kara yang tidak punya sahabat ataupun kerabat. Ia juga tidak bisa mengakrabkan diri dengan para perawat dan tidak juga akrab dengan pasien yang lain. Para perawat yang sering bertemu dengannya juga tidak benar-benar mengenali Yu Seong.

Pagi ini pun sama, Yu Seong tetap tidak menyantap makanan yang disediakan. Ia hanya diam merebahkan punggungnya. Ruangan yang sepi dan dingin itu kemudian digebrak keras hingga Yu Seong membuka matanya karena kaget. Saat ia berusaha bangun, sinar matahari hari seketika membutakan mata sejenak. Dari arah jendela siluet seorang bocah yang berdiri memegang tiang infus terlihat.

"Yu Seong Noona!" seru bocah itu saat berjalan mendekati brankar.

"Hei bocah tengik tutup lagi koredennya! Aku bisa buta kalau begini terus!" balas Yu Seong dengan nada tidak suka.

"Noona mau tidur sampai kapan?! Noona lupa sama janji untuk makan siang bersamaku?!" jawab si bocah tidak kalah sengit.

"Iya aku lupa. Memangnya kenapa? Kau tidak suka? Pergi sana! Jangan ganggu istirahatku!" bentak Yu Seong. Si bocah terdiam sejenak tapi ia tidak mau pergi dari ruangan itu.

"Dokter Ryu Jin bilang besok aku harus operasi penggantian jantung. Jadi aku akan pakai jantung buatan seperti Noona. Aku cuman ingin mengajak Noona makan siang sebelum aku mulai puasa nanti malam. Aku juga ingin bertanya bagaimana rasanya menggunakan jantung buatan."

Yu Seong tertegun mendengar penjelasan Hye Seong. Tangannya mengepal kuat-kuat dan giginya saling bergetar menahan emosi. Reflek Yu Seong memalingkan wajahnya menghindari kontak mata dengan si bocah.

"Selamat kalau begitu. Noona akan menemuimu nanti setelah operasi. Sekarang Noona tidak bisa. Jadi tolong kembali saja ke kamarmu," ucap Yu Seong dengan nada yang agak bergetar. Si bocah menunduk lesu sekaligus kecewa.

"Baik Noona. Hye Seong kembali ke kamar," ucap bocah itu sambil mendorong tiang infus menuju pintu ruangan. Tak lama kemudian si bocah meninggalkan ruangan dingin itu.

Saat pintu ruangan tertutup, Yu Seong bergerak meraih tombol yang menjulur ke brankarnya. Ia memencet tombol itu, dan tak lama kemudian seorang perawat datang menemuinya. Sang perawat kini dengan canggungnya berdiri di samping brankar. Namun tidak bisa mengutarakan satu katapun setelah melihat Yu Seong duduk seakan-akan tidak ada satupun yang salah dari diri wanita itu.

"Perawat Kim, tolong panggilkan dokter Ryu Jin. Aku ingin menemuinya sekarang juga."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro