The Case (Part 2)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

*
*
*
*
*
*
Setelah hari itu, beberapa hal aneh mulai terjadi. Seperti tiba-tiba ada bingkisan untukku. Bukan semacam terror, karena isi dari bingkisan tersebut merupakan beberapa buah buku. Lalu, hal aneh lain adalah Ayu. Entah bagaimana, dia jadi begitu perhatian padaku. Perhatian yang tidak wajar. Dia juga jadi kesal saat aku bersama temanku yang lain. 

Pernah suatu hari tubuhku terasa tidak enak dan saat Ayu mengetahui hal itu, dia langsung membawaku ke dokter.

Sampai saat ini, dia belum juga membahas masalah pembunuhan dosen yang menjadi fokus penelitianku. Dan sikapnya semakin aneh. Dia juga memintaku menjauhi Erik. Erik sudah berkali-kali menemuiku untuk meminta bantuan. Katanya, dia juga sedang melakukan penelitian. Dan dia meminta izin padaku untuk menjadikanku bahan penelitiannya. Mungkin karena temannya pernah menceritakan padanya mengenai penyakitku. Ya, aku mengidap sebuah penyakit langka. Oleh karena itu, penelitianku harus segera ku selesaikan agar aku bisa segera fokus ke kesehatanku.

Permintaan Erik tidak begitu sulit sebenernya, hanya saja aku sedang melakukan penelitian penting, dan aku tidak bisa begitu saja lepas tangung jawab.

Namun, semakin Ayu melarangku menemui Erik, aku semakin penasaran. Ada apa diantara mereka berdua?

***
Pagi ini di depan kamar kostanku tiba-tiba kulihat Ayu berada disana, berdiri membawakan makanan. Hal aneh yg aku sadari adalah, sejak kapan dia tahu kostanku, dan kamar nomor berapa. Sejauh ini aku tidak pernah mengajaknya kesini.

Kutepis saja semua prasangka burukku, dan mengajak Ayu masuk.

Setelah makan aku begitu mengantuk, lalu tanpa sadar tertidur begitu saja. Dalam keadaan seperti itu aku merasakan ada tangan yang mengusap rambutku, dan bisikan dari mulut seseorang.

"sekeras apapun usahanya untuk mendapatkanmu, aku akan membuatmu jauh darinya. Tenang saja, tidurlah yang nyenyak..."

Perlahan suara itu menghilang.

Beberapa waktu kemudian aku terbangun dan menyadari bahwa Ayu sudah tidak ada disana. Ada pesan masuk ke smartphoneku yang berisi..

"Mega, sepertinya Ayu sudah gila. Dia datang ke rumahku sekarang, tolong aku." Itu pesan dari Erik.

Aku panik, sepertinya Ayu memang akan melakukan sesuatu kepada Erik. Secepatnya aku pergi ke rumah Erik, alamatnya sudah pernah Erik berikan padaku jadi aku tidak kesulitan menemukannya.

Aku mengetuk pintu beberapa kali dan akhirnya ada yang membukakan pintu.

Erik disitu, tersenyum padaku. Dia mempersilakanku masuk.

"Bukankah.."

"Ah, itu hanya actingku saja. Biar kau mau datang ke rumahku." Senyum Erik begitu menyeramkan.

Dia mengunci pintu dan memasukkannya ke saku celananya.

"Mana Ayu?" tanyaku.

"Entahlah, dia tidak pernah kesini. Hemmh apakah dia sudah menceritakannya?" tanya Erik.

"Menceritakan apa?" tanyaku bingung.

"Ya baiklah, karena kau juga akan bernasib sama. Jadi, lebih baik aku ceritakan.."

*Flash back*

Erik berjalan dengan cepatnya meninggalkan ruang dosen ketika akhirnya dia sadar bahwa seseorang melihatnya melakukan pembunuhan keji itu.

Ayu sedang duduk di kursi dosen tepat disamping korban. Ayu tengah mengerjakan tugas yang dosen lain berikan.

"A.. Apa kau melihatnya?" tanya Erik panik.

"Iya, jelas sekali," jawab Ayu masih sambil serius mengerjakan tugasnya.

"Kalau begitu kau tutup mulut, atau nyawamu juga akan melayang seperti dosen sialan ini! Mengerti?" ancam Erik.

"Terserah kau saja," jawab Ayu dingin.

*flash back end*

"Setelah kurasa aku telah berhasil mengancamnya, aku pergi meninggalkan tempat itu. Dia tetap tutup mulut, bahkan pada polisi. Tapi padamu, kurasa dia telah bicara. Benar begitu?" Ceritanya panjang lebar.

Sepertinya aku telah salah menyimpan kepercayaan.

"Jadi kau pelaku pembunuhan dosen itu?" tanyaku sengit.

"Benar, dan aku juga akan melakukan hal yang sama padamu. Bedanya, kali ini tubuhmu akan aku jadikan kelinci percobaanku. Bersiaplah..." Erik tersenyum, menahan tawa yang begitu menyeramkan.

Karena merasa terancam aku berlari, namun tidak juga menemukan jalan keluar. Aku yakin, Erik telah mengunci semua jalan keluar dari rumahnya ini. Akhirnya aku bersembunyi di tempat terakhir  yg kutemukan sebelum Erik masuk ke ruangan itu. Sebuah ruang bawah tanah. Tidak kusangka ada tempat seperti ini di rumahnya.

"Hebat, bahkan sebelum aku berhasil membawamu kesini. Kau justru masuk langsung ke lokasi percobaanku. Selamat datang di laboratorium pribadiku."

Erik datang sudah dengan seragam lengkap. Dia siap melakukan percobaannya.

Aku terpojok. Karena panik aku terjatuh dan kepalaku terbentur dinding. Aku pingsan.

*
*
*
*
*

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro