LI. | Tanah Yang Dilupakan Tuhan, bagian ketiga

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Garis Ley, sumber kekuatan tidak terbatas yang dengan alami mengalir di Endia. Seluruh 'energi sihir' yang ada di Endia didapatkan dari konversi energi potensial garis Ley dan kemudian dimanfaatkan dalam berbagai aplikasi, segalanya sudah menjadi pengetahuan umum setelah para peri membagi ilmu mereka dengan para manusia di daratan. Lagi, energi itu tetap menjadi sebuah barang mewah, tidak sembarang orang bisa mengerti dan memanfaatkannya dengan benar, walau bukan berarti kemungkinan untuk mempelajari energi yang sekilas tidak berbatas itu terbatas oleh mereka yang sudah mengetahui.

Pertanyaannya sekarang: bagaimana kalau seseorang, atau satu pihak, bisa menggunakan energi ini terus-menerus tanpa konversi? Bagaimana kalau ada yang bisa memonopoli garis Ley dan menggunakannya secara langsung, sebagaimana seorang manusia menghirup udara atau mencari sumber air?

Manusia selalu mengira mereka mampu menaklukkan alam atau membuat siapa saja tunduk - mereka tidak mengerti bahwa kekuatan yang luar biasa tidak bisa digunakan tanpa merasakan bahaya yang setimpal. Itulah hukum yang dinamakan nantinya sebagai aksi dan reaksi. Timbal balik.

Saat Miriam Urodela memberitahukan pada Salamander bahwa ada yang melakukan eksploitasi pada garis Ley, Salamander sangat murka. Salamander bukanlah sosok pemarah, tapi Falstaff bisa merasakan sendiri dari ekspresi penuh kecewa dan hening setelah Miriam melaporkan penemuannya itu di antara mereka bertiga, Salamander tengah marah.

"Apa benar ini dilakukan oleh bangsa Urodela?"

"Kemungkinan besarnya begitu, Sala." ucap Miriam dengan suara pelan. "Tidak ada yang mampu mengakses daerah itu terkecuali mereka berpangkat tinggi. Falstaff juga merasakan ada yang aneh saat melihat angka-angka laporan terakhir di sekitar tempat itu."

Falstaff mengangguk ketika Miriam mendeskripsikan laboratorium Urodela tempat mereka singgah sebelum mereka dipindahkan lagi karena satu-dua hal. Falstaff kini paham alasan mereka yang selalu berpindah dari satu tempat ke tempat lain dalam jangka waktu yang singkat. Tidak hanya mereka diasingkan karena Miriam yang dianggap congkak dan besar kepala karena menjadi anak emas Salamander, mereka juga menyembunyikan kegelapan itu dari pengetahuan Falstaff dan Miriam.

Akan tetapi, saat amarah Salamander mereda, yang Falstaff tangkap dari raut wajahnya adalah kepasrahan. Alih-alih Salamander sudah menduga semuanya akan jadi seperti ini, dia menggelengkan kepala dan menuai hela napas lelah.

"Aku sudah memperingatkan mereka soal garis ley sejak dahulu kala." ucap Salamander. Nadanya lirih saat ia menengadah melihat langit di atas mereka. "Bila ini jalan yang mereka pilih, apa boleh buat."

Miriam merasa iba, dan juga ia tidak mengerti apa yang Salamander saat itu. Ia yang bingung berkomentar soal kegundahan Salamander pun hanya bisa terdiam, sementara Falstaff mendecak.

"... Sala, ini bukan salahmu atau salah Miriam." Falstaff berkata setelah beberapa saat. Salamander tersenyum memandang mereka berdua, namun apa yang Miriam rasakan adalah kepedihan yang mendalam.

Mereka seperti telah mengerti apa yang akan terjadi setelahnya tidak bisa lagi dibendung, seperti rentetan domino yang sudah lama dijatuhkan dan hanya menunggu untuk mencapai tepi.


🛠


Setelah pelaporan itu, Miriam dan Falstaff yang bermukim di salah satu workshop yang terletak di selatan Kaldera, mendapati desas-desus adanya kelompok yang sudah membuat gebrakan teknologi baru dari garis ley.

Miriam berusaha tidak ikut kelompok itu atau mencuri dengar, tapi pembicaraan-pembicaraan khalayak di sana cukup intens mengenai teknologi ini. Falstaff yang turut mendengarkan pun tampak murka, tapi dia tidak melakukan apa-apa untuk menghentikan mereka karena dia sudah berjanji pada Salamander.

'Ini memang bukan salahku, tapi aku akan bertanggung jawab karena ini adalah masalahku.'

Salamander mengucapkan kalimat itu di hadapan mereka dengan senyum cerah nan ikhlasnya, selayaknya dia telah menanti sebuah hari tiba. Eksploitasi garis ley dengan tangan-tangan manusia sudah terintegrasi menjadi bahan diskusi hangat di kalangan pada akademisi dan alkemis.

Falstaff dan Miriam saling bertatapan ketika Miriam selesai melakukan maintenis rutin pada Falstaff. Tidak ada problem berarti atau Falstaff ada dalam posisi overheating. Para murid dan teknisi muda yang mempelajari Falstaff kagum dengan perkembangan itu, lagi pembicaraan akan bermuara kembali pada permasalahan garis Ley yang semakin menjadi rahasia umum.

"Falstaff, apa Salamander ..." Miriam menurunkan kedua tangannya dari peti dingin tempat Falstaff tengah berbaring. Para teknisi sudah kembali ke ruang kerja mereka masing-masing setelah maintenis rutin itu.

Falstaff menaikkan alis saat Miriam memilih untuk tidak melanjutkan bicaranya. "Miriam?"

"... Ah, lupakan saja." Miriam menghela napas panjang. "Apa tidak ada yang bisa kita lakukan untuk membantu Salamander dan mencegah ... mereka?"

Falstaff menaikkan kepalanya. Ia beralih ke posisi duduk di dalam peti itu sambil melihat sekeliling, lalu kembali pada Miriam yang muram.

"Sekarang aku mengerti kenapa Salamander bilang mengapa tidak banyak orang sepertimu," ucap Falstaff tiba-tiba. "Tapi aku juga paham kenapa manusia selalu berlomba dalam suatu hal. Serakah dan ambisi selalu berjalan beriringan."

Miriam tertegun menanggapi komentar Falstaff. Sama seperti Salamander, Falstaff pun tampak menerima kejadian ini. Tidak dipungkiri mereka tengah sedikit lagi menuju kekacauan yang mungkin tidak akan bisa mereka kendalikan, tetapi baik Salamander maupun Falstaff tidak keberatan. Salamander pasti sudah berusaha menghentikan usaha orang-orang yang tengah berambisi memanfaatkan garis Ley, tapi ucapan satu khalayak tidak akan mampu membendung aspirasi orang banyak.

Tidak ada jalan lain bagi Salamander untuk melihat dan mengawal situasi ini hingga akhir, apa pun pilihan para manusia itu nanti.

Dan Miriam memilih untuk menghormati pilihan mereka hingga akhir.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro