Intermission 013: Nilangsuka

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Di hari terakhir masa tahanan rumahnya, Lucia tidak lagi mendapati petugas keamanan datang ke workshop mereka. Hanya ada sebuah pesan dikirimkan ke terminal-nya untuk memberitahukan ini adalah hari terakhir penahanannya.

Kemarin, mereka mendapat kabar dari Instruktur Lysander bahwa Gloria akan segera kembali ke Pulau Melayang. Berita itu sangat menggembirakan, di tengah mereka yang merasa kehilangan arah.

Selain mengenai 'Aether' yang sumbernya masih misterius, mereka hanya bisa mendapatkan sedikit informasi mengenai Sektor 6 setelah terjadi purging. Menurut apa yang Blair dan Muriel dapatkan, Sektor 6 kini telah dikosongkan hingga tersisa sepuluh persen kependudukan, alih-alih mereka sudah memperkirakan kejadian susulan. Penduduk yang diungsikan menghuni beberapa Level di Sektor 4 dan Sektor 3 sesuai ketentuan pemerintah.

Sistem pemerintahan Kaldera berbeda sekali dengan Angia. Perangkat pemerintahan Pulau Melayang kebanyakan tidak tampak, yang menonjol adalah perusahaan yang berafiliasi dengan pemerintahan seperti Lysander, dan juga penggunaan total KALDERA A.I. untuk melakukan seluruh tugas administrasi Pulau Melayang. Mungkin ini yang bisa dinamakan sebagai kepemimpinan tersentralisasi dengan seluruh penduduk Pulau Melayang mempercayakan segalanya pada sebuah sistem.

"Karena ini baru untuk kita, kita merasa kalau sistem ini rawan untuk dibajak, padahal sistem ini sudah berlangsung ratusan tahun," ucap Blair saat mereka bertiga berkumpul kembali di pertengahan sore itu. "Kaldera memang luar biasa, ya."

"Tandanya ada peradaban yang tidak pernah bergantung dengan sihir, maupun alkimia ... ah, bukan maksudku mengabaikan jasamu, Blair." seru Muriel.

Blair mengibaskan tangan, "Tenang saja, tenang saja. Aku paham, kok. Kaldera ini sangat patut mendapat pujian."

Lucia memikirkan kondisi Gloria sekarang. Ia selamat, sepertinya tidak menderita luka-luka atau kondisi cacat berarti, tapi ia tengah bersama seorang agen Hitam selama dia 'diselamatkan' saat jatuh dari Pulau Melayang. Apakah Gloria bisa tenang, berkepala dingin untuk mendapatkan informasi yang ia inginkan dan menentukan pilihannya ketika mereka bertiga tidak bersamanya?

Sebagai anggota skuadron Ignis, Lucia tidak pernah mempertanyakan kepemimpinan Gloria. Sejak dulu di Kelas Sembilan pun, Lucia lebih suka menjadi si pengikut ketimbang si pemimpin. Ia lebih suka melaksanakan tugas ketimbang memberi tugas, oleh karena itu ia tidak mengetahui bagaimana rasanya memimpin dan beban kepemimpinan itu sendiri.

Sesuai kata Instruktur Claudia di salah satu masa ajar mereka 'manusia mungkin dilahirkan untuk menjadi pemimpin, tapi belum berarti mereka bisa'.

Lucia percaya dengan Gloria, percaya bahwa Gloria pastinya sudah menimbang-nimbang sebelum mengambil keputusan cepat. Berbeda dengan Ann atau Fiore.

Pintu workshop mereka diketuk saat itu, dan Lucia-lah yang menuju pintu untuk melihat tamu mereka—yang tidak disangkanya adalah Gloria dan seorang wanita berambut pirang platina yang tidak pernah dikenalinya. Apa yang membuat Lucia terkesiap adalah dua bilah pedang di sabuk wanita itu, namun Gloria terlihat normal - tidak ada tanda-tanda bahwa ia membawa wanita ini karena terpaksa.

Lucia tidak memegang senjatanya karena status tahanan rumahnya, tapi bukan berarti ia tidak bisa menyerang wanita itu dengan tangan kosong bila diperlukan.

Ia pun membuka pintu untuk mereka berdua, dan sebelum Gloria sempat menyapa, yang Lucia lakukan adalah melancarkan kuda-kuda berupa cakar terbuka yang ditepis oleh wanita itu dengan sisi tumpul pedang.

"Oi, oi, oi!" Gloria menunduk, melindungi kepalanya. "Lucia! Bu Leiri! Hentikan sebelum kepala ini melayang!"

Lucia mengerjap mendengar Gloria memanggil wanita ini dengan nama yang terdengar akrab, lalu dari cara wanita ini memegang pedang, Lucia merasa ini adalah gaya yang sangat melekat pada dirinya.

"Praktisi pedang Leanan," Lucia menurunkan tangannya. Wanita itu pun menyarungkan pedangnya lagi, senyum beliau melembut. "Apakah anda yang menyelamatkan Gloria, Bu ...?"

"Leiria Alkaid," ia menunduk sopan. "Atau bisa panggil saya dengan Messenger Hitam, atau panggil nama saja tidak masalah. Dan benar sekali, sungguh kehormatan bisa bertemu dengan sesama praktisi pedang Leanan."

Alis Lucia berkedut. Benar rupanya beliau ini adalah anggota Schwarz dan rasanya Lucia pernah mendengar nama itu.

"Luce, Luce. Biarkan kami masuk dulu, akan kujelaskan semuanya," Gloria mengangkat kedua tangannya. Lucia masih bersiaga, namun atas permintaan Gloria, ia mempersilakan mereka berdua masuk.

Blair dan Muriel terlihat kaget melihat wanita itu datang ke markas sementara mereka, lagi mereka berdua bersikap lebih ramah. Muriel segera menyiapkan minum sementara Blair mengarahkan wanita bernama Leiria Alkaid ini duduk bersama mereka. Dua pedang itu ia biarkan bersandar di dekat dinding, sementara ia duduk dengan perangai anggun bak bangsawan Angia.

Praktisi pedang Leanan, dua. Ilmu pedang Leanan hanya khas Angia, tidak akan ada sekolah yang dapat mirip menduplikasi teknik itu terkecuali memang wanita ini adalah orang Angia. Rook Putih mengenal Leanan karena sepertinya dia punya andil dalam pembantaian, tapi Lucia tidak bisa mengingat wanita ini sebagai murid Leanan sebelumnya. Untuk menguasai 'dua' diperlukan waktu yang cukup lama dan tidak sembarangan seseorang bisa dihargai menjadi 'dua'.

Beliau melirik ke arah Lucia dan tertawa, "Ah, maafkan saya. Apa saya terlihat terlalu mencurigakan?"

Lucia tidak menyembunyikan sikapnya, ia pun mengiyakan. "Anda orang Angia?"

"Hmm, kalau menurut catatan sih harusnya saya sudah mati empat tahun lalu saat aneksasi Spriggan ke Angia," ucapnya ringan, alih-alih itu adalah sebuah rahasia umum. "Saya rasa anda bertanya-tanya kapan saya menjadi murid dojo, bukan?"

"Ya, saya tidak mengingat anda." jelas Lucia.

Sementara, Blair dan Gloria duduk bersisian dan saling bertatapan menghadapi mereka berdua yang tengah bersitegang.

"Saya belajar melalui perwakilan, karena saya tidak bisa bebas berkunjung ke Leanan akibat masa tugas saya di Norma," pungkasnya. "Saya belajar ilmu pedang melalui Tuan Cain Arkwood."

Lucia akhirnya menurunkan bahunya, menghela napas lega, "Hampir saja saya kira anda penipu."

Leiria tertawa, sedikit tersipu, "Tidak apa-apa, wajar saja anda berpendapat demikian. Senang bisa bertemu lagi dengan yang seperguruan."

Ketika mereka berbincang ke ranah perpedangan, Blair berbisik ke arah Gloria, "Kamu habis dari mana, pulang-pulang bawa Lucia kedua?"

Gloria hanya bisa tertawa kering, "Ah ... iya, akan kujelaskan sedikit demi sedikit."

🛠

Masa lalu wanita yang bernama Leiria ini cukup mengejutkan.

Beliau seperti tengah diberikan kehidupan kedua sebagai seorang agen Schwarz setelah selamat dari peristiwa memilukan aneksasi Spriggan. Apa yang diceritakan beliau sesuai dengan cerita yang pernah Instruktur mereka beritahukan mengenai kenyataan perang kecil itu, yang sangat berkaitan dengan Gloria sebagai seorang Spriggan. Ia tapi tidak pernah merasa dendam, atau menginginkan pembalasan dalam bentuk apa pun, beliau menceritakan kejadian itu secara singkat layaknya seseorang menceritakan masa lalu yang sudah tidak perlu diingat-ingat.

"Jadi selama seminggu ini kamu ditahan di sini, ya ..." Gloria menundukkan kepala. "Maaf, aku malah absen dan-"

Muriel tersenyum, "Apa kamu bersedia untuk dihukum lagi, Gloria?"

Gloria pucat pasi, sementara Lucia, Blair, bahkan Nona Alkaid, tertawa lepas.

Nona Alkaid ini adalah teman seperjuangan Instruktur mereka, beliau berasal dari Norma dan juga merupakan teman kecil Diakon Yuri yang menjadi kepala peneliti setelah Perang Sipil Angia. Dari cerita Instruktur Claudia, Lucia membayangkan Nona Alkaid sebagai sosok gagah perkasa, namun ternyata mereka berdua tidak terlalu berbeda. Dibesarkan sebagai bangsawan dengan titel namun dididik di jalur yang tidak mencerminkan wanita yang hanya duduk-duduk berpelesir, inilah yang membuat mereka berdua kontras dengan keluarga bangsawan kebanyakan.

"Sebelum kita ke masalah utama," Lucia menyanggah. "Nona Alkaid kemari sebagai bagian dari Hitam, bukan karena beliau orang Angia?"

Leiria menurunkan cangkir tehnya, senyumnya meruncing, "Benar sekali."

Gloria mengambil alih, "Aku ingin membuka kemungkinan bagi kita untuk bekerja sama dengan Hitam."

Lucia mengerjap, Blair menyatakan kekagetannya dengan memekik pelan, sementara Muriel seperti tampak telah menduga arah pemikiran Gloria sejak awal.

Wanita berambut pirang platina itu menjelaskan, "Saya tidak kemari untuk memaksa, saya hanya menghormati usaha kepala skuadron kalian," ia melirik Gloria. "Keinginan kita berdua sama, untuk mencari tahu motif di balik perilaku E8 di Kaldera, dan menemukan Kitab Takhta Tak Berguna."

Lucia menyipitkan matanya, jadi beliau sudah tahu sampai di situ.

"Kami sebagai bagian Hitam dan kalian dari Angia pastinya punya agenda lain dan tidak hanya sebatas mencari Kitab, dan tidak dipungkiri lagi aktivitas E8 berkaitan soal Kitab Kaldera ini," lanjut beliau. "Oleh karena itu, saya berharap kerja sama ini dapat berlangsung untuk mempermudah kita semua."

Lucia mencuri pandang ke arah Gloria. Gloria sepertinya tidak memberitahukan hal-hal selain apa yang sudah disebutkan, ia juga pasti sudah mempertimbangkan ini sendiri ketika mereka terpisah. Secara kasat mata, kerja sama ini berimbang, tidak ada pihak yang dirugikan—dan mereka sebagai pendatang di Kaldera mungkin bisa memanfaatkan Hitam sebagai batu loncatan.

Ia lalu melihat Muriel yang tenang. Sebagai komandan mereka, Muriel punya suara hampir setara dengan Gloria dalam membuat keputusan.

Muriel angkat bicara, "Bisa anda beri kami waktu untuk memikirkan ini?"

Ekspresi Gloria berubah menjadi takjub, sementara Leiria bangkit dari tempatnya duduk. Senyumnya merekah ramah. "Tidak masalah, saya bisa kembali lagi besok."

Leiria melayangkan kontak mata dengan Gloria sesekali sebelum ia pamit dengan santun, meninggalkan mereka berempat untuk berdiskusi akan langkah mereka selanjutnya.

🛠

Rook Putih sudah diserahkan pada yang berwajib, tutur Gloria. Selayaknya apa yang mereka telah dengar dari Instruktur Lysander, Rook Putih menyerahkan diri dan menerima ganjaran yang diberikan sebagai pelaku teroris siber. Kini, Rook Putih yang semula menjadi duri bagi mereka telah keluar dari gambar besar problema mereka di Kaldera, seakan tidak bersisa.

Pihak E8 menyisakan Infantry dengan motifnya yang belum jelas, walau Gloria bilang mereka harus berhati-hati karena Weiss sudah mencapai 'tahap' berikutnya.

Di saat Gloria memaparkan itu, Lucia menyadari Gloria yang terlihat lemas, bukan karena ia terluka atau menderita jerat fisik. Pengaruh tekanan di Pulau Melayang membuatnya tidak sadarkan diri selama tiga hari dan perlu pemulihan, tapi menurut pemeriksaan, Gloria tidak menderita luka-luka berarti, suatu berita baik bagi mereka.

Berita buruknya adalah, salah satu ketakutan Gloria tampaknya menjadi nyata.

Muriel menyandarkan bahunya ke kursi, "Benar, ya, Karen adalah anggota E8?"

Gloria mengangkat kepalanya dari tertunduk sempurna, "Kamu ... sudah tahu, Riel?"

"Aku punya kecurigaanku, apalagi setelah mendengar Karen berhubungan dengan Messenger Putih," itu adalah yang Karen ungkapkan setelah Perang Sipil Angia pada mereka, kalau ia melakukan 'kerja sama'. Namun kini segalanya yang abu-abu sudah menjadi jelas. "Dan sekarang kita seperti tidak punya banyak pilihan selain meminta bantuan Hitam?"

Gloria memangku tangannya, menaikkan satu kakinya di pangkuan, "Karena mereka yang langsung berhadapan dengan Putih, ya. Kita harus menentukan sikap sebelum kita keduluan lagi."

Lucia mendengung, "Apa kita tidak bisa menduga incaran E8 selanjutnya tanpa minta bantuan Hitam?"

Gloria mendongak, "Kamu punya usul lain, Luce?"

Wanita berambut hitam itu memutar bola matanya, "Kita mungkin akan lebih diuntungkan dalam kerja sama ini kalau kita bisa mengetahui rencana E8 tanpa harus berurusan dengan Hitam dulu."

Untuk pertama kalinya di hari itu, Gloria yang terlihat suntuk kini berbinar-binar, ia sepertinya sudah paham maksud Lucia. "Log peristiwa Pulau Melayang."

"Ohh!" Blair menjentikkan jari. "Setelah huru-hara di Sektor 6, pastinya ada jalan pintas untuk mengetahui apa yang terjadi di dalam dengan network yang sudah dipasang Gloria."

Gloria dengan antusias membuka terminal-nya, memperbesar antarmuka dan menjalankan banyak sekali program sekaligus.

Muriel turut membuka terminal-nya dan berbagi layar dengan Gloria. Ia membuka Pustaka Antara. "Apa kita perlu menyambung dari sini juga? Kurasa biar terminologi yang kita temukan saat menyelami jejaring Pulau Melayang akan segera diterjemahkan."

Gloria mengacungkan jempol, "Ide bagus, Muriel~"

"Beda ya kalau sudah soal beginian, baru kelihatan kamu kayak ketua." Blair melengos, ia juga turut membantu Gloria untuk meringankan prosesor terminal-nya dengan berbagi layar.

Lucia menaikkan tangannya, "Ada yang bisa saya bantu?"

Muriel menunjuk Lucia untuk berdiri di dekatnya, ia lalu mengarahkan beberapa tangkapan layar di beberapa Sektor. "Kamu bisa bantu sortir ini dan hapus entri log yang masuk ke dalam data 'penduduk sipil', kita sepertinya harus berfokus ke mereka yang memiliki clearance lebih tinggi seperti peneliti atau teknisi."

"Ini akan sedikit memakan waktu, tapi kita punya waktu hingga esok." mata Gloria bergulir dari satu jendela ke jendela lainnya.

Lucia lega karena kini Gloria ada dalam elemennya dan apa yang mereka telah pasang bisa berguna.

Bila mereka berhasil menemukan sesuatu, mereka akan punya sesuatu untuk menjadi jaminan bahwa mereka tidak dimanfaatkan sempurna oleh Hitam.

Semoga.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro