Intermission 008: Sebuah Hukuman

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ketika Muriel kembali mendapati warehouse yang kosong melompong, ia sudah tahu bahwa ada yang tidak beres.

Ah, ia membatin, pasti Gloria.

Muriel tapi hanya tersenyum-senyum saja dan apa yang pertama kali ia lakukan selain mengirim pesan pada Lucia untuk menandakan Muriel sudah kembali ke gudang mereka, Muriel menyisir ruangan dan mulai merapikan apa yang bisa dilihatnya.

Pelaporan tadi berjalan cukup mulus, walau Muriel masih mendengar Instruktur Claudia yang mendesis ketika tahu mereka melihat Aether. Instruktur Lysander pun tampak pucat pasi ketika Muriel menceritakan soal mereka yang terlibat dalam pembajakan gedung. Instruktur Claudia hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kondisi mereka di Kaldera, padahal belum lama mereka di sana.

"Bukannya menjawab pertanyaan, malah semakin banyak pertanyaan yang tidak terjawab ya, Claud?" ucap Instruktur Lysander, menatap Claudia di layar.

"Aether yang tidak terdeteksi dan tidak diketahui siapa yang menggunakan, lalu sepertinya kalian dibayang-bayangi E8 lagi ..." Instruktur Claudia tertegun. "Yang dari Aira belum laporan, tapi kuharap tidak sampai separah kalian."

"Memangnya kami separah itu, Instruktur?" Muriel tertawa. "Maafkan kami yang selalu terpapar bahaya."

"Rasanya itu bukan sesuatu yang harus ditertawakan, deh, Muriel." sergah sang Instruktur yang sepertinya lelah padahal baru mendengar dua poin dari keseluruhan laporan.

Muriel lalu melanjutkan mengenai observasi mereka secara umum terhadap Kaldera. Pulau Melayang adalah wilayah yang sangat maju dan mapan, tapi kesenjangan sosial sangat terasa di berbagai tempat, terutama antara bagian permukaan dan level. 'Pustaka Antara' yang katanya memuat segala literasi dan pengetahuan tentang Kaldera pun telah melakukan sensor ketat terhadap kata kunci sihir dan yang berkaitan. Sejarah Kaldera pun berhenti di saat pembangunan Pulau Melayang, tidak menyebutkan apa yang terjadi sebelumnya. Kaldera juga tidak mengenal peri mereka, malahan mereka seperti menyalahkan peri tersebut dan membuat si 'Peri Merah' menjadi kambing hitam.

"Kaldera sepertinya tidak pernah mengetahui Kitab, ya, Morgan?"

"Kan aku sudah bilang begitu, Claud. Aku saja baru tahu ada Kitab setelah melihatmu di Angia."

"Oh, bukan karena kamu sibuk dengan Perusahaan Lysander?"

"Itu juga, sih," Instruktur Lysander mengangkat bahunya. "Tapi benar, lho. Tidak ada Kitab pun, tidak ada yang peduli. Mungkin sama saja dengan satu teknologi baru yang ditemukan minggu lalu, bila ada teknologi lain yang menyaingi atau lebih sempurna, teknologi itu akan segera ditinggalkan.

"Angia pun tidak terlalu terikat dengan Kitab, 'kan? Walau mungkin dari Norma menganggap Kitab itu adalah kata-kata Sylph dan kamu dianggap sebagai utusan para peri. Mungkin di kontinen lain hal itu juga sama, walau aku tidak pernah terlalu berlama-lama kalau perlu ke Aira atau Pusara."

Muriel memerhatikan mereka berdua bercengkrama, mencatat poin-poin pendapat Instruktur Lysander dalam hati. Apabila 'sihir' tetap eksis di Kaldera, tampaknya sihir hanyalah sebuah alat dari berbagai macam alat bagi Kaldera, bukan sesuatu magis yang dapat mengubah segalanya seperti di Angia.

Akan tetapi mengapa mereka menolak ide bernama 'sihir', bila mereka bisa saja menggunakannya sebagai alat?

"Instruktur Lysander, apa tidak ada cara bagi kami untuk mengetahui akar dari kebencian Kaldera terhadap sihir?" tanya Muriel. Mungkin mereka bisa mencoba dari sudut pandang itu. "Sihir sepertinya sangat berkaitan dengan keberadaan Kitab."

Lysander bersedekap, "Sudah kuduga kamu akan berpikir kesana. Yah, mungkin kepala skuadron-mu juga nanti akan memintaku," ia mengacak rambutnya yang memang sudah awut-awutan. "Aku mungkin bisa mempertemukan kalian dengan salah satu ahli sejarah tertua di Kaldera."

"Tapi?"

"Tapi mereka belum tentu akan mau bertemu dengan kalian," cengirnya. "Karena ahli sejarah ini adalah bagian dari Schwarz Schach. Aku akan berusaha sebisa mungkin untuk membantu kalian, tapi aku nggak janji lho, ya!"

Selepas itu, Instruktur Claudia mengusulkan agar mereka mencoba mencari celah untuk bisa berkomunikasi dengan pelaku-pelaku yang kemungkinan mengetahui seluk-beluk Kaldera lebih dalam, tapi mereka tidak dianjurkan untuk mencari kontak dengan pihak-pihak bawah tanah Kaldera seperti broker informasi yang ada di area level, atau Scavenger. Instruktur Lysander bilang mereka kemungkinan saja tidak bisa menghindari kontak itu, walau diingatkan kembali mereka bisa saja melanggar hukum antar kontinen bila terlanjur menjulurkan kepala mereka ke tempat yang tidak diperlukan. Mereka secara sementara berada di sana pun harus melalui serangkaian proses sulit yang memakan waktu hampir setengah tahun, sehingga mereka tidak seharusnya menyia-nyiakan kesempatan yang ada dan waktu yang mereka punya.

Dua tahun bisa saja berlalu sangat cepat dan mereka yang mengetahui apa yang akan terjadi belum sempurna siap.

Oke, sekarang markas mereka sudah lebih rapi. Alat-alat Blair masuk ke kotak perkakas. Pedang Lucia tertata rapi di pojokan. Meja penuh perintilan-perintilan kecil milik Gloria pun sudah dirapikan dan diberi label.

Waktunya memasak. Muriel menyingsingkan lengan kemejanya dan kembali ke arah dapur.

Kaldera memiliki banyak sekali varian kentang. Kalau menurut para pedagang, mereka menumbuhkan kentang karena kentang paling mudah ditanam di mana saja, terutama di Pulau Melayang yang tanah berladangnya sangat kecil. Ada beberapa inovasi yang membuat para petani bisa menanam apa saja dengan modal pot, tanah buatan, dan sel tumbuhan. Walau demikian, mereka tetap banyak memilih menanam kentang, tanaman pertama yang katanya berhasil dibudidayakan di Pulau Melayang.

Kentang sangat mudah diolah menjadi pelbagai masakan yang menyehatkan dan juga mengenyangkan. Kentang juga memiliki umur simpan yang cukup lama asal penyimpanannya dijaga dari lembap dan kotor.

Biasanya akan ada Lucia dan Blair yang membantunya mengupas kulit kentang dan mencuci, tapi bukan berarti Muriel tidak bisa menyiapkan bahan-bahan dan memasak segalanya sendiri. Terbiasa memasak dalam jumlah besar bagi panti asuhan tempatnya besar di Caelia, bahkan dengan gangguan otot tangannya, Muriel masih bisa memasak seperti biasa.

"Hmm apa saja ya, kentang tumbuk, sup kentang, kentang goreng, perkedel ..." dengan telaten ia mengupas, merendam kentang agar tidak teroksidasi, dan juga meniriskan air, memikirkan makanan apa saja yang bisa ia siapkan dalam waktu singkat sebelum yang lain kembali.

Pikirannya lalu kembali pada Gloria.

Apa pun yang tengah mereka bertiga jalankan saat ini kemungkinan adalah hasil dari Gloria yang akan berusaha membantu 0027. Ini hanya tebakan, tapi biasanya bila mereka pun mengumpulkan informasi sendiri-sendiri, Gloria pasti akan menghubungi yang lain tiap dua jam sekali. Sejak Muriel kembali mendapati gudang mereka kosong hingga kentang sudah direbus, bahkan pesan yang Muriel kirim pada Lucia belum juga dibalas.

Mereka semua pastinya bisa menjaga diri masing-masing, Muriel tahu itu, tapi terkadang ia kepikiran dengan Gloria yang terobsesi dengan Weiss Schach.

Keterlibatan Karen dengan Weiss Schach cukup mengagetkan, mungkin juga menjadi pukulan keras bagi beberapa orang terutama Gloria, walau segalanya menjadi cukup jelas mengingat mereka mendapatkan sedikit bantuan informasi ketika Perang Sipil tengah berlangsung. Muriel tidak bersama Hana dan yang lain ketika mereka harus menghadapi agen E8 di Redcrosse, tapi ia beranggapan bahwa Karen pun tidak menyangka Weiss Schach akan menyerang mereka.

Hana yang selalu terbuka pasti akan mengatakan bahwa Karen memilih jalan yang terbaik untuknya dan dia tidak menyimpan dendam. Sementara Gloria ... Gloria pastinya ingin mengetahui kebenaran—kebenaran yang Karen enggan sampaikan, kebenaran yang sengaja Karen tutup-tutupi.

"Gloria, kadang kamu nggak ada bedanya sama Karen dan Ann," gumam Muriel, tangannya masih dengan cepat memproses kentang. "Memendam segalanya sendiri karena tidak ingin yang lain terluka adalah racun, lho. Aku yakin kita semua sudah lebih kuat dari saat itu."

Sebagai anggota skuadron, sudah sebaiknya ada yang selalu mengingatkan ketua mereka bila ketua mulai goyah.

Muriel dengan senang hati akan menjaga mereka.


🛠


Sekarang, Gloria tengah bersimpuh dan tertunduk di tengah ruangan. Tangannya memegang piring berisi kentang tumbuk, sementara Blair dan Lucia menatap ngeri dari ujung ruangan sambil makan porsi mereka.

Muriel tahu ia dikenal bukan seorang pemarah, lagi penghukum, tapi rasanya ia ingin sedikit membuat ketua mereka ini tahu diri.

Oh, tentu dia tidak marah, kok. Muriel sedari tadi berulas senyum cerah merekah bagaikan tengah melihat matahari hangat di pagi hari. Dia mempersilakan Gloria datang kembali dan menjelaskan apa yang telah terjadi ketika Muriel sebagai komandan absen, dia juga tetap memberikan Gloria jatah makanannya sama seperti yang lain, tapi Gloria harus bersimpuh. Harus. Bersimpuh.

"Apa katamu tadi, Gloria? Coba ulang."

Muriel bersedekap di hadapan Gloria yang ia suruh bersimpuh—bersimpuh sambil tetap makan. Wanita besar itu menjejakkan kakinya kuat-kuat di tanah ketika Gloria malah gemetaran setelah menjelaskan alasannya untuk mengikuti anggota 0027 dan membeberkan sedikit-banyak 'rahasia' mereka sebagai pengganti informasi.

"Aku sepertinya ingat di buku panduan kepemimpinan yang selalu dibacakan Val setiap pagi sebelum kelas kalau ada yang dinamakan konsensus," suara Muriel mendayu. Ia lagi-lagi menjejak keras ke tanah. "Tidak hanya kamu memutuskan sesuatu sendiri tanpa anggota kelompok lain menyetujui, kamu bahkan tidak bertanya dulu dengan komandan skuadron-mu?"

"Maafkan aku Muriel! Maafkan aku! Aku tidak akan mengulanginya lagi! Sumpah demi Peri Angin! Sumpah demi Warden Demetrius yang model prototipenya ada tujuh!"

"Tuh, Luce, makanya aku tidak pernah mau macam-macam sama Muriel ..." bisik Blair pada Lucia yang menganga.

"Kalian juga sama saja, kalian harusnya bisa menghentikan ketua yang sudah semena-mena!"

"Si-Siap laksanakan, ma'am!"

Muriel melanjutkan ocehannya, kebanyakan mengembalikan kembali kalimat-kalimat Gloria dan membuat mereka bertiga kelabakan sendiri. Muriel? Oh, tentu dia masih tersenyum. Muriel tidak pernah marah.

"Oke, oke, cukup bercandanya. Berdiri, Gloria."

Gloria menengadah, mencoba melindungi wajahnya dengan piring kentang. Muriel ingin sekali terbahak, tapi ia harus tahan komuk.

"Aku paham mengapa kamu berpikir seperti itu dan memutuskan dengan cepat, tapi kuharap kamu juga membicarakan ini dengan anggota yang lain," Muriel menepuk pundaknya. "Kamu juga harus katakan pada kami apa yang kamu rasakan, atau memberitahukan keraguanmu akan sesuatu. Kamu sebagai ketua jangan mengemban semuanya sendiri. Kita ini tim."

Saat Gloria mulai mewek, Muriel menepuk pundaknya lagi sampai Gloria mengaduh. Muriel lalu membiarkan mereka bertiga makan dengan lebih tenang seraya ia merapikan dapur untuk memberikan mereka sedikit jeda ... padahal Muriel sama sekali tidak marah dengan mereka.

Mungkin kalau Ann mendengar hal ini, Ann akan tertawa terbahak-bahak dan membuat topik ini jadi bahan guyonan bersama Alicia.

Setelah makanan tandas dan mereka semua sama-sama tenang, Muriel-lah yang terlebih dahulu memaparkan apa yang disampaikan Instruktur Claudia setelah menerima laporan pertama mereka, juga memberitahukan bahwa mereka ada kemungkinan akan mencoba mencari informasi via 'jalan-jalan tikus' bila Instruktur Lysander tidak berhasil membujuk seorang ahli sejarah yang merupakan anggota Schwarz Schach.

"Oh ya, Riel, kata Natalia dia benar-benar agen Schwarz, lho. Apa kita tidak bisa minta tolong dia saja?" imbuh Blair.

"Kurasa jangan dulu—jangan secepat itu mempercayai mereka dan memberitahukan lebih dari apa yang bisa kita berikan," Muriel menggeleng, ia melirik ke arah Gloria. "Benar, 'kan, Gloria?"

Gloria segera mengangguk. "Mereka bisa saja cuma sekedar awam yang kebetulan terbawa arus berbahaya. Kalau ternyata Natalia punya agenda lain dibandingkan Rosen dan Lianna yang sepertinya lebih polos, dia bisa-bisa memanfaatkan kita."

"Lalu soal Mei," Lucia mengangkat tangannya. "Mei terlihat pendiam, tapi daya observasinya luar biasa. Misalkan ternyata gelagat kita diketahui oleh Mei, ada kemungkinan seluruh rahasia kita bisa dibocorkan begitu saja."

Muriel mendesah, "Jadi kita tetap akan menjaga kontak dengan 0027, tetap berbagi, tapi menjaga jarak sambil kita mencari celah?"

"Dan ada juga soal Rook," Gloria menambahkan. "Lucia khawatir kalau penyerangan Rosen ini ada kaitannya dengan Rook. Lucia yakin Rook akan datang untuk mencarinya."

Blair menggeleng-geleng, "Balas dendam ya~ kamu ternyata tipe cepat punya fans, eh, Luce?"

Dua kongsi dagang yang berseteru yang mengancam keseimbangan Pulau Melayang, bagian Pulau Melayang yang rawan akan dijatuhkan, krisis energi, lenyapnya jejak sejarah dan keterlibatan sihir yang tidak terlihat, apa sebenarnya yang menjadi benang merah di antara ini semua?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro