Satu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Dia bergemeletuk dingin. Diusap-usapnya pula telapak tangan yang membeku pada lengan. Sesekali juga meniupi telapak tangan itu sembari memejam, mengkhayal kehangatan rumahnya yang nyaman.

Namun, itu hanyalah kenangan. Sebuah hal yang lalu dan berbeda sekali dengan realitas keadaan.

Bocah yang sudah membiru itu memutuskan berdiri dari sandaran dinding kotor di pojok gang itu. Ia menjeritkan sesuatu. Namun, tidak ada yang mendengarnya atau memang mereka pura-pura tidak tahu menahu. Ia pun kemudian ambruk di tumpukan salju.

Di celah gedung di samping-sampingnya itu, ia terlentang dan berpikir akan mati membusuk--oh tapi membusuk di musim dingin seperti ini tidak mungkin--atau mungkin terpikir dimakan hewan pengerat yang kelaparan saat mendadak bangun dari hibernasi.

Seharusnya ia tidak boleh mati, pikirannya yang lain mengatakan begitu. Boleh, tetapi seharusnya bukan sekarang. Ada adiknya yang mungkin juga sekarat di kota seberang. Setidaknya ia ingin menemui adiknya itu sebelum adiknya pergi, baru ia akan pergi menyusul dengan tenang. Namun nyatanya ia sudah tidak kuat.

Mungkin dia dulu yang akan pergi, baru adiknya yang meskipun sekarat tapi masih hidup dengan kehangatan di sana.

Mengingat fakta itu membuatnya iri. Seharusnya ia menuruti perkataan ibunya. Tidak senekat ini mencari obat untuk adiknya itu. Namun, ia tidak kuasa melihat derita adiknya. Saat ia dipukuli oleh perampok-perampok jalanan, yang ia ingat ada adiknya yang kesakitan di rumah. Ia juga sudah berusaha melawan tetapi apa yang dapat bocah dua belas tahun itu lakukan sendiri tanpa pengawalan orang dewasa melawan preman-preman jahanam?

Uang untuk membeli obat yang cukup mahal untuk adiknya itu dirampas. Dirinya juga dipukuli seperti pencuri. Badannya pun membiru karena lebam akibat pukulan-pukulan yang ia terima. Selain itu, kebiru-biruan yang ia dapat karena ia juga sudah hampir seharian di kedinginan ini. Kakinya serasa patah itu juga tidak dapat membawanya ke mana-mana.

Baiklah. Ia akan mati saja, terkubur oleh salju putih dan hitam yang tiba-tiba jatuh dari langit.

"Hei nak."

Gadis itu tersentak.

Ia kemudian bangun dari suatu alas yang keras.

Ada seseorang bertopeng hitam yang dan memakai tuxedo hitam rapi berdiri di depannya.

"Si-siapa kau? Di-dimana ini?"

"Aku adalah Hitam. Dan di sini adalah tempat kosong."

Mendengar jawaban aneh, gadis itu berdalih sendiri.
"Oh aku pasti sedang bermi-" Namun, ia teringat keadaan terakhirnya. "Apa aku sudah mati?"

Orang bertopeng aneh tersebut mengangkat bahu. Hal itu malah menjadikan si gadis merebakkan matanya. Ia mulai menangis sembari memegangi dirinya sendiri.

"Aku yang malang. Mengapa bisa seperti ini."

Gadis itu mengasihani dirinya sendiri padahal ia tidak mendapatkan jawaban yang pasti. Ia meringkuk di atas batu berwarna abu-abu dengan campuran hitam tourmalin itu.

Cukup lama gadis itu menangis sembari meretoriskan pertanyaannya. Ia akhirnya memberhentikan tangisnya. Sembari menyeka air mukanya, ia melihat orang bertopeng itu duduk tidak jauh darinya sembari bersila kaki menghadap si gadis.

"Berapa lama aku menangis? Mengapa aku tidak merasa mataku perih atau mengantuk?"

"Sudah kubilang kau ada di ruang kosong yang tidak memiliki batasan apa pun. Di tempat yang benar benar kosong. Hanya ada aku hitam dan kau putih."

Pria hitam itu menunjuk tubuh gadis itu. Perkataan hitam itu benar apa adanya. Gadis itu mengamati tubuhnya yang benar benar putih, mulai dari kulit hingga gaun panjang yang ia kenakan serta tak luput juga rambutnya putih.

"Jadi, siapa kau? Bagaimana kau bisa sampai di sini?"

Kali ini pria hitam itu bertanya balik pada si gadis.

"Aku tidak tahu namaku. Aku hanya ingat kalau aku sekarat di gang sempit saat musim dingin," kata gadis itu sembari mulai turun dari batu dan menghampiri si hitam yang duduk bersila di hadapannya.

"Baiklah, berarti kau kurang lebih mirip sepertiku. Kau akan kupanggil Putih," katanya sembari beranjak berdiri di depan gadis itu.

Tinggi pria itu sekitar satu setengah kaki di atas si gadis. Hal itu membuat gadis itu cukup mendongak untuk menatap lawan bicaranya lantaran tingginya saja tidak sampai 4,5 kaki seperti tinggi rata-rata anak seusianya.

"Hitam. Kalau begitu bagaimana kau bisa berada di sini?"

Hitam cukup lama menimang jawaban. Ia menyilakan tangannya dan mulai memegang dagu topengnya.

"Aku juga tidak tahu. Tiba-tiba aku di sini dan ya begitu."

Putih jadi bingung. Jawaban hitam tidak jelas. Namun, ia memahami kurang lebih maksudnya. Tidak ada yang tahu mengapa bisa begini dan begitu.

"Hitam. Apakah Ruang Kosong ini memiliki sebuah pojok?"

"Jadi, kau berpikir ruang kosong ini memiliki sebuah sudut seperti ruangan pada umumnya?"

Putih mengangguk dengan polos.

"Entahlah, aku pernah mencoba berkeliling tapi aku rasa semua tempat ya seperti ini. Hanya ada putih dan ada batu itu sebagai penanda kalau tiba-tiba aku malah kembali ke sini lagi."

Putih kembali ingin bertanya lagi sembari mengamati tangannya bersama dengan alas yang berada di bawah. "Sepertinya, saking putihnya aku dan ruangan ini. Jika aku menyamarkan diri kau tidak akan dapat menemukannya."

Jawaban Putih tidak berkaitan dengan pernyataan Hitam tapi Hitam mengiakan perkataan Putih dan mengatakan hal seperti ini. "Jangan lama-lama bediri di sini tanpa aku yang mencampuri dengan hitam. Berdirilah di atas batu."

Hitam juga menarik tangan Putih dan menyuruhnya duduk di atas batu.

Tentunya itu menimbulkan pertanyaan pada Putih atas larangan yang mendadak diucapkan secara acak oleh Hitam.

"Kau akan menyatu dengan Ruang Kosong ini, dan kau akan kehilangan dirimu."

~~~~~~tbc~~~~~~~
🐱: Ini apaaa???
🌙: anu ... Err. Cuma projek pendek kok
🐱: //tabok// terus projek lu yang lain gimanaaa?
🌙: anuu itu. Udah ada plotlinenya kok tinggal nulis
🐱: tinggal nulis mbahmu. Nulis woy fokus sama projek. Jangan selingkuh mulu.
🌙: anu maaf :"(

Yak. Ini adalah projek pendek~
Projek pendek ini berupa short story yang mungkin terdiri dari 5-10bab saja. Insyaa Allah ada 3-5 cerita lagi yang tidak berkaitan untuk projek yang berjudul Rheum Series ini~

Semoga suka ^^
Skill menulis saya sedang turun. Efek 2-3 bulanan ini saya tidak menulis. Mohon dimaklumi >< ini sedang mulai memanasi mesin lagi.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro