Intermission 009: Sebuah Peringatan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Di permukaan, 'Schwarz Schach' dikenal dengan kongsi dagang dengan perangai sama buruknya dengan Weiss yang merupakan rival ekonomi. Mereka pun beroperasi dengan sistem yang nyaris mirip, hingga orang-orang berpikiran bahwa dua perusahaan ini adalah perusahaan yang awalnya merupakan satu bagian kemudian terpecah menjadi dua perusahaan yang saling berseteru tanpa ampun dengan berbagai macam cara untuk menjatuhkan yang lain.

Schwarz bisa dibilang sebagai pendatang, karena Raja Hitam-lah yang ingin melebarkan sayap membuka cabang di Kaldera dari Pusara. Mungkin misi perusahaan mirip di mana-mana: meraup keuntungan, memperbanyak koneksi, membuat perusahaan lebih dikenal. Raja Hitam juga berpikiran sama dan memutuskan untuk pindah karena mindset itu, mengingat ada perusahaan seperti Lysander dan Wiseman yang terkenal di empat kontinen dan mampu bersaing secara sehat.

Tetapi, di saat yang sama ketika Hitam melesat pengaruhnya di Kaldera, perusahaan boneka pun muncul dan menjadi bayangan Hitam, perusahaan itu-lah yang dikenal sebagai Putih. Raja Hitam tidak tahu dari mana asal-muasal Putih dan mengapa kemajuan mereka sangat mengkhawatirkan di Kaldera. Layaknya sebuah benalu yang sudah habis menyerap tanaman inang dan pindah ke target berikutnya.

Melihat lawan main mereka yang selalu bermain dengan api, Raja Hitam memutuskan untuk melawan api dengan api. Bila tidak, visi dan misi beliau akan sempurna hancur dan mungkin Putih akan membuat Kaldera sebagai induknya.

Apakah cara-cara mereka bisa dibilang mulia? Tidak. Apakah mimpi itu murni? Tidak. Apakah Raja Hitam akan mengubah caranya? Tidak sampai ia bisa menghilangkan pengaruh Putih.

Alasan Natalia menjadi agen Hitam pun tidak bisa dibilang sebuah kebetulan. Natalia selalu percaya akan kemampuan dan caranya sendiri dalam melaksanakan sebuah pekerjaan, ia akan berhenti sebelum ia melakukan sesuatu yang dianggapnya kelewatan.

Awalnya, ia mengikuti tes masuk sebagai salah seorang teknisi biasa untuk Schwarz Schach, mengingat pekerjaan lamanya sebagai Scavenger tidak terlalu membuahkan hasil. Belum lagi dengan desas-desus bahwa mereka akan 'menjatuhkan' Sektor 6 sewaktu-waktu setelah Sektor 6 kerap dianggap kekurangan pasokan energi. Natalia memutuskan ia harus mengumpulkan uang secepat mungkin dan ia terpaksa berbohong pada orang terkasihnya saat itu yang sangat anti dengan Hitam dan Putih dan menjadi bagian Hitam.

Tidak disangka-sangkanya, belum sebulan ia menjadi pekerja serabutan di sana, ada yang tertarik dengan kemampuannya sebagai penembak jitu—orang itu adalah CEO sebenarnya dari Schwarz dan pemimpin dari agen fungsional Schwarz yang dikenal luas sebagai D1. Menjadi Infantry bagi perusahaan itu adalah menjadi mata bagi D1, tugasnya tidak terbatas di mengumpulkan informasi saja, tapi bisa berupa sabotase, pemaksaan, juga ia diperbolehkan bila perlu membunuh demi melaksanakan tugas.

Di antara tujuh agen D1, hanya Natalia yang belum pernah membunuh demi melaksanakan tugas.

Apakah dia naif?


🛠


Natalia berdiri di depan sebuah gedung di Sektor 0, satu-satunya gedung tak bernama yang dikelilingi gedung fungsional pemerintahan Pulau Melayang. Ia menurunkan senapannya dan menekan nomor pin di papan angka yang muncul di dekat pintu masuk.

Pintu besi hitam yang tinggi di hadapannya terbuka, menampilkan lorong yang hanya bisa dilalui satu orang hingga terlihat tangga naik di ujung pandangan. Natalia masuk dan pintu di belakangnya menutup secara otomatis, sebuah logo berupa kuda hitam menyala di pintu yang kini menjelma seperti dinding dan ia melangkah tegap menuju ruangan yang ada di ujung anak tangga.

Ruangan itu adalah sebuah ruangan kecil yang berisi tujuh podium melingkar membentuk oval. Masing-masing podium memiliki simbol mereka masing-masing di dasar tempat berpijak berdasarkan posisi mereka masing-masing di D1. Podium paling utara adalah milik Raja Hitam, memutar searah jarum jam, dua Messenger bersisian, dua Springer, tempat miliknya, Infantry, dan podium penutup adalah milik Rook Hitam yang Natalia sudah pastikan tidak akan hadir dalam rapat maupun pelaporan.

Ketika Natalia menapak di podium miliknya, seluruh podium akan menyala terang, suara-suara akan masuk mengisi ruangan. Sepertinya dari podium yang tetap menyala, hanya ada Raja, Springer kanan dan Springer kiri yang bisa mendengar pelaporannya. Semenjak ditugaskan untuk misi lain, Natalia tidak pernah melihat dua Messenger Hitam bisa hadir di pelaporan. Memang agen-agen mereka lebih bersifat kekeluargaan ketimbang Putih, tapi Natalia hanya pernah melihat Raja secara langsung—dan itu hanya ketika direkrut sebagai agen D1.

"Infantry, Natalia Brunild, siap melapor."

Suara pria yang serak membalas, "Lanjutkan, Natalia."

Natalia memulai laporannya, mulai apa yang ia dapatkan sebagai informasi baru, juga beberapa tugas yang diberikan oleh sesama agen, utamanya untuk mencari-cari celah E8 dan status agen E8 yang aktif di Kaldera saat ini.

Kemajuan Putih yang kerap mengkhawatirkan semakin menjadi di Era Modern. Tidak puas mengeruk hasil bumi Kaldera yang terbatas dan memeras otak-otak brilian, mereka kemudian mencari dan berusaha merebut teknologi yang bersumber dari negara lain.

Seluruh agen Hitam tahu tentang Proyek Progenitor, sebuah usaha bagi Angia untuk tetap menggunakan dan mengontrol sihir ketika Sylph memutuskan angkat kaki dari Angia setelah perang. Mereka tahu kehancuran yang disebabkan oleh Proyek Progenitor itu dan dampak Perang Sipil di Angia. Walau mereka tidak tahu Angia masih tetap memegang kendali penuh atas Proyek Progenitor atau tidak, rasa haus Putih sama sekali tak dapat tercukupkan.

Natalia—Infantry—menjadi satu dari tiga agen yang diminta oleh Raja Hitam untuk tetap berfokus mengontrol perkembangan Putih di Kaldera, sementara empat dari mereka termasuk sang Raja sendiri berpencar mencari dan mengendus jejak Putih di kontinen lain. Selain Proyek Progenitor di Angia, mereka belum mendapat informasi seputar perkembangan E8 di kontinen lain.

Suara pria serak kembali berbicara, "Ah, mereka sangat berhati-hati, ya? Selain itu, apa ada hal lain yang kamu temukan—misal anak yang kamu ambil dari Sektor 6?"

Alis Natalia berkedut, "M-31 tidak menunjukkan tanda-tanda ia adalah faktor berbahaya, walau kami belum bisa memastikan asal-usulnya dari sekedar mencari informasi ke broker masing-masing sektor."

Suara lain menyela, kali ini suara wanita yang terdengar lembut nan anggun, Springer kanan, Natalia melihat dari ujung pandangannya. "Apa dari E8 menunjukkan ketertarikan terhadap anak itu, Natalia sayang?"

Natalia segera menggeleng, "Sejauh pembicaraan antara Rosen dan Infantry, ya. Mereka benar menarget M-31, namun Infantry tidak menunjukkan perlawanan berarti ketika gabungan kami dan tentara Angia menyergapnya. Saya yakin padahal orang dengan tingkat profesionalisme sekelas Infantry bisa melakukan itu dengan cepat."

Wanita itu mendengung, tampak tertarik. "Begitu, ya. Menurutmu gimana, Springer kiri? Kamu sama Raja lagi asyik-asyik di Pusara, bukan?"

Suara pria yang lebih dalam berteriak penuh amarah, "Ini misi khusus, tolol. Siapa yang asyik-asyik!?"

"Ah, tidak usah bohong. Aku tahu kamu sangat suka Pusara dan padang pasirnya yang menyimpan banyak rahasia! Apalagi itu tempat asal Raja kesayanganmu! Ayo ngaku!"

Natalia hanya bisa menahan tawa mendengar dua Springer yang mulai kucing-kucingan, sementara sang Raja tidak menginterupsi mereka dan meminta Natalia melanjutkan mengenai investigasinya tentang agen E8 yang aktif di Kaldera.

Weiss Schach memang berasal dari Kaldera, namun mereka selalu yakin untuk tidak berkonsentrasi di Kaldera dan menyebar tangan, mata, dan telinga Putih ke tempat yang jauh dengan alasan yang belum jelas selain mencari teknologi yang bisa dimanfaatkan. Berbeda dengan Schwarz, Weiss memiliki tiga agen Infantry, sementara yang lainnya menjalankan fungsi independen dengan kode mereka masing-masing. Keberadaan mereka bagai belut juga lintah, sulit ditangkap dan terlalu cermat untuk disiasati, yang ada mereka bisa saja menusuk dari belakang.

Sejauh yang Natalia dapatkan dari pencariannya, hanya dua agen aktif di Kaldera, dan itu adalah satu Infantry dan Rook.

"Kurasa cukup," ucap sang Raja. "Kuharap dalam waktu dekat kita bisa tahu apa yang dua agen itu lakukan dan mengapa mereka sangat berfokus di Sektor 6, apalagi setelah kelompokmu di permukaan berhasil mengambil anak itu tapi seperti ... main-main."

Atau hanya pancingan? - Natalia tidak menyuarakan pemikirannya dan berdiri dalam diam, sementara dua Springer masih kucing-kucingan di sisi mereka. Mereka sepertinya mulai main kata-kataan dengan beberapa kalimat yang tidak pantas didengarkan, tapi Raja tetap kalem.

Yang Natalia tidak habis pikir adalah podium Rook yang mendadak menyala. Sang Raja tampak tenang menghadapi hal itu, selayaknya sudah menanti Rook Hitam untuk muncul.

"Kamu sudah dengar soal M-31, bukan, Rook?" ucap Raja.

Ketika Rook mulai bicara, bahkan dua orang yang sedang sengit adu mulut virtual bungkam. Natalia tidak menyangka suara itu terdengar sangat muda. Kira-kira seperti suara ringan Lianna ketimbang suara wanita berumur matang seperti Springer.

"Ya, Raja. Sepertinya aku perlu berbicara empat mata dengan Infantry." Natalia terkesiap di podiumnya.

"Baiklah kalau begitu, kupersilahkan," Raja segera mengiyakan. "Diamlah di tempatmu ketika koneksi terputus, Rook akan memberikanmu detail tempat pertemuan. Kuharap kamu bisa menjalankan tugas ini dengan sebaik-baiknya."

Natalia tak kuasa menelan ludah. Mungkin bila mereka semua bisa melihat Natalia sekarang, mereka dapat menatap jelas bagaimana peluhnya mengucur dari pelipis dan ia mulai merasa ragu. Tidak ada angin, tidak ada aba-aba, dia akan bertemu dengan orang paling misterius di antara semua agen D1.

Natalia tetap di tempatnya sesuai perintah, menunggu hingga terminal-nya berbunyi nyaring. Ia berusaha menyembunyikan kekagetannya, hampir saja ia melompat dari podiumnya. Natalia pun mengusap keringat sebelum membuka terminal-nya dan mendapati pesan dari nomor identitas yang separuhnya hilang, pesan singkat berisi alamat dan petunjuk untuk menunjukkan pesan itu ketika Natalia sampai di pintu masuk.

Ia membaca pesan itu beberapa kali, sampai ia melepas kacamatanya dan memastikan ia tidak salah membaca.

Tempat yang akan ditujunya hanya terletak lima ratus meter dari gedung itu.

"Rumah sakit ... Sektor 0?"


🛠


Biasanya Natalia akan berkunjung ke rumah sakit seperlunya, mereka bertiga jarang sekali sakit, dan andai mereka terluka dan perlu diperban, kantor pusat di Sektor 2 punya sick bay yang mungkin sudah muak meladeni pasien-pasien pasca misi yang babak belur atau patah tulang.

Di Pulau Melayang, hanya ada satu Rumah Sakit dan itu merupakan lokasi terbesar dan terlengkap. Banyak juga klinik-klinik kecil menjamur di sektor dan juga macam nenek yang mereka temui di level, tapi siapa saja selalu menyarankan untuk segera ke Rumah Sakit Kaldera, atau dikenal dengan Rumah Sakit Sektor 0.

Natalia menatap pelataran rumah sakit itu, masih tidak habis pikir dengan tujuannya, namun ia bergegas masuk karena berpikir Rook akan menunggunya di sana. Ia segera menuju resepsionis utama yang kebetulan tidak banyak yang tengah mengantri, dan menunjukkan pesan itu pada sang resepsionis yang terlihat tersenyum selama dua puluh empat jam tujuh hari.

"Oh, anda hendak bertemu dengan Direktur Edda?"

Natalia membeliak, 'Direktur' katanya!? Natalia hampir mengira ia akan kesana untuk mencari seorang staf atau mungkin pasien yang sudah lama di sana.

"Direktur?"

Resepsionis itu menelengkan kepala, "Ada apa, benar 'kan? Sebentar ya, saya akan memberitahukan bagian dalam."

Natalia semakin pucat pasi dan kembali melihat terminal-nya.


Rumah Sakit Sektor 0.

PS. Tunjukkan saja pesan ini ke resepsionis. Dia pasti tahu.


Pesan itu terlalu singkat untuk memberitahukan identitas atau bahkan jabatan seseorang yang hendak ditemuinya. Resepsionis itu mengakhiri panggilan dan Natalia hanya bisa memasang wajah senormal mungkin ketika ia tersenyum, "Silakan, datang saja ke lantai B1, lorong sebelah kiri. Kelihatan kok plang-nya dari luar."

Natalia makin bingung, bukannya biasanya direktur rumah sakit atau pimpinan instansi akan ada di lantai teratas sebuah gedung? Sepertinya persepsinya harus segera diubah.

Setelah tahu ia akan bertemu direktur, langkah Natalia semakin cepat. Ia segera turun ke basement dan mengikuti petunjuk, tanpa melihat-lihat lagi kanan dan kiri.

Natalia menatap pintu di hadapannya dengan wajah heran bercampur bingung. Ini bahkan berbeda dari saat dia bertemu Raja, atau menghadap Bos Besar. Tapi suara tadi terdengar sangat muda, haruskah ia memanggil direktur ini dengan panggilan 'bu', atau?

Ah, sudahlah, masuk saja dulu.

Natalia mengetuk pintu dua kali, menunggu respon.

"Masuk."

Ia segera masuk ke dalam ruangan ... untuk dihadapkan dengan pistol tangan yang mengarah ke kepalanya oleh wanita yang tampak muda dengan tinggi serupa Mei, mengenakan blus hitam seperti warna rambutnya yang panjang gelap dan urakan. Jas putih menempel di tubuhnya, tapi ia tidak seperti seorang dokter, apalagi dengan timah panas dia menunjuk orang.

Refleks Natalia adalah untuk menarik bayonet yang biasa ia selipkan di dalam jasnya, menangkis pistol itu hingga terpelanting ke lantai. Wanita itu masih menatap Natalia datar di balik kacamata berbingkai bulatnya.

Wanita itu mengibaskan tangannya, "Tiga detik. Hm. Pantas saja kamu jadi yang beliau pilih sebagai Infantry."

Natalia masih menahan napasnya, wanita itu masih berekspresi hambar yang sama.

Ruangan direktur di hadapannya pun tidak terlalu terlihat menarik, selain dengan rak-rak menjulang setinggi atap yang berjejer dari hulu ke hilir yang berisi buku, selain meja dan kursi yang mungkin menunjukkan posisinya sebagai 'Direktur Utama Rumah Sakit Sektor 0'.

Buku, 'sampah pohon' yang merupakan kesayangan Lianna. Natalia tertegun melihat buku sebanyak itu di satu tempat, apalagi mengingat Lianna yang selalu berusaha mencari kesana-kemari soal benda langka itu.

"Kenapa kamu masih berdiri di situ, sana duduk di mana saja kamu suka, di atas tumpukan rekam pasien situ juga boleh."

Natalia gelagapan, "Err, Di-Direktur?"

"Panggil aku Rook, Edda, terserah," ia melengos, menarik kursi berodanya dan duduk. Kakinya menyilang di atas kursi. "Ah, apa aku harus memperkenalkan diri dulu? Edda K. Nibelungen. Umur tidak penting. Direktur rumah sakit ini, dan mungkin ahli sejarah Kaldera."

Yang pertama Natalia lakukan adalah duduk - ia memilih tumpukan buku saja ketimbang tumpukan rekam medis pasien.

"Singkat dan padat saja, Infantry," decaknya. "Berikan M-31 padaku."


--

A/N: Kembali ke sesi penulis tak berbudget yang memanfaatkan picrew.

D1, Rook, Edda K. Nibelungen. Jangan pernah bertanya usia wanita ini atau kamu mungkin akan benar-benar mati.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro